Share

Part 80

Penulis: Ida Saidah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-29 07:00:53

Dengan langkah tergopoh, seorang pria berjas putih masuk ke kamar Suni dan langsung memeriksa bocah berusia enam tahun tersebut.

“Pasien sepertinya butuh transfusi darah. Siapa diantara kalian yang memiliki golongan darah AB?” Tanya dokter sembari melihat data-data pasien yang disodorkan oleh suster.

“Saya, Dok!” Efita mengangkat tangan.

“Tapi Ibu sedang mengandung. Jadi ibu tidak bisa menjadi pendonor. Coba ibu cari di PMI, kalau tidak ibu hubungi keluarga ibu yang memiliki golongan darah yang sama seperti pasien!” titah dokter dan langsung dituruti oleh Anita.

“Fit, tolong titip Suni sebentar ya. Aku mau ke PMI dulu!” Anita berujar sambil menyambar tasnya.

“Mas Agus, kenapa nggak Mas saja yang cari. Biar Anita sama aku nemenin Suni di sini!” ucap Efita seraya menatap wajah Agus yang sejak tadi hanya diam tanpa melakukan apa pun. Padahal putranya sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.

“Biarin aja Nita yang nyari.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 81

    Suara derum mesin kendaraan terdengar masuk ke halaman rumah. Salim menyibak tirai, melongok sang Ayah yang baru saja tiba.“Ya Allah, kamu ke mana saja sih, Dek?!” Kenzo langsung menghambur memeluk istrinya, mencium pipi, dahi, serta hidungnya bertubi-tubi.Salim langsung memalingkan wajah. Menetralisir hatinya yang sedang terbakar cemburu, juga menahan air mata yang sudah hampir merebak.“Aku di rumah sakit nemenin anaknya Anita, Mas. Soalnya nggak ada yang nungguin. Ponsel aku juga mati.” Jawab Efita manja.“Memangnya Anitanya ke mana. Kok bisa kamu yang nemenin anaknya?!” tanya Kenzo, mengurai pelukannya dan membingkai wajah sang istri yang semakin terlihat cantik walaupun banyak di tumbuhi jerawat.“Ke PMI. Suni butuh transfusi darah. Darahnya sebenarnya cocok sama aku, tapi karena aku lagi hamil, jadi aku nggak bisa donorin darah buat dia.”Kenzo hanya ber oh ria mendengar cerita istrinya.“Tapi, kenapa kamu bisa pulang sama Salim?” “Bunda telepon saya. Katanya telepon Ayah tap

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-30
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 82

    “Astaghfirullahaladzim ....” Efita mengusap dadanya sambil menghembuskan nafas kasar.“Kok kaget gitu?” Salim memicingkan mata.“Tadi saya pikir ada pencuri masuk. Ternyata kamu toh!” “Pencuri hati, Bun!” Pria berusia hampir dua puluh satu tahun itu menyeringai. “Memangnya Bunda mau ke mana?” tanyanya lagi.“Saya mau makan. Perut saya lapar!” jawab Efita sambil melenggang pergi ke dapur, sambil memegangi perutnya yang kian membuncit.Wanita berdaster motif Doraemon itu membuka tudung saji dan ternyata sudah tidak ada makanan di atas meja. Padahal, semalam masih ada dua potong ikan, yang sengaja ia sisakan karena akhir-akhir ini ia selalu merasa kelaparan saat tengah malam.“Maaf, Bun. Ikannya sudah aku makan barusan. Buat sahur!” ucap Salim, menarik kursi dan duduk berseberangan dengan ibu tirinya.“Ya sudah nggak apa-apa. Aku masak mie instan saja!” “Kalau begitu biar saya yang buatkan, spesia

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-01
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 83

    “Biar Ayah antar!” ucap Kenzo ketika sang putra sudah pamit dengan nenek serta bibinya.Kenza terlihat begitu sedih ketika Salim menyalaminya dan mencium punggung tangan wanita itu dengan takzim. Dia juga berkali-kali mendaratkan ciuman di pipi lelaki muda itu, sambil terus menyapu air matanya yang sudah tumpah ruah membasahi pipi.“Hati-hati di sana ya, Nak. Ummi ... maksudnya, Bibi akan selalu mendoakan kamu, supaya kelak kamu menjadi orang yang sukses dunia dan akhirat, juga membanggakan kita semua. Tolong doain Bibi juga ya, supaya Bibi sehat terus dan bisa melihat kamu diwisuda dan menikah nanti!” Lagi-lagi Kenza memeluk Salim dengan begitu erat, seolah ia enggan melepaskan kepergian pria berkulit putih itu.“Jangan mikirin kapan saya nikah, Bi. Saya baru akan menikah setelah Bibi mendapatkan pendamping hidup. Saya mau jadi orang sukses dulu.” Salim menatap wajah Kenza sambil tersenyum.Pendar di wajah Kenza langsung meredup. Bayang-b

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 84

    Salim menjadi bertambah khawatir kalau sampai terjadi sesuatu kepada orang yang paling ia cintai, karena banyak sekali orang yang diam-diam merasa iri dengan kebahagiaan Efita.Pria berhidung mancung itu mengusap wajah kasar lalu duduk berjongkok di trotoar. Tiba-tiba perasaannya menjadi tidak enak serta gelisah.‘Astagfirullah!’ Gegas dia mengambil gawainya dan memesan ojek online untuk mengantar dia menyusul sang ayah ke pengadilan. Salim tidak mau ayahnya menghadapi masalah sendiri. Ia harus mendampingi pria yang sudah memberinya kasih sayang selama dua puluh satu tahun itu, memberinya dukungan serta kekuatan agar Kenzo tidak terpuruk dan kembali sakit.Ojek online yang Salim tumpangi berhenti tepat di depan kantor pengadilan. Gegas Salim berlari masuk, mencari Ayahnya karena dia melihat mobil Kenzo sudah terparkir di halaman kantor pengadilan.Hati Salim mencelos ketika melihat sang a

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-02
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 85

    “Salim, ada apa?” Efita terus membuntuti Salim yang masih terus saja diam.Lelaki bertubuh jangkung itu mengenyakkan bokongnya di atas sofa, menyuruh bundanya duduk dan mulai berbicara.“Ayah ditahan, Bun!” Pelan Salim berucap, tapi laksana petir yang menyambar. “Di–ditahan, Salim? Apa ayah benar-benar melakukannya?” Kini mata Efita sudah mulai dipenuhi kaca-kaca, dan tidak lama kemudian air bah itu merebak dengan derasnya membasahi pipi.“Apa Bunda tidak percaya sama Ayah?!” Salim meninggikan nada bicaranya satu oktaf, merasa tersinggung dengan pertanyaan yang keluar dari mulut Efita.“Saya sangat percaya sama Mas Kenzo. Tapi, kenapa dia bisa sampai ditahan?”Salim menghela nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Dia menatap tidak tega wajah sang bunda yang sudah basah oleh air mata, apalagi tadi dia sempat membentaknya.“Ayah kalah dalam persidangan tadi. Semua bukti mengerucut kepada Ayah. Jadi unt

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-03
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 86

    “Bunda, Quina lapar!” ucap bocah kecil itu memecah keheningan.Efita menoleh, membentuk lengkungan di bibir tipisnya, menatap wajah cantik anak tirinya yang teramat ia sayangi.“Kakak Quina mau maem apa?” tanyanya pelan.“Mau makan fried chicken,” sahut Saquina manja.“Oke bos!” Efita menautkan jari telunjuk dan ibu jarinya membentuk huruf O.Gadis berhijab merah muda itu bersorak kegirangan. Karena biasanya, Efita selalu membatasi dia mengonsumsi makanan cepat saji, dan lebih suka memberinya masakan rumahan yang sehat.Mobil hitam milik Kenzo terparkir di halaman sebuah restoran cepat saji dan semua penumpangnya segera turun. Salim menggendong Saquina masuk, disusul oleh Kenza serta Efita yang berjalan di belakang laki-laki berkulit putih itu.“Bunda sama Bibi mau makan sekalian nggak?” tanya Salim, menatap wajah bibinya lalu bergantian menatap wajah wanita yang sangat ia kagumi. Jantung Salim

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-04
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 87

    “Ma–mas Akmal?” Efita menatap wajah mantan suaminya yang berjalan semakin mendekat. “Apa kabar, Sayang. Sudah lama kita nggak ketemu. Perut kamu makin gendut saja. Apa aku boleh menyentuh anak kita?” racau laki-laki berambut cepak itu seraya menghampiri mantan istrinya, hingga si wanita kini terpojok di sudut ruangan. “Kamu mau ngapain, Mas?!” Suara Efita terdengar semakin gemetar. “Tenang saja, Efita. Aku tidak akan menyakiti kamu. Aku Cuma rindu sama kamu.” Akmal mengusap pipi Efita, memejamkan mata menikmati seinchi demi seinchi kulit halus wanita tersebut. Dadanya kian bergemuruh, gejolak cintanya semakin membuat ia menggila, bahkan sampai membuat dia lupa bahwa dosa hukumnya menyentuh wanita yang sudah bukan lagi berstatus sebagai istrinya. “Tolong pergi dari sini, Mas. Aku mohon jangan sentuh aku.” Efita menangkupkan kedua tangannya sambil menangis tersedu. “Jangan menangis, Fita sayang. Mas nggak aka

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-05
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 88

    Perempuan yang baru saja melahirkan anak pertamanya itu menatap sinis kakak semata wayangnya.“Diam kamu!” teriak Salim sambil menunjuk wajah Dewi. Dada Salim naik turun tidak beraturan, menahan amarah yang kian membuncah. Wajahnya memerah padam dengan rahang mengeras dan gigi menggertak.Kalau saja Kenza tidak memeganginya kuat-kuat. Pria itu pasti sudah mendaratkan tangannya di pipi Dewi yang terlihat membengkak.Melihat anak tiri kakaknya sudah berapi-api, Dewi segera pergi karena takut terkena amukan pria yang pernah menemuinya di sebuah hotel itu. Dia paham betul seperti apa Salim kalau sedang emosi.Selepas azan isya Pak RT datang dan mengajak mereka semua berbicara baik-baik dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.“Dia mau melecehkan ibu saya, Pak!” berang Salim belum bisa mengontrol emosinya.“Bohong, Pak RT. Mana ada sih suami yang mau memperkosa istrinya sendiri!” tampik Akmal sambil menyeri

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-06

Bab terbaru

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 229 (Ending)

    Pukul tujuh malam, selepas melaksanakan shalat isya, Ridwan kembali datang dan meminta Dewi untuk menjadi pendamping hidupnya. Kali ini dia meminta wanita tersebut kepada sang kakak, dan Efita tetap saja menyerahkan semuanya kepada Dewi. "Sudah aku bilang kan, Mas. Aku ini bukan wanita sempurna. Kamu akan menyesal jika menikah denganku nanti. Apa kamu tidak berpikir sampai kesitu, Mas?" Dewi membuang muka menghindari tatapan Ridwan yang begitu menghanyutkan."Saya akan menerima segala kekurangan serta kelebihan kamu, Wi. Lillahi taala. Menikah itu ibadah. Kebahagiaan sepasang suami istri itu bukan hanya karena adanya anak. Tapi dengan saling percaya serta melengkapi, kita akan merasa hidup bahagia selamanya. Apalagi sudah ada Arjuna. Dia juga butuh figur seorang ayah, Wi. Kamu jangan egois!" desak Ridwan memberi keyakinan kepada wanita yang dia kagumi."Justru karena aku tidak mau dianggap egois, makanya menolak kamu, Mas." "Wi, tolong pertimban

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 228

    Keluarga besar Efita sudah bersiap-siap pergi ke kota Tegal untuk melangsungkan pernikahan Salman dengan putri sulung Gus Fauzan. Pernikahan yang rencananya akan diselenggarakan awal tahun, akan tetapi harus ditunda beberapa bulan karena Salman belum bisa mengambil cuti dan Nabila mendapat tugas dari kampusnya untuk melakukan kuliah kerja nyata di luar kota. Hal itulah yang membuat acara harus ditunda sementara, dan hari ini, dua insan manusia yang saling mencintai itu akan mengucap janji suci di depan Allah, menjadikan hubungan mereka menjadi halal serta diridhai Tuhan."Santai saja, nggak usah gemetar!" bisik Salim kepada sang adik ketika mereka sudah berada di masjid pesantren menunggu ijab qobul dimulai.Salman menerbitkan senyuman. Rasa grogi terlihat jelas di wajah pria berusia sudah genap dua puluh empat tahun itu, apalagi ketika pembawa acara memulai susunan acara.Keringat dingin terus saja membanjiri tubuhnya walaupun ruangan tempat dia akan meng

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 227

    "Maaf, Wi. Kamu yang tenang. Kalau kamu tidak mau menyerahkan Arjuna tidak apa-apa. Mas tidak memaksa. Tapi kalau suatu saat Mas ingin mengajaknya bermalam di rumah, tolong kamu izinkan ya? Biar dia juga deket dengan Papa Surya."Mendengar nama Surya, entah mengapa ada rasa seperti termas-remas di dada Dewi. Dia ingat betul ketika pria paruh baya itu merenggut dengan paksa kehormatannya, melakukannya berkali-kali hingga akhirnya dia mengandung dan kehilangan masa depan. Selain itu, dia juga harus menjadi duri dalam daging di kehidupan rumah tangga Efita, merobohkan benteng yang telah dibangun dengan kokoh hingga hancur lebur serta rata dengan tanah.Tanpa terasa dua bulir air bening lolos begitu saja dari sudut netra perempuan berusia dua puluh tiga tahun itu. Walaupun rasa benci terhadap Surya mendominasi di hati, akan tetapi dia begitu mencintai Arjuna. Apalagi Efita selalu memberinya wejangan, kalau anak adalah masa depan yang akan menjamin masa tua kita, j

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 226

    #POV AuthorEfita sedang duduk di teras sambil mengawasi Arjuna, Syabil dan Faza bermain pasir di taman depan rumah. Dia segera menoleh ke arah pintu ketika mendengar seseorang mengucap salam. Seulas senyum tergambar di bibir Akmal, sambil menatap wajah Efita yang tertutup cadar. Ada rasa rindu yang kian menggebu di dalam kalbu, karena sampai saat ini dia belum benar-benar bisa melupakan sang mantan. Cinta yang ditancapkan Efita di dinding hatinya terlalu dalam dan tidak mudah terhapuskan.Semakin dia mencoba, maka rasa itu kian terasa serta menyiksa."Kamu apa kabar, Fit?" tanya Akmal setelah dia dipersilahkan masuk oleh mantan istrinya."Alhamdulillah aku sehat. Mas Akmal sendiri bagaimana kabarnya, tumben mampir ke rumah, setelah beberapa tahun tidak pernah keliatan batang hidungnya?" "Aku pengen ketemu Juna, Fit."Efita menanggapi dengan ber oh ria. Dia kemudian memanggil keponakan kesayangannya itu dan menyuruh pr

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 225

    Setelah selesai memberikan keterangan kepada penyidik. Perawat serta polisi wanita yang mendampingi segera membawa Safina keluar dari ruangan tersebut karena harus segera kembali ke rumah sakit."Apa saya bisa bicara dengan Safina sebentar, Bu?" Ragu aku mengatakan hal itu, karena takut Safina kembali mengamuk jika aku mengajaknya berbicara."Silahkan, Pak." Kami pun berjalan menuju kursi panjang yang ada di teras kantor polisi, duduk di tempat tersebut dengan perasaan bersalah menyelimuti hati."Fin," panggilku pelan."Aku tahu apa yang ingin Mas Salim katakan sama aku," sahut Safina dengan suara parau. "Mas nggak usah khawatir. Aku tidak akan lagi mengganggu atau merepotkan Mas. Aku juga sudah ikhlas dengan pernikahan Mas dan Ning Azalia. Aku doakan, semoga kalian berdua hidup bahagia hingga maut yang memisahkan." Seulas senyum tercetak di bibir merah muda Safina walaupun aku lihat ada kabut di kedua sudut netranya.

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 224

    "Kenapa liatin saya seperti itu?" tanya Fahri seraya menatap menghunus ke arahku.Aku mengangkat satu ujung bibir. Sepertinya Tejo dan Fahri begitu membenci diriku, padahal antara aku dan mereka berdua tidak pernah ada urusan apa-apa. Kenal saja baru-baru ini setelah aku menikah dengan Safina dan Azalia. Tapi, entah mengapa tatapan mereka terlihat penuh dengan kebencian kepadaku.Petugas menyuruh Fahri untuk duduk, menginterogasi dia menanyakan hubungan laki-laki tersebut dengan mantan istri, walaupun Fahri terus saja berbelit-belit memberikan keterangan, malah cenderung mengelak kalau dia tidak pernah melakukan pelecehan seksual terhadap SafinaHingga akhirnya seorang wanita berhijab ungu ditemani oleh seorang perawat juga dua orang polisi wanita datang, membuat Fahri serta Tejo tercengang. Gurat ketakutan tergambar jelas di wajah keduanya."Sa--Safina?" Bahkan Tejo sampai tergagap melihat kehadiran wanita yang sudah dia nodai tersebut.

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 223

    "Insya Allah saya bersedia, Mas," jawab si wanita dengan intonasi sangat lembut serta gemetar, dan semua orang yang ada ramai gemuruh mengucap hamdalah."Alhamdulillah, berarti Bunda mau nambah mantu lagi!" seloroh Bunda Efita terdengar bahagia."Ini kenapa ujung-ujungnya jadi kaya lamaran begini?" Azalia ikut menimpali. "Cie...Bila, akhirnya bisa menikah dengan sang pujaan hati!" ledek istriku seraya memeluk adik sepupunya."Jangan ledekin aku terus dong, Mbak Lia. Aku 'kan jadi malu!" Nabila memonyongkan bibir manja. Dia persis seperti istriku ketika sedang merajuk. Semoga saja sifatnya juga sama seperti Azalia. Penyayang, bijaksana dan menghormati serta menyangi Bunda Efita tentunya."Kapan akan diadakan lamaran secara resmi, Gus. Biar saya siapkan segala keperluannya?" Bunda Efita terlihat begitu bersemangat."Tidak usah ada acara lamaran lagi, Mbak Fita. Sebaiknya langsung dinikahkan saja. Toh, mereka sudah sama-sama d

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 222

    #Part menuju ending"Astaghfirullahaladzim!" teriak kami ketika tubuh Bu Veronika ambruk ke lantai.Kepanikan mulai terlihat di wajah Dokter Fatih ketika melihat sang ibu tidak sadarkan diri. Kedua mata laki-laki itu sudah dipenuhi kabut dan tidak lama kemudian buliran-buliran air bening mulai meluncur dari balik kelopaknya meninggalkan jejak lurus di pipi."Ibu, bangun, Bu. Ya Allah. Kenapa Ibu malah pingsan seperti ini, Bu?" Dia menepuk-nepuk pelan pipi ibunya."Angkat ibu kamu, Mas. Bawa dia ke kamar tamu atau direbahkan di sofa!" perintah bunda Efita dan segera dikerjakan oleh dokter berkacamata tebal tersebut.Azalia yang sejak tadi berdiri di ambang pintu berinisiatif mengambil minyak kayu putih lalu menggosokkannya ke pelipis serta dekat hidungnya.Tidak lama kemudian mata Bu Veronika terbuka. Dia memalingkan wajah ketika melihat sang anak yang sedang duduk di sebelahnya sambil menggenggam erat jari keriputnya. "

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 221

    "Assalamualaikum!" Kami yang sedang duduk santai di teras menoleh secara serempak ketika mendengar suara Bu Veronika mengucap salam."Waalaikumussalam!" Ummi segera beranjak dari duduknya, berjalan menuju pintu garasi dan mempersilahkan ibunya Dokter Fatih untuk masuk.Kali ini Bu Veronika datang tidak hanya sendiri, tapi bersama anaknya yang meresahkan itu. Sepertinya dia menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Berpura-pura ingin mengenal lebih jauh keluarga besarku, padahal sebenarnya ingin melihat istriku yang memang begitu cantik memesona dan siapa pun yang melihatnya pasti akan jatuh cinta.Dari balik kacamata tebalnya, terlihat sekali kedua bola mata Dokter Fatih membulat tanpa berkedip menatap ke dalam rumah. Aku menoleh berniat menyuruh Azalia masuk, tapi mataku dibuat memicing olehnya sebab yang sedang dia pandangi malah bukan istri, melainkan Bunda Efita. Sepertinya dokter genit tersebut terpesona dengan kecantikan wajah bunda yang tertutup niqo

DMCA.com Protection Status