Home / Romansa / Calon Istri Tuan Muda / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Calon Istri Tuan Muda: Chapter 71 - Chapter 80

108 Chapters

71. Tergantung pada Keputusanmu

Mereka akhirnya tiba di depan gerbang mansion Alatas. Tepat ketika pintu gerbang terbuka sebuah mobil mendekat di belakang mereka membuat keduanya menoleh. “Mereka baru sampai,” kata Fandra, tersenyum. Vana memusatkan perhatiannya ke mobil di belakang, sebuah mobil BMW putih mendekat. Fandra melirik Vana yang menatapnya begitu mobil berhenti di depan teras dan pria itu mengangguk. Gadis itu keluar lebih dulu dari mobil bersamaan dengan seorang perempuan cantik yang berpakaian modis sederhana, dia adalah Alifika, kakaknya Fandra. “Halo,” sapa Alifika riang dengan senyum lebar pada Vana. “Halo,” Vana membalas sambil menganggukan kepalanya singkat, perhatiannya tertuju pada seorang bocah yang turun dari mobil dan senyum gadis itu melebar. “Azka, halo.” Tangannya melambai pada bocah itu. Bocah itu membungkuk hormat
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

72. Dansa?

“Aku ….” Fandra masih menggantungkan keputusannya membuat semua orang menunggu. Dia sama sekali tak memutuskan tatapan dari Vana. Benaknya mengulang kembali kenangan yang sudah mereka lakukan bersama, termasuk pertengkaran kecil mereka. Di hari-hari belakangan ini jarak itu sudah terkikis, Fandra ingat bagaimana Vana menenangkannya ketika dia terjebak dalam ingatan masa lalunya tentang kekasih yang hilang entah ke mana. Kedua matanya terpejam, dadanya sesak ketika bayangan gadis itu harus pergi bila keputusannya salah. Fandra tak tahu harus melakukan apa bila Vana tak lagi berada dalam jarak pandangannya. “Kami tak akan memaksa, jadi pikirkanlah sebaik mungkin, namun waktumu hanya sampai di sini, Fandra,” kata nenek. Kesempatannya hanya sekali. Bila keputusannya lain dari yang mereka harapkan, maka dia harus siap ditinggalkan lagi, bukan? Lalu, bagaimana dengan janjinya
last updateLast Updated : 2023-07-11
Read more

73. Pengakuan

Vana mengikuti langkah Fandra keluar dari sana dan menyusuri teras sampai melewati teras barat. Gadis itu cukup tertinggal, tapi tidak masalah sebab pikirannya sedang kacau sekarang. dia bertanya-tanya mengapa Fandra mengambil keputusan itu untuk mempertahankannya dan bukannya mengambil keputusan lain yang membuat pria itu bisa terbebas darinya.“Aku sungguh tak mengerti apa yang dia pikirkan,” katanya sepanjang jalan menuju bangunan selatan di mana ruang kekuasaan Fandra berada.Sebenarnya dia juga terkejut dengan apa yang di sampaikan nenek tadi, ataukah itu hanya agar Fandra menentukan dengan jelas dan tegas?“Bagaimana Nenek bisa berpikir begitu? Aku sama sekali tak menyangka, keberadaanku di sini tergantung pada keputusan Fandra sekarang,” dia kembali mendumel sehingga langkah kakinya menjadi lambat.Halaman luas arah barat menarik perhatian gadis itu yang menghentikan langkah kakinya di teras yang biasa nenek gunakan untuk melihat senja. Dia menghadapkan wajahnya ke barat di ma
last updateLast Updated : 2023-07-14
Read more

74. Kamu Bisa

Keluarga menyampaikan pada mereka keputusan yang di ambil setelah berunding begitu Fandra dan Vana pergi. Mereka berada di meja makan sekarang dan Alifika mengatakan kalau mereka telah memutuskan untuk merahasiakannya dari media sementara waktu sampai acaranya dekat.“Jadi kami berharap, sampai pengumuman itu disebarkan, Vana harus bisa menghadapinya. karena begitu media menyorotmu, maka secara otomatis kau tak bisa pergi dengan bebas,” terang Alifika pada Vana yang kini duduk berdampingan dengan Fandra lagi.Vana melirik ibunya yang duduk di sisi kanannya dan wanita itu mengangguk lembut. Tentunya keputusan itu di ambil dengan kesaksiannya. Kalau sang ibu mengangguk, artinya dia tahu mana yang terbaik.“Aku akan mengikutinya selama itu baik untukku, keluargaku dan keluarga Alatas,” kata Vana, melirik mereka satu per satu.Nenek, Diana, dan Alan mengangguk bersamaan. Alifika tersenyum padanya begitu juga Haikal. Fiona tentu saja senang yang kini telah akrab dengan Vita, adiknya. Terak
last updateLast Updated : 2023-07-15
Read more

75. Semakin Dekat

Waktu demi waktu yang berlalu mendekatkan mereka pada acara yang telah di tetapkan. Vana sudah mengambil cuti bekerja dan Arzal bertanya alasannya, tentu dia tak menjelaskannya secara gamblang, hanya urusan pribadi saja.Vana juga melakukan banyak latihan dan tes agar dia bisa tampil dengan sempurna, dan berlatih dasar-dasar tentang dansa sebelum melakukan gerakannya. Dari pagi hingga sore hari dia belajar dengan keras, demi dirinya supaya tak mempermalukan diri di depan banyak orang nanti.Serta semakin dekat dengan waktu pengumuman pada media yang pasti akan membuat heboh jagat raya dan maya. Siapa yang tak mengenal Althafandra Alatas yang meskipun tertutup wajahnya dan prestasinya cukup tersebar dan dikenal banyak orang, terutama di khalayak muda yang menjadikannya idaman.“Aku lelah,” desah Vana setelah Pelayan Diara menginteruksikan kalau latihan hari ini berakhir.Vana menghepaskan dirinya di sofa ballroom rumah besar itu.“Tanggal pengumuman tinggal sebentar lagi, Anda harus si
last updateLast Updated : 2023-07-20
Read more

76. Berita

Semua orang berkumpul di ruang tengah menunggu berita yang akan segera keluar usai pengumuman yang telah mereka lakukan. Seharusnya sore itu atau mungkin esok hari akan muncul di berita TV.“Seharusnya muncul di berita sore. Kalau tidak sekarang, mungkin besok,” kata Alfa, sekretaris senior nenek.“Tidak masalah, sekarang atau besok, mereka pasti akan tahu. Semoga tak mengundang hal-hal yang tak diinginkan, itu saja sudah cukup,” timpal Xu Mei sembari melempar senyum pada sekretarisnya itu.Pria tua yang sudah lama mengabdi di keluarga Alatas itu mengangguk, membalas senyum nenek.Namun, di sudut kursi lain, Vana tegang sekali. Dia penasaran berita seperti apa yang biasanya tersiar itu? Akankah heboh atau hanya bagai angin lalu saja? Tapi dilihat dari bagaimana sikap nenek dan calon ibu mertuanya yang tetap tenang, sepertinya itu bukanlah masalah yang besar, tapi tetap saja, Vana gugup setengah mati sampai menahan napasnya.“Gugup, ya, Vana?” tanya Diana yang menyadari kekakuan gadis
last updateLast Updated : 2023-07-23
Read more

77. Tertekan

“Kau sungguh tak tau siapa dia, Vana?” tanya Sabina saat Vana melakukan panggilan vidio dengan teman-temannya di laptop. Vana hanya bisa menggeleng saja, ingin sekali mengakui, tapi dia sadar akan konsekuensinya nanti. “Astaga. Aku patah hati,” keluh Giana dengan tampang terlukanya padahal setahu Vana dia punya pacar. “Berita ini heboh sekali, sampai gue males banget nanggapi mereka yang patah hati. Masa kau yang di rumahnya nggak tau siapa calonnya, Vana?” tanya Angela. “Meskipun aku tau, aku tak bisa mengatakannya pada kalian, atau aku akan menanggung akibatnya, kalian mau membantu?” tanya Vana, sedikit menuduh. Mereka semua diam, memasang wajah yang begitu sedih. Kecuali Heda tentunya yang sudah tahu sejak awal. “Tunggu saja, pasti akan muncul nanti,” kata Heda logis. Dia tak bisa membela Vana, se
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

78. Jatuh Sakit

Pria bertubuh tegap dengan dada bidang yang terbalut kemeja itu baru saja keluar dari kamarnya ketika seorang pelayan berari keluar dari kamar Vana dengan terburu. Menelisik raut wajahnya yang terbaca sekilas, dia tampak panik. “Tunggu,” cegahnya tepat sebelum Nina, pelayan itu melewatinya. Fandra masih menahan Nina tapi tatapannya tertuju pada pintu kamar di seberangnya yang sedikit terbuka. “Ada apa?” tanyanya kemudian sembari mengalihkan tatapan pada sang pelayan. “Anu …,” Nina tanpa gugup, melepaskan cekalan tuan mudanya lalu mengambil langkah mundur. Tanpa mampu menatap wajah tegas nan dingin di hadapannya, Nina menjawab sambil menunduk, “Nona Vana, demam, Tuan Muda,” katanya sedikit terbata. Mata tajam bak elang dengan manik hitam itu tampak melebar  begitu mendengar jawaban si pelayan. “
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

79. Terwakilkan

Fandra jadi salah tingkah, tapi jelas dia keberatan sekarang bila harus berjauhan dengan Vana. Sekarang saja, dia merasa tersiksa dan bersalah karena gadis itu jatuh sakit karena kekurangpekaannya. Baik nenek, ibu, ayah, kakak bahkan sang adik dan para pelayan menatapnya, menunggu konfirmasi atas apa yang baru saja Fandra katakan tentang keberatannya bila Vana dipindah ke ruang barat. “Kenapa jangan?” Alifika menuntut, mengarahkan pandangan dan badannya pada sang adik. “Itu ….” Fandra jelas bingung sekarang untuk membela dirinya. Akan memalukan sekali bila sampai dia mengakui perasaannya terhadap Vana pada semua orang di ruangan itu. Tidak ada yang bicara untuk beberapa saat lamanya karena menunggu pengakuan Fandra. “Bukankah itu jelas? Kak Fandra keberatan bila harus berjauhan dengan Kak Vana, menyesakkan sekali bila harus menahan rindu tak t
last updateLast Updated : 2023-07-26
Read more

80 Jangan Dipendam

Kelopak mata itu mulai mengerjap perlahan dan terbuka tak lama kemudian. Hal pertama yang dia lihat adalah langit kamar yang berwarna putih pucat dengan ukiran bunga-bunga dan lampu hias kristal yang menggantung. Dia mengerjapkan matanya, rasa pusing mulai menyerang.“Kau bangun?” Suara berat itu menyapanya membuat Vana menggulirkan matanya ke samping dan mendapati Fandra di sana, tersenyum menyambutnya. “Mana yang sakit?” tanya pria itu.Tidak ada jawaban dari Vana, gadis itu justru terlihat bingung dengan apa yang terjadi padanya dan mengapa dia berbaring, juga kepalanya yang terasa berat. Dia bergerak untuk bangun dari tidurnya, Fandra sigap membantunya dan menyandarkan tubuh Vana di tumpukan bantal yang dia susun barusan.“Makasih,” ucap Vana parau. Dia menatap pria itu. “Aku, kenapa?” tanyanya setelah perhatiannya tertuju pada slang infus yang menggantung dan tersambung ke punggung tangannya.Kali ini Fandra yang tak langsung menjawab, bahkan terdiam cukup lama melihat wajah Vana
last updateLast Updated : 2023-08-03
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status