Home / Romansa / Calon Istri Tuan Muda / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Calon Istri Tuan Muda: Chapter 81 - Chapter 90

108 Chapters

81. Masih Mencintainya?

“Pesankan tiket pesawat untukku pulang. Sekarang!” titahnya pada asisten yang berdiri tak jauh darinya yang duduk anggun di sofa berwarna gading. Asisten perempuannya itu mengangguk menerima perintahnya. Sebuah surat kabar yang sempat dilemparkan Asheila menampilkan kabar pertunangan Fandra, di sana terlampir foto pria itu yang berjas dan masih tampak menawan walaupun waktu berlalu sejak lama. “Kau tak menepati janji padaku?” tanyanya pada Koran itu. Napasnya memburu, raut wajahnya merah padam, dia marah melihat kabar itu. Bangun dari duduknya, Asheila berjalan keluar dari kantornya, bergegas kembali ke rumah untuk mengepak kopernya dan kembali ke Negara asalnya, Indonesia, di mana dia meninggalkan kekasih tersayangnya. Bagaimana mungkin Fandra mengumumkan pertunangan tanpa berdiskusi lebih dulu dengannya? Jelas saja dia tak terima. Namun, sepertinya Asheila tak tahu kalau cal
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more

82. Dengannya?

Beberapa hari ini Vana sudah kembali seperti biasa, hanya saja Fandra belum mengizinkannya keluar dengan bebas dan kembali berlatih, dia masih diharuskan untuk beristirahat dan mempelajari hal-hal yang tak melelahkan. Tentu saja Vana kesal dengan keputusan pria itu dia ingin kembali bekerja tapi tidak bisa, bahkan nenek dan ibu Fandra tak bisa berbuat banyak sebab bila Fandra sudah begitu akan sulit bagi Vana keluar masuk rumah.Alifika yang melihat Vana tertekan karena Fandra hanya bisa tersenyum. Dalam kunjungannya di minggu ini dia kembali memeriksa Vana secara rutin tentu saja atas permintaan adiknya yang keras kepala.“Kau baik-baik saja, hanya tampak stess,” kata Alifika sambil merapikan stetoskopnya.Vana membuang napas kasar. “Bagaimana aku nggak stess kalau terkurung di sini?” katanya berat.Tawa Alifika berderai dan Vana menatapnya bingung lalu cemberut.“Maaf. Tapi, dia memang adikku,” katanya seraya tersenyum. Vana mendengus.“Tidak adakah obat untuk menurunkan kekeraskepa
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

83. Kenapa Dia Ada di sini?

Batapa bahagianya Vana bisa keluar dari rumah besar itu setelah beberapa minggu terkurung. Dia memiliki jiwa yang bebas, sehingga terlalu lama di dalam ruangan itu pasti akan membuanya stress. Dia bahkan bermain dengan riang gembira dengan Azka di dalam mobil sehingga perjalanan itu menjadi ceria penuh tawa. Alifika yang berada di samping sang putra ikut tersenyum bahkan Pelayan Mega yang duduk di bangku depan bersama sang sopir pun ikut tersenyu, sesekali tertawa.Vana memiliki suatu kepribadian yang sulit ditebak, dia tampak dingin tapi di satu sisi tak begitu juga. Tampak ceria tapi terlihat dingin, itu sebabnya Alifika tak banyak berkomentar bagaimana Vana bisa meluluhkan hati sang adik yang keras dan dingin. Namun, keluarganya cukup bersyukur atas perubahan yang terjadi itu.Billionaire itu terbilang kejam, itu yang orang lain katakan, tapi tak semua juga begitu. Masih ada yang berhati untuk tak begitu angkuh pada kehidupan serta berbaur dengan siapapun dan dari kalangan manapun
last updateLast Updated : 2023-08-11
Read more

84. Dia, Berbeda?

Pelayan Mega dan Alifika sama-sama terdiam, bahkan semakin menyembunyikan diri dengan berpura-pura kalau mereka sedang berbicara dan membahas hal lain ketika wanita itu melihat mereka sekilas lalu melengos bak model di atas catwalk. Sementara Vana pergi ke sisi lain untuk membuang gelas kopi yang sempat dia pungut. “Kau ingat dia, bukan?” tanya Alifika setelah merasa aman. Mega melihat kepergian wanita itu di belakang Alifika yang kaku untuk menoleh. “Dia, berbeda,” sahut Mega pelan, tatapannya tertuju pada punggung wanita itu yang semakin menjauh dan berbaur dengan kerumunan. “Dia sudah jauh,” katanya memberi tahu Alifika dan dia menoleh lantas membuang napasnya lega. “Benar, amat jauh berbeda,” timpal Alifika ikut menatap kepergian wanita itu dengan ekspresi wajah yang berubah datar, tatapannya menyiratkan kemarahan yang tak terkatakan. “Kenapa
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more

85. Masa Lalu atau Masa Depan?

Kedua mata Vana terpejam, pikirannya mulai melantur.“Dia begitu cantik. Apa yang dia kenakan sangat cocok, bahkan wajahnya sekalipun membuatku iri melihatnya,” katanya mengakui. “Jika, wanita itu adalah kekasihnya, akankah dia tetap mempertahankanku?” pikirnya kemudian. “Namun, aku merasa kalau keputusannya itu bukanlah kemauannya untuk mempertahankanku. Dia seolah merencanakan sesuatu, tapi aku tak tahu apa itu,” lanjutnya menerawang.Vana sungguh tidak tahu kalau yang dia temui itu adalah kekasihnya Fandra. Entah apakah masih bisa disebut kekasih setelah lima tahun berpisah dan sama sekali tak ada kabar apa pun. Kenapa Fandra tak mencarinya? Bukankah dengan segala yang dia miliki itu mudah baginya untuk menemukan seseorang kalau dia mau? Namun, dia seolah tak melakukan apa pun. Apa yang sebenarnya terjadi?Kesan pertama pertemuan mereka meskipun asing, tapi ternyata buruk. Asheila merendahkan Vana hanya karena dia menumpahkan kopinya dan menuduhnya memanfaatkan itu untuk mendapatka
last updateLast Updated : 2023-08-21
Read more

86. Hanya Berusaha Untuk Memahami

“Astaga. Makanmu seperti anak kecil saja,” ujar Fandra begitu tiba di tempat Alifika berada dan mengomentari bagaimana Vana melahap es krimnya hingga belepotan ke bibir. Vana mengangkat wajahnya dan berdecak melihat kedatangan pria itu, sedikit tidak senang. “Bukan urusanmu,” balasnya ketus dan kembali melahap es krimnya tanpa mempedulikan Fandra. Mega yang semula duduk di samping Vana beralih posisi ke dekat Alifika. Azka menyapa pamannya dan Fandra membalasnya seperti biasa, mengabaikan Vana untuk sesaat sambil duduk di dekatnya dan mengambil beberapa helai tisu yang tersedia di atas meja. “Es krim milikmu sudah habis, Ka? Mau lagi?” tawar Fandra pada Azka. “Tidak. Sudah cukup, terlalu banyak bisa sakit,” katanya. Fandra melirik Vana begitu Azka mengatakannya, tentu gadis itu mendengarnya dan menatap Azka deng
last updateLast Updated : 2023-08-22
Read more

87. Sekasta

Senja bergelayut manja di barat sana, cahayanya yang jingga tampak begitu lembut dan hangat dengan angin sore berembus sepoi menggerakkan beberapa helai tambut Vana yang terjatuh di bahunya. Gadis itu menerawang, mengarahkan pandangannya ke permukaan danau yang tenang, dia duduk seorang diri di bawah sebuah pohon besar yang memayunginya. “Ini untukmu,” ujar sebuah suara yang membuat Vana menoleh padanya lantas tersenyum dan menerima jus yang disodorkan Fandra padanya. “Makasih,” dia berucap dengan senyum tipis di wajahnya. Fandra hanya mengangguk kecil lalu ikut duduk di samping gadis itu yang kembali mengarahkan pandangannya ke permukaan danau yang tenang. Fandra memutuskan membawa Vana untuk ke sebuah taman, tempat wisata yang biasa dikunjungi keluarga atau tempat orang-orang bersantai. Tempat itu terletak di pinggir kota, di perbatasan antar kota. Dia memilih tempat yang nyaman dan agak jauh da
last updateLast Updated : 2023-08-23
Read more

88. Apa yang Ingin Kau Tahu?

Mereka berdua kembali terdiam, larut dalam pikiran. “Terima kasih karena kau udah cerita, setidaknya dengan begitu aku tahu sesuatu tentangmu,” kata Fandra. Vana menatapnya dan tersenyum. “Semoga kau tak terganggu,” katanya. “Aku akan berusaha sebaik mungkin,” katanya. Gadis itu mengangguk. “Terima kasih,” ucapnya seraya tersenyum. Namun, tak dipungkiri ada perasaan lega dalam dadanya setelah menceritakan sedikit tentang dirinya meskipun itu adalah hal yang menyedihkan. Setidaknya, Vana tak membeberkan janji yang dia sampaikan pada nenek. “Ayo, sudah mulai petang. Waktunya makan malam,” ujar Fandra seraya bangun dari duduknya dan mengulurkan tangan pada Vana. Vana terdiam melihat uluran tangan itu. Bisakah dia menggenggamnya sekali ini atau seterusnya? Perbed
last updateLast Updated : 2023-08-24
Read more

89. Hanya Untuk Satu Hari

Hari-hari itu berlalu seperti biasa. Kesibukan Vana untuk berlatih dansa kembali dimulai. Hanya tinggal menghitung hari untuk sampai pada acara itu, sebuah acara pertunangan antara Vana dan Fandra yang telah resmi diberitakan. Orang-orang juga sudah pada sibuk mengurus berbagai hal, termasuk menyiapkan undangan.Rapat juga sudah dimulai untuk merencanakan acara itu nenek memutuskan untuk mengadakannya di rumah itu saja, Mansion Alatas cukup besar untuk menampung banyak orang dan mengadakan pesta, itu sebabnya ada ballroom di sana untuk acara jamuan.“Karena kita akan mulai sibuk untuk menyiapkan acaranya, jadi Nona harus bisa menguasai dansa ini. Bukan hal yang sulit, hanya untuk formalitas saja karena Anda dan Tuan Muda akan berdansa di tengah para tamu undangan,” jelas Pelayan Diara saat istirahat dari latihannya.Kedua kelopak mata Vana mengerjap mendengar penjelasan itu, bahkan tubuhnya bereaksi, bulu romanya berdiri ketika membayangkan kalau dia akan menjadi pusat perhatian dari
last updateLast Updated : 2023-09-02
Read more

90. Persiapan Kartu Undangan

Dua minggu menjelang acara pertunangan itu, kartu undangan untuk para tamu sudah siap untuk disebarkan, Vana hanya mengambil beberapa kartu untuk dibagikan pada temannya itu pun atas izin dari nenek, Fandra tak bisa melakukan apa pun selama wanita tua yang menjadi ratu di mansion itu yang memberikan izin padanya.“Astaga. akhirnya acara itu sebentar lagi,” desah nenek yang duduk di kursi biasanya saat mereka berkumpul bersama di ruang keluarga.Tidak ada yang menyahut tapi mereka bisa merasakan apa yang nenek rasakan, terutama Diana sebagai ibu dari pria itu ikut terharu karena bagaimanapun juga, dia dan nenek berharap pada hubungan Fandra dan Vana, terutama pada gadis itu.“Kamu sungguh tidak akan mengundang temanmu, Vana?” tanya nenek.Vana mengangkat wajahnya lantas tersenyum dan mengangguk.“Ya, tidak apa-apa, Nenek. Ini saja sudah lebih dari cukup. Mereka adalah teman terdekatku, jadi aku hanya ingin mereka ikut menghadirinya,” jelas Vana sambil memainkan kartu undangan yang mewa
last updateLast Updated : 2023-09-05
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status