Share

Part 90

Penulis: Ida Saidah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-08 07:00:51

Salim memarkirkan mobilnya di parkiran gedung bertingkat satu dan lekas membukakan pintu untuk sang Bunda.

"Hati-hati turunnya, Bun," ucap laki-laki yang kini usianya sudah genap dua puluh satu tahun itu.

"Terima kasih, Salim." Efita melangkah keluar pelan-pelan.

Mereka berjalan bersisian menghampiri petugas yang sedang berjaga lalu mengisi daftar tamu di ruang informasi. Petugas juga memeriksa barang bawaan mereka, mengantarkan mereka meletakkan semua barang di loker lalu menyuruh mereka menunggu hingga nama mereka dipanggil.

Efita terlihat begitu gelisah. Kenza menggengam erat jemari kakak iparnya, meyakinkan wanita yang perutnya semakin terlihat membukit itu bahwa semua akan baik-baik saja. Dia meyakinkan kalau Kenzo sebentar lagi akan bebas karena ia memang tidak melakukan kejahatan apapun.

Setelah satu jam menunggu, akhirnya nama Efita dipanggil, dan dengan cepat wanita itu berjalan ke ruangan tempat dimana dia akan bertemu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 91

    "Perkenalkan nama saya Dandi Prawira. Saya temanannya Kenzo dulu saat kuliah. Tapi karena suatu hal akhirnya pertemanan kami harus berakhir!" Pria itu menjabat tangan Salim sambil menatap lekat-lekat wajah pria berusia dua puluh satu tahun itu."Oh, Om temenya Ayah juga ya?" Binar bahagia terpancar jelas di mata Salim."Iya, kamu anaknya Kenzo?" "Iya, Om. Saya anak sulungnya!" "Usia kamu berapa tahun, Nak?" "Baru dua puluh satu tahun, Om!" 'Dua puluh satu tahun, Kenzo menikah dengan Naumi juga sekitar dua puluh satu tahun yang lalu. Apa Naumi hamil duluan? Apa jangan-jangan ... dia anaknya Kenza?' gumam Prawira dalam hati."Siapa, Lim?" tanya Fatimah sambil berjalan keluar.Mata perempuan berusia lebih dari enam puluh tahun itu tiba-tiba sudah menganak sungai. Wajahnya pias. Dia lalu menarik Salim menjauh dari pria tersebut."Ada apa, Nek? Dia yang mau membantu Ayah keluar dari penjara. Kenapa Nenek terlihat kurang suka sama dia?!" Dahi Salim berkerut-kerut menatap neneknya."Kamu

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 92

    “Brengsek kamu, Wira. Saya pikir kamu seorang teman, tetapi kamu hanya seorang pecundang!!” Kenzo menghadiahi bogem mentah kepada Wira, hingga pria bermata bulat itu babak belur dan hampir saja tewas kalau Pak RT tidak melerai.Kabar tentang kehamilan Kenza akhirnya didengar oleh warga sekitar dan menjadi bahan pergunjingan. Karena tidak tahan putrinya menjadi bahan olok-olokan sementara dia hanya korban, Fatimah akhirnya menjual tanah, rumah serta isinya yang dia miliki dan hijrah ke kota Jakarta, meninggalkan kota Manado dan memulai kehidupan baru di ibukota.“Mbak, ada apa? Kok Mbak Kenza kaya ketakutan begitu?” Efita merangkul pundak adik iparnya.“Jangan sentuh saya, pergi! Pergi kamu bajing**!” teriak Kenza histeris.“Allahu Akbar, Mbak. Ini saya Mbak. Efita, Kakak iparnya Mbak Kenza. Istigfar, Mbak!” Efita terus saja mendekati Kenza berusaha menenangkan wanita tersebut.“Pergi! Jangan sentuh saya. Saya k

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-10
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 93

    “Bi Kenza itu Ummi aku kan?” Suara Salim semakin mendekat ke arahnya. “Apa Ummi jijik sama aku sampai Ummi tidak mau memeluk aku, Ummi?” Kenza langsung memutar badan perlahan dan menghambur memeluk Salim. Diciuminya pipi sang putra, mengusap wajahnya yang tampan lalu kembali memeluk tubuhnya dengan erat, seolah tidak ingin lagi berpisah dengan sang anak. “Kenapa Ummi merahasiakannya dariku. Kenapa Ummi menyimpan luka ini sendiri? Andai saja Ummi berterus terang dan mengatakan kalau aku ini anak Ummi, aku pasti akan menjadi tempat untuk Ummi berbagi. Aku akan selalu menjadi sandaran hati Ummi!” “Maaf!” Hanya itu yang mampu keluar dari mulut Kenza. “Untuk apa, Ummi?” Salim mengurai pelukannya kemudian menatap lekat netra ibunya. Kini terlihat dengan jelas banyak sekali luka di dalam sana, yang selalu ia simpan tanpa mau membebani orang lain. “Tolong jangan benci Ummi, Nak.” Pelan Kenza berujar, bagai angin sedang berembus. Salim menggeleng pelan. “Aku tidak pernah membenci Ummi.

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-11
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 94

    Salim mengulum senyum membayangkan kalau Efita benar-benar istrinya dan sedang mengandung buah cinta mereka. Ah, rasanya dunia terasa indah jika bisa hidup bersama wanita yang amat ia kagumi sejak pertama mereka berjumpa. Menjadi pendamping hidupnya hingga menua bersama, menjadi sandaran hati Efita ketika dia sedang terluka.“Lim, kok kamu senyum-senyum sendiri? Kamu nggak kesambet kan?” tanya Efita sambil berdiri menatap laki-laki bertubuh persis seperti suaminya itu.“Eh, Bunda udah keluar. Gimana dedek bayinya? Mirip saya, apa mirip siapa?” jawab Salim seraya memindai wajah manis sang bunda.“Belum ketahuan, Salim. Semoga nggak mirip kamu. Amit-amit!” Efita mengusap perutnya sambil bergidik.“Kan saya ganteng, Bunda.” Salim menyeringai.Bibir Efita melengkungkan senyuman membuat Salim bertambah mengaguminya. Karena senyum tulus Efitalah yang mampu menancapkan cinta begitu dalam di hati pemuda tersebut.“Lim, kita

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 95

    ‘Apa aku masih bisa masuk ke dalam surga-Mu ya Allah, setelah aku melakukan semua itu terhadap istri ayahku sendiri?’ Salim bergumam sendiri dalam hati.Gegas pemuda berambut cepak itu masuk ke kamar mandi, membersihkan diri lalu mengambil wudu dan melaksanakan salat taubat. Dia ingin meminta ampun kepada Allah atas segala khilaf yang telah ia lakukan.Efita duduk di depan cermin sambil memindai wajahnya yang banyak ditumbuhi jerawat. Hari ini ia akan kembali membesuk Kenzo setelah seminggu sang suami menginap di hotel prodeo. Efita sudah sangat merindukan suaminya. Apalagi pertemuan minggu lalu, hanya sebentar saja dan tidak bisa menghilangkan rasa rindu dan menggebu di dalam qolbu.Efita sengaja berdandan sedikit lebih cantik dari biasanya, supaya dia terlihat cantik di depan Kenzo. Apalagi semalam ada seseorang yang menghubunginya, memberitahu kalau dia bisa bertemu dengan Kenzo selama beberapa jam, tapi menggunakan ‘jalur khusus’. Efita ing

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-14
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 96

    Wira membetulkan posisi duduk Kenza supaya menjadi lebih nyaman. Merebahkan jok mobilnya, mengganjal kepala wanita yang sudah ia hancurkan hidupnya dengan bantal.Pria berkumis tipis itu menatap lekat-lekat wajah perempuan berhidung mancung tersebut. Air matanya kini tidak bisa ia bendung, mengingat apa yang telah ia lakukan dua puluh dua tahun yang lalu, hingga membuat Kenza mengalami trauma, bahkan enggan mengakhiri masa lajangnya.“Abang sangat menyesal, Dik. Tahukah Adik, selama beberapa tahun ini Abang tidak bisa tidur dengan tenang. Abang selalu di hantui rasa bersalah, juga dosa karena Abang sudah menghancurkan masa depan Adik!” Wira berujar sambil sesekali menghapus air matanya.Salim terus berjalan berputar-putar mengelilingi halaman kantor polisi mencari keberadaan Umminya. Berkali-kali dia mencoba menghubungi nomer sang Ibu, akan tetapi nomer Kenza selalu tidak aktif. Salim akhirnya memutuskan untuk mencari Kenza di tempat dimana sang Ayah

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-15
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 97

    “Waalaikumussalam, hati-hati!” Kenzo melambaikan tangan sambil berusaha menahan air mata agar tidak tumpah di depan anak istrinya.“Assalamualaikum!” Suara bariton seorang lelaki mengagetkan Kenzo yang sedang menutup pintu kamar.“Waalaikumussalam, Wira?” Kenzo menatap wajah laki-laki yang ada si hadapannya.“Apa kabar, Zo?”“Seperti yang kamu lihat, Wira. Saya baik-baik saja! Kamu mau ngapain datang menemui keluarga saya lagi. Belum puas kamu menghancurkan kehidupan adikku, Wira!” Kilat kemarahan tergambar jelas di mata teduh laki-laki berusia empat puluh satu tahun itu.“Saya datang ke sini, hanya berniat membantu kamu keluar dari kasus yang sedang membelit kamu, Kenzo. Saya tahu kamu tidak bersalah, bahkan, saya dan anak buah saya sudah berhasil menemukan beberapa bukti yang mungkin bisa membuat kamu memenangkan persidangan pekan depan. Tapi saya menolong kamu secara pamrih, Kenzo. Saya minta imbalan, supaya keluarga kamu men

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 98

    .“Kenapa kamu begitu membenci kakak, Wi?” Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulut Efita.“Karena kakak tidak pernah memberi kesempatan untuk aku bahagia!” sahut Dewi ketus.“Maksud kamu, Dewi?” Dahi Efita berkerut-kerut mendengar jawaban dari sang adik.Dia merasa heran kenapa Dewi bisa berpikiran seperti itu. Sementara dia sejak kecil selalu mengalah dan lebih mementingkan kebahagiaan si adik.Bahkan, dia rela putus sekolah asal Dewi bisa melanjutkan pendidikannya.“Semua orang yang ada di sekitarku selalu menyayangi kakak, sementara sama aku, mereka semua membenci aku. Nggak Akmal, nggak Emak. Semuanya nggak pernah suka sama aku!” desisnya kesal.“Kata siapa Emak nggak sayang kamu, Wi. Emak itu sayang banget sama kamu. Begitu juga kakak. Kalau kakak egois dan tidak menyayangi kamu, dulu kakak lebih memilih sekolah dan membiarkan kamu tidak mengenyam bangku pendidikan. Tapi

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-17

Bab terbaru

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 229 (Ending)

    Pukul tujuh malam, selepas melaksanakan shalat isya, Ridwan kembali datang dan meminta Dewi untuk menjadi pendamping hidupnya. Kali ini dia meminta wanita tersebut kepada sang kakak, dan Efita tetap saja menyerahkan semuanya kepada Dewi. "Sudah aku bilang kan, Mas. Aku ini bukan wanita sempurna. Kamu akan menyesal jika menikah denganku nanti. Apa kamu tidak berpikir sampai kesitu, Mas?" Dewi membuang muka menghindari tatapan Ridwan yang begitu menghanyutkan."Saya akan menerima segala kekurangan serta kelebihan kamu, Wi. Lillahi taala. Menikah itu ibadah. Kebahagiaan sepasang suami istri itu bukan hanya karena adanya anak. Tapi dengan saling percaya serta melengkapi, kita akan merasa hidup bahagia selamanya. Apalagi sudah ada Arjuna. Dia juga butuh figur seorang ayah, Wi. Kamu jangan egois!" desak Ridwan memberi keyakinan kepada wanita yang dia kagumi."Justru karena aku tidak mau dianggap egois, makanya menolak kamu, Mas." "Wi, tolong pertimban

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 228

    Keluarga besar Efita sudah bersiap-siap pergi ke kota Tegal untuk melangsungkan pernikahan Salman dengan putri sulung Gus Fauzan. Pernikahan yang rencananya akan diselenggarakan awal tahun, akan tetapi harus ditunda beberapa bulan karena Salman belum bisa mengambil cuti dan Nabila mendapat tugas dari kampusnya untuk melakukan kuliah kerja nyata di luar kota. Hal itulah yang membuat acara harus ditunda sementara, dan hari ini, dua insan manusia yang saling mencintai itu akan mengucap janji suci di depan Allah, menjadikan hubungan mereka menjadi halal serta diridhai Tuhan."Santai saja, nggak usah gemetar!" bisik Salim kepada sang adik ketika mereka sudah berada di masjid pesantren menunggu ijab qobul dimulai.Salman menerbitkan senyuman. Rasa grogi terlihat jelas di wajah pria berusia sudah genap dua puluh empat tahun itu, apalagi ketika pembawa acara memulai susunan acara.Keringat dingin terus saja membanjiri tubuhnya walaupun ruangan tempat dia akan meng

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 227

    "Maaf, Wi. Kamu yang tenang. Kalau kamu tidak mau menyerahkan Arjuna tidak apa-apa. Mas tidak memaksa. Tapi kalau suatu saat Mas ingin mengajaknya bermalam di rumah, tolong kamu izinkan ya? Biar dia juga deket dengan Papa Surya."Mendengar nama Surya, entah mengapa ada rasa seperti termas-remas di dada Dewi. Dia ingat betul ketika pria paruh baya itu merenggut dengan paksa kehormatannya, melakukannya berkali-kali hingga akhirnya dia mengandung dan kehilangan masa depan. Selain itu, dia juga harus menjadi duri dalam daging di kehidupan rumah tangga Efita, merobohkan benteng yang telah dibangun dengan kokoh hingga hancur lebur serta rata dengan tanah.Tanpa terasa dua bulir air bening lolos begitu saja dari sudut netra perempuan berusia dua puluh tiga tahun itu. Walaupun rasa benci terhadap Surya mendominasi di hati, akan tetapi dia begitu mencintai Arjuna. Apalagi Efita selalu memberinya wejangan, kalau anak adalah masa depan yang akan menjamin masa tua kita, j

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 226

    #POV AuthorEfita sedang duduk di teras sambil mengawasi Arjuna, Syabil dan Faza bermain pasir di taman depan rumah. Dia segera menoleh ke arah pintu ketika mendengar seseorang mengucap salam. Seulas senyum tergambar di bibir Akmal, sambil menatap wajah Efita yang tertutup cadar. Ada rasa rindu yang kian menggebu di dalam kalbu, karena sampai saat ini dia belum benar-benar bisa melupakan sang mantan. Cinta yang ditancapkan Efita di dinding hatinya terlalu dalam dan tidak mudah terhapuskan.Semakin dia mencoba, maka rasa itu kian terasa serta menyiksa."Kamu apa kabar, Fit?" tanya Akmal setelah dia dipersilahkan masuk oleh mantan istrinya."Alhamdulillah aku sehat. Mas Akmal sendiri bagaimana kabarnya, tumben mampir ke rumah, setelah beberapa tahun tidak pernah keliatan batang hidungnya?" "Aku pengen ketemu Juna, Fit."Efita menanggapi dengan ber oh ria. Dia kemudian memanggil keponakan kesayangannya itu dan menyuruh pr

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 225

    Setelah selesai memberikan keterangan kepada penyidik. Perawat serta polisi wanita yang mendampingi segera membawa Safina keluar dari ruangan tersebut karena harus segera kembali ke rumah sakit."Apa saya bisa bicara dengan Safina sebentar, Bu?" Ragu aku mengatakan hal itu, karena takut Safina kembali mengamuk jika aku mengajaknya berbicara."Silahkan, Pak." Kami pun berjalan menuju kursi panjang yang ada di teras kantor polisi, duduk di tempat tersebut dengan perasaan bersalah menyelimuti hati."Fin," panggilku pelan."Aku tahu apa yang ingin Mas Salim katakan sama aku," sahut Safina dengan suara parau. "Mas nggak usah khawatir. Aku tidak akan lagi mengganggu atau merepotkan Mas. Aku juga sudah ikhlas dengan pernikahan Mas dan Ning Azalia. Aku doakan, semoga kalian berdua hidup bahagia hingga maut yang memisahkan." Seulas senyum tercetak di bibir merah muda Safina walaupun aku lihat ada kabut di kedua sudut netranya.

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 224

    "Kenapa liatin saya seperti itu?" tanya Fahri seraya menatap menghunus ke arahku.Aku mengangkat satu ujung bibir. Sepertinya Tejo dan Fahri begitu membenci diriku, padahal antara aku dan mereka berdua tidak pernah ada urusan apa-apa. Kenal saja baru-baru ini setelah aku menikah dengan Safina dan Azalia. Tapi, entah mengapa tatapan mereka terlihat penuh dengan kebencian kepadaku.Petugas menyuruh Fahri untuk duduk, menginterogasi dia menanyakan hubungan laki-laki tersebut dengan mantan istri, walaupun Fahri terus saja berbelit-belit memberikan keterangan, malah cenderung mengelak kalau dia tidak pernah melakukan pelecehan seksual terhadap SafinaHingga akhirnya seorang wanita berhijab ungu ditemani oleh seorang perawat juga dua orang polisi wanita datang, membuat Fahri serta Tejo tercengang. Gurat ketakutan tergambar jelas di wajah keduanya."Sa--Safina?" Bahkan Tejo sampai tergagap melihat kehadiran wanita yang sudah dia nodai tersebut.

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 223

    "Insya Allah saya bersedia, Mas," jawab si wanita dengan intonasi sangat lembut serta gemetar, dan semua orang yang ada ramai gemuruh mengucap hamdalah."Alhamdulillah, berarti Bunda mau nambah mantu lagi!" seloroh Bunda Efita terdengar bahagia."Ini kenapa ujung-ujungnya jadi kaya lamaran begini?" Azalia ikut menimpali. "Cie...Bila, akhirnya bisa menikah dengan sang pujaan hati!" ledek istriku seraya memeluk adik sepupunya."Jangan ledekin aku terus dong, Mbak Lia. Aku 'kan jadi malu!" Nabila memonyongkan bibir manja. Dia persis seperti istriku ketika sedang merajuk. Semoga saja sifatnya juga sama seperti Azalia. Penyayang, bijaksana dan menghormati serta menyangi Bunda Efita tentunya."Kapan akan diadakan lamaran secara resmi, Gus. Biar saya siapkan segala keperluannya?" Bunda Efita terlihat begitu bersemangat."Tidak usah ada acara lamaran lagi, Mbak Fita. Sebaiknya langsung dinikahkan saja. Toh, mereka sudah sama-sama d

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 222

    #Part menuju ending"Astaghfirullahaladzim!" teriak kami ketika tubuh Bu Veronika ambruk ke lantai.Kepanikan mulai terlihat di wajah Dokter Fatih ketika melihat sang ibu tidak sadarkan diri. Kedua mata laki-laki itu sudah dipenuhi kabut dan tidak lama kemudian buliran-buliran air bening mulai meluncur dari balik kelopaknya meninggalkan jejak lurus di pipi."Ibu, bangun, Bu. Ya Allah. Kenapa Ibu malah pingsan seperti ini, Bu?" Dia menepuk-nepuk pelan pipi ibunya."Angkat ibu kamu, Mas. Bawa dia ke kamar tamu atau direbahkan di sofa!" perintah bunda Efita dan segera dikerjakan oleh dokter berkacamata tebal tersebut.Azalia yang sejak tadi berdiri di ambang pintu berinisiatif mengambil minyak kayu putih lalu menggosokkannya ke pelipis serta dekat hidungnya.Tidak lama kemudian mata Bu Veronika terbuka. Dia memalingkan wajah ketika melihat sang anak yang sedang duduk di sebelahnya sambil menggenggam erat jari keriputnya. "

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 221

    "Assalamualaikum!" Kami yang sedang duduk santai di teras menoleh secara serempak ketika mendengar suara Bu Veronika mengucap salam."Waalaikumussalam!" Ummi segera beranjak dari duduknya, berjalan menuju pintu garasi dan mempersilahkan ibunya Dokter Fatih untuk masuk.Kali ini Bu Veronika datang tidak hanya sendiri, tapi bersama anaknya yang meresahkan itu. Sepertinya dia menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Berpura-pura ingin mengenal lebih jauh keluarga besarku, padahal sebenarnya ingin melihat istriku yang memang begitu cantik memesona dan siapa pun yang melihatnya pasti akan jatuh cinta.Dari balik kacamata tebalnya, terlihat sekali kedua bola mata Dokter Fatih membulat tanpa berkedip menatap ke dalam rumah. Aku menoleh berniat menyuruh Azalia masuk, tapi mataku dibuat memicing olehnya sebab yang sedang dia pandangi malah bukan istri, melainkan Bunda Efita. Sepertinya dokter genit tersebut terpesona dengan kecantikan wajah bunda yang tertutup niqo

DMCA.com Protection Status