Home / Romansa / Skandal Pengawal Dan Nona Muda / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Skandal Pengawal Dan Nona Muda: Chapter 141 - Chapter 150

160 Chapters

Bab 141. Arta Hilang

Arthur dan Lintang menunggu dengan tidak sabar, mereka tegang seolah diburu waktu untuk segera menemukan keberadaan Arta. "Nah, itu dia!" kata Pak Satpam itu berdiri melihat ada seorang laki-laki yang berjalan ke arah mereka."Pagi, Her, ada apa?" tanya pria itu, yang wajahnya tampak masih terkantuk-kantuk, sesekali dia menghela nafas untuk mengalihkan rasa ingini menguap."Iya maaf mengganggu Pak Tom," kata Pak Satpam Heri, lalu menoleh pada Arthur dan Lintang yang menunggu sejak tadi."Ini ada yang mau ditanyakan sama Tuan Arthur," kata Heri.Tomi yang baru menyadari adanya Arthur dan Lintang di situ pun langsung memperbaiki sikapnya dengan lebih sopan. Siapa yang tidak tahu keluarga Adiwilaga dan kedua orang itu. "Oh, ya ampun! Maaf saya nggak sopan, Tuan, Nyonya!" kata Tomi tersenyum canggung.Arthur mengangguk, "Tak apa, Pak, kami ke sini mau menanyakan semalam Pak Tomi melihat ada anak kecil?" tanya Arthur langsung tanpa basa-basi. "Ini fotonya!" Lintang maju memperlihatkan
last updateLast Updated : 2023-04-28
Read more

Bab 142. Menemui Rey

Arthur dan Lintang bergegas pulang. Dan ketika mereka sampai di rumah, tampak Candra sudah menunggu mereka di depan. Dia menatap ke arah Lintang dengan ragu, lalu menoleh pada Arthur."Apa kalian mendapat sesuatu?" tanyanya seraya berjalan beriringan masuk ke rumah.Arthur mengangguk, "Ya, mereka bilang jika Arta naik taksi online menuju ke rumah Fala," terangnya."Apa kalian sudah memastikannya?"Arthur mengangguk lagi, "Fala bilang Arta tidak pernah sampai ke sana!" jawabnya pelan.Lintang sudah terduduk dengan lemas di kursi. Candra pun menarik nafas, berpikir jika apa yang dia katakan mungkin akan semakin memperkeruh suasana."Sebenarnya ada yang ingin aku katakan," kata Candra dengan ragu."Apa itu?" tanya Arthur.Candra kembali menghela nafas, "Ada orang yang menelpon, mereka mengatakan jika Arta ada bersama mereka!"Sontak Arthur dan Lintang saling pandang "Apa yang terjadi?" seru Lintang dengan wajah semakin cemas.Candra menggeleng, bagaimana pun dia harus mengatakannya sup
last updateLast Updated : 2023-04-28
Read more

Bab 143. Jam Tangan GPS

Arthur dan Fala menemui Rey di apartemennya. Fala tampak terheran-heran dengan kondisi apartemen Rey yang gelap dan berantakan, dengan bekas makanan bertumpuk di meja dapur dan kaleng soda berserakan di dekat tong sampah yang memang sudah penuh."Dia polisi?" tanya Fala menunjuk ke arah seorang laki-laki berambut gondrong yang tertidur di sofa, rambut panjangnya menutupi wajahnya.Arthur menghela nafas panjang dan mengangguk menjawabnya. Dia berjalan melewati beberapa barang yang berserakan di lantai, kemudian membuka tirai. Sontak saja sinar matahari dari luar pun menerobos masuk seolah membelah kegelapan di dalam ruangan itu. Terlebih ketika Arthur lalu membuka jendela, membiarkan udara dari luar menyeruak masuk memenuhi ruangan, menggantikan udara pengap yang mencekik mereka."Astaga! Apa-apaan ini?" keluh Rey sembari meringis menahan sinar matahari yang menyilaukan matanya. Dia menggeliat malas kemudian berbalik membelakangi cahaya dan menyusupkan wajahnya di atas bantal.Arthur b
last updateLast Updated : 2023-05-02
Read more

Bab 144. Gedung Terbengkalai

Arthur memastikan posisi Arta sudah tepat berada di tempat yang ditunjuk Rey. Dia dan Fala segera menuju ke sana secepatnya."Apa perlu kita lapor polisi sekarang?" kata Fala ketika mereka sudah di dalam mobil."Aku juga polisi!" tukas Arthur sembari fokus mengemudi.Fala memutar bola matanya, "Aku serius!" ujarnya jengkel."Aku juga!" balas Arthur tanpa menoleh.Fala mendengus, "Menurutmu kita bisa mengatasi penculik itu? Bagaimana jika ternyata mereka ada banyak anak buah?!" katanya.Arthur menghela nafas, "Aku tahu, tapi kita tidak bisa gegabah membawa pasukan polisi sementara statusnya belum jelas," katanya. Salah satu kelemahan dari respon pihak kepolisian adalah satu hal itu.Fala menyandarkan punggungnya, membenarkan dalam ucapan Arthur."Itulah kelemahan kita, tidak seperti di luar negeri yang begitu responsif dengan adanya panggilan 911 dari warganya," hembusnya sedikit kesal.Arthur tertawa sinis mendengarnya. "Kamu sedang mengkritik kami?" ujarnya sembari menyunggingkan se
last updateLast Updated : 2023-05-05
Read more

Bab 145. Aksi Arthur Dan Fala

Arthur ingin sekali menyerbu dan menembak Wira membabi-buta, oleh karena melihat bagaimana dia memperlakukan Arta dengan kasar. Namun, akal sehatnya masih dingin, dia tidak mau kalap dan malah memposisikan Arta dalam bahaya. Lagipula, dia belum paham betul dengan situasi yang ada. "Sekian lama aku tunggu, kalian akhirnya kembali ke Tanah Air," dengus Wira tersenyum sembari menggosok-gosok senjata apinya dengan lap kecil."Saudara kembarmu itu juga sebenarnya berguna, hanya saja aku kehilangan dia."Arta mengerutkan kening mendengar pembicaraan satu arah dari Wira, tapi dia paham siapa yang dimaksud, yaitu Layla.Sedang di sudut lain, Arthur yang menyimak itu pun terdiam. Sedikit terkejut karena rupanya Wira bahkan sudah tahu jika Layla masih hidup. "Dia harus menjelaskannya padaku nanti!" geramnya pelan, sembari menyiapkan senjata.Matanya kemudian menangkap bayangan kelebat di atas bangunan, dia mendongak dan melihat Fala tengah mengendap di balik tiang beton yang berada satu lanta
last updateLast Updated : 2023-05-11
Read more

Bab 146. Pengejaran

Arthur mengejar Wira dan anak buahnya yang membawa serta Arta dan juga Fala, sambil dia sibuk membalas tembakan dan melumpuhkan anak buah Wira yang rupanya cukup banyak. "Sialan!" umpatnya ketika peluru di pistolnya habis, Arthur melempar senjatanya begitu saja. Di bawah hujan peluru di sekitarnya, Arthur melihat senjata laras panjang di tangan preman yang sudah mati terkapar, agak jauh dari jangkauannya. Jika dia keluar dari persembunyiannya, maka peluru sudah pasti akan menyambar tubuhnya. Di sisi lain, dia mengkhawatirkan Arta dan juga Fala yang dibawa oleh Wira entah kemana. "Tolong bertahanlah! Aku mohon!" bisik Arthur.Jika dia tidak segera keluar dari sini, dia sendiri akan semakin tersudut dan mati oleh serangan mereka. Maka dalam satu tarikan nafas, Arthur melakukan lompatan ke arah mayat preman itu dan mengambil senjatanya. Lalu dengan penuh amarah dan membabi-buta, dia melepaskan tembakan ke segala penjuru, membabat habis lawannya sehingga akhirnya tumbang satu persatu.
last updateLast Updated : 2023-05-11
Read more

Bab 147. Di Lembah

Arthur dan Bram mengejar Wira yang membawa Arta dan Fala. Mantan Kapten itu berhasil menembak ban mobil itu namun dia salah perkiraan, ternyata mobil itu tidak berhenti dan malah hilang kendali karena mengalami rem blong juga. Hingga akhirnya Bram memutuskan untuk menabrak bagian samping mobil itu untuk menghentikannya, sebelum menyerempet kendaraan lain dan membuat orang lain terluka."Satu kali lagi!" geram Bram bersiap untuk menabrak mobil itu lagi.Sementara itu Wira marah-marah di mobilnya, mengumpat anak buahnya habis-habisan dan mengatainya tak bisa mengendalikan mobil."Arthur brengsek! Mau buat kami mati apa?!" teriaknya berang."AW!" seru Arta yang kepalanya terbentur jendela, anak itu meringis merasakan kepala dan badannya yang sakit karena guncangan sejak tadi."Ini karena ayah sialmu itu!" umpat Wira.Arta menggeram, meski dia membenci Arthur, tapi dia tidak mau ada orang yang mengumpat ayahnya itu. Maka dia kemudian mengarahkan mulutnya ke tangan Wira di tangannya, dan
last updateLast Updated : 2023-05-11
Read more

Bab 148. Mengungkit Masa Lalu

Arthur memutar otak secepatnya untuk melepaskan Arta dari ancaman Wira. "Oke, akan aku turuti semua permintaanmu, tapi lepaskan dia tetap dia!" kata Arthur lalu mengangkat kedua tangannya.Bram yang melihat itu pun mengikuti gerakannya, sehingga kini mereka berdua mengacungkan tangan di udara sambil memegang pistol.Melihat itu Wira tersenyum sinis, tangannya yang tadi menodongkan pistol ke arah Arta, beralih pada kedua pria di hadapannya."Lemparkan senjata kalian!" perintahnya.Arthur dan Bram tidak punya pilihan lain. Tanpa menunggu lama, mereka pun kemudian menuruti perintah Wira dan melemparkan senjata yang ada di tangan mereka ke arah samping.Salah satu pistol itu terjatuh didekat kaki Fala. Arthur diam-diam meliriknya, berharap Fala mengambilnya untuk berjaga-jaga.Bram juga menyadari itu, maka sekarang mereka harus membuat Wira memusatkan perhatian terhadap mereka."Sekarang lepaskan anakku, kami akan menuruti perintahmu!" kata Arthur.Tapi Wira malah tertawa, "Kalian pikir
last updateLast Updated : 2023-05-11
Read more

Bab 149. Akhir Cerita Wira

Wira tidak gentar dengan ancaman senjata Arthur di kepalanya, sebaliknya lelaki itu tertawa seolah sudah hilang akal dan tak taku menghadapi kematian."Seharusnya kamu takut, Wira! Karena aku tidak akan menjamin nyawamu lagi mulai dari sekarang!" geram Arthur menekan kepala Wira dengan moncong senjatanya.Wira tersenyum miring, "Apa kamu yakin?" ujarnya, kemudian matanya mengerling ke arah pepohonan.Bram mengerutkan kening dan ikut melayangkan pandang ke sekitar, dan kemudian dia terbelalak melihat beberapa orang asing muncul dari balik pohon dan menodongkan senjata ke arah mereka."Kapten!" kata Bram. Arthur menoleh, begitu juga Fala. Keduanya pun menyadari keadaan, dengan adanya anak buah Wira yang rupanya datang mengepung mereka."Sial!" umpat Arthur. Dia tidak takut meski dikerubungi banyak penjahat, tapi dia mengkhawatirkan Arta dengan keadaan ini.Tawa Wira meledak akhirnya, posisinya kembali menang. Dia yakin akan lebih unggul kali ini, dengan adanya bantuan dari anak buahnya
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more

Bab 150. Tidak Ada Pengakuan

Lintang langsung menangis histeris mendengar kabar tentang suaminya, wanita itu jatuh terduduk di lantai. Candra yang berada di dekatnya pun langsung memeluknya untuk menenangkannya.Mira yang kemudian mengambil alih ponselnya pun ikut terkejut dan mengerti dengan reaksi Lintang.Candra menatapnya meminta penjelasan."Tuan Arthur terluka parah, Bram bilang mereka membawanya ke Rumah Sakit," ucapnya.Rahang Candra langsung mengeras, kekhawatiran seketika melanda pikirannya. Tapi dia tidak boleh ikut panik dan berusaha tetap tenang."Tenangkan dirimu, Nak, kita akan melihatnya ke sana sekarang juga!" kata Candra mengusap bahu Lintang yang menangis tersedu-sedu di dalam pelukannya.Lintang pun tak mampu berkata apa-apa, dia hanya bisa menangis.Candra meminta Rani untuk menemani Layla selagi mereka pergi untuk melihat keadaan Arthur dan juga Arta."Apa Papa dan kakakku baik-baik saja? Kenapa mereka belum pulang?" tanya Layla melihat kepergian ibu dan juga kakeknya, dan Mira turut serta b
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more
PREV
1
...
111213141516
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status