Share

87. Sekasta

last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-23 20:07:52

Senja bergelayut manja di barat sana, cahayanya yang jingga tampak begitu lembut dan hangat dengan angin sore berembus sepoi menggerakkan beberapa helai tambut Vana yang terjatuh di bahunya. Gadis itu menerawang, mengarahkan pandangannya ke permukaan danau yang tenang, dia duduk seorang diri di bawah sebuah pohon besar yang memayunginya.

“Ini untukmu,” ujar sebuah suara yang membuat Vana menoleh padanya lantas tersenyum dan menerima jus yang disodorkan Fandra padanya.

“Makasih,” dia berucap dengan senyum tipis di wajahnya.

Fandra hanya mengangguk kecil lalu ikut duduk di samping gadis itu yang kembali mengarahkan pandangannya ke permukaan danau yang tenang. Fandra memutuskan membawa Vana untuk ke sebuah taman, tempat wisata yang biasa dikunjungi keluarga atau tempat orang-orang bersantai. Tempat itu terletak di pinggir kota, di perbatasan antar kota. Dia memilih tempat yang nyaman dan agak jauh da

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Calon Istri Tuan Muda   88. Apa yang Ingin Kau Tahu?

    Mereka berdua kembali terdiam, larut dalam pikiran.“Terima kasih karena kau udah cerita, setidaknya dengan begitu aku tahu sesuatu tentangmu,” kata Fandra.Vana menatapnya dan tersenyum.“Semoga kau tak terganggu,” katanya.“Aku akan berusaha sebaik mungkin,” katanya.Gadis itu mengangguk. “Terima kasih,” ucapnya seraya tersenyum.Namun, tak dipungkiri ada perasaan lega dalam dadanya setelah menceritakan sedikit tentang dirinya meskipun itu adalah hal yang menyedihkan. Setidaknya, Vana tak membeberkan janji yang dia sampaikan pada nenek.“Ayo, sudah mulai petang. Waktunya makan malam,” ujar Fandra seraya bangun dari duduknya dan mengulurkan tangan pada Vana.Vana terdiam melihat uluran tangan itu. Bisakah dia menggenggamnya sekali ini atau seterusnya? Perbed

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • Calon Istri Tuan Muda   89. Hanya Untuk Satu Hari

    Hari-hari itu berlalu seperti biasa. Kesibukan Vana untuk berlatih dansa kembali dimulai. Hanya tinggal menghitung hari untuk sampai pada acara itu, sebuah acara pertunangan antara Vana dan Fandra yang telah resmi diberitakan. Orang-orang juga sudah pada sibuk mengurus berbagai hal, termasuk menyiapkan undangan.Rapat juga sudah dimulai untuk merencanakan acara itu nenek memutuskan untuk mengadakannya di rumah itu saja, Mansion Alatas cukup besar untuk menampung banyak orang dan mengadakan pesta, itu sebabnya ada ballroom di sana untuk acara jamuan.“Karena kita akan mulai sibuk untuk menyiapkan acaranya, jadi Nona harus bisa menguasai dansa ini. Bukan hal yang sulit, hanya untuk formalitas saja karena Anda dan Tuan Muda akan berdansa di tengah para tamu undangan,” jelas Pelayan Diara saat istirahat dari latihannya.Kedua kelopak mata Vana mengerjap mendengar penjelasan itu, bahkan tubuhnya bereaksi, bulu romanya berdiri ketika membayangkan kalau dia akan menjadi pusat perhatian dari

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-02
  • Calon Istri Tuan Muda   90. Persiapan Kartu Undangan

    Dua minggu menjelang acara pertunangan itu, kartu undangan untuk para tamu sudah siap untuk disebarkan, Vana hanya mengambil beberapa kartu untuk dibagikan pada temannya itu pun atas izin dari nenek, Fandra tak bisa melakukan apa pun selama wanita tua yang menjadi ratu di mansion itu yang memberikan izin padanya.“Astaga. akhirnya acara itu sebentar lagi,” desah nenek yang duduk di kursi biasanya saat mereka berkumpul bersama di ruang keluarga.Tidak ada yang menyahut tapi mereka bisa merasakan apa yang nenek rasakan, terutama Diana sebagai ibu dari pria itu ikut terharu karena bagaimanapun juga, dia dan nenek berharap pada hubungan Fandra dan Vana, terutama pada gadis itu.“Kamu sungguh tidak akan mengundang temanmu, Vana?” tanya nenek.Vana mengangkat wajahnya lantas tersenyum dan mengangguk.“Ya, tidak apa-apa, Nenek. Ini saja sudah lebih dari cukup. Mereka adalah teman terdekatku, jadi aku hanya ingin mereka ikut menghadirinya,” jelas Vana sambil memainkan kartu undangan yang mewa

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Calon Istri Tuan Muda   91. Arah Impian

    Vana menelan ludahnya, dengan takut-takut menatap satu per satu temannya yang tetap memasang wajah serius yang datar, hanya Heda yang tampak biasa saja bahkan dengan santainya berbalas pesan entah dengan siapa.“Jadi … aku ….”“Kau tega sekali, Vana!” seru Sabina menyela perkataan Vana yang terbata.Kedua kelopak mata Vana mengerjap, terkejut dengan apa yang Sabina katakan seolah menodongnya.“Aku ….”“Kenapa gak juju raja sejak awal? Dengan begitu kita gak usah patah hati,” tambah Angela yang kembali menyela Vana.“Bener. Kalo aja bisa cerita sejak awal, kita gak usah musuhan kek gini, kan menyebalkan,” timpal Giana.Entahlah, apa yang sebenarnya ingin Vana sampaikan sekarang. kalimat pengakuan dan penjelasan yang sudah dia siapkan sejak tadi di otaknya sekarang menguap entah ke mana. Vana terdiam, menundukan wajahnya dalam. Apa yang bisa dia lakukan kalau teman-temannya menyerang setiap kali dia hendak bicara membuatnya tak bisa mengatakan apa-apa.Sepertinya tawaran Fandra untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08
  • Calon Istri Tuan Muda   92. Telepon Asing

    Seperti yang Vana katakan kalau dia akan meminta Fandra untuk menjemputnya meskipun itu beresiko karena mungkin Fandra akan diikuti oleh reporter atau semacamnya demi mendapatkan siluet calon tunangannya itu.“Hati-hati Van, kabari kami selalu, jangan cuma seminggu sekali, menyebalkan,” kata Sabina saat mengantar Vana ke teras rumah.“Tentu. Aku tak bisa janji karena, yah, kalian tau, akan sibuk,” jawabnya.Teman-temannya itu mendesah sebal. Tapi memang begitulah, Vana akan sibuk karena sebentar lagi dia akan menjadi primadona.“Baiklah terserah. Yang penting kau kabari,” kata Angela.“Tentu. Sampai jumpa lagi,” ucap Vana berpamitan.Mereka mengangkat tangan saat Vana mulai melangkahkan kakinya menjauhi rumah Sabina. Fandra sudah menunggu di depan pos penjagaan karena Vana memintanya untuk di sana saja.Vana menggunakan masker hitam untuk menutupi wajahnya atas saran Angela, karena bagaimanapun juga fakta bahwa Vana keluar lewat pintu utama Mansion Alatas pasti menarik perhatian meski

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-12
  • Calon Istri Tuan Muda   93. Kau Cemas?

    Lima hari menjelang acara tersebut, dekorasi sudah mencapai 80%. Vana takjub dengan dekorasi ruang ballroom itu, tempat dia sering menghabiskan waktunya berlatih sejak datang ke rumah besar itu beberapa bulan lalu. Waktu ternyata berjalan begitu cepat, sudah hampir setengah tahun Vana di sana dan berhasil membangun hubungan dengan Tuan Muda Alatas yang berhati dingin, itu rumornya tapi ternyata tak sedingin itu.Kedekatannya dengan Fandra, apakah sudah bisa dikatakan janjinya Vana pada nenek terpenuhi. Sungguhkah pria itu membuka hatinya untuk Vana?Belakangan ini Fandra tampak begitu sibuk di kantor, pergi pagi pulang sore. Ayahnya pria itu mengatakan kalau perusahaan ada sedikit masalah itu sebabnya Fandra sangat sibuk. Terlepas dari kesibukannya sebagai direktur yang akan menjadi pemimpin perusahaan masa depan, sebenarnya Fandra memikirkan banyak hal, terutama telepon asing itu. Meski sudah lewat beberapa hari, tetap saja dia memikirkanny

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-13
  • Calon Istri Tuan Muda   94. Jangan Sampai Terluka

    “Bagaimana kau ke sini?” Fandra bertanya masih menatap gadis itu.Vana tak segera menjawab, tatapannya lurus ke depan. Bagaimana gadis itu bisa berada di sana? untuk keluar dari kediaman Alatas tanpa izin saja tidak mudah, penjagaannya juga ketat, tapi Vana justru berada di sisi sekarang berjalan santai seolah tak mengalami apa pun.“Hm. Menyelinap,” jawab Vana enteng. Fandra justru terkejut dan menatapnya tajam. “Bercanda. Tentu saja tidak. Aku diantar penjaga ke sini, mereka menunggu di depan sana,” jelas Vana kemudian sambil menunjuk ke depan.Dua orang pria tampak berjaga di pintu, menunggu mereka datang. Fandra merasa bodoh karena tak menyadari kedua penjaga itu.“Nenek tau?” tanyanya lagi.Kali ini Vana mengangguk lalu meliriknya. “Mereka tau, aku yang memaksa,” akunya tersenyum tipis.Fandra t

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Calon Istri Tuan Muda   95. Menjadi Nyonya

    Pria itu menatapnya, begitu lama, penuh perhatian. Ada banyak hal yang berubah dari Fandra, tentang bagaimana dia mendekat pada Vana. Gadis itu sendiri tersenyum, masih mencoba menenangkannya.“Apa yang kau masak?” tanya Fandra menolehkan kepalanya ke konter dapur.“Hanya pasta,” jawab Vana ikut melirik ke dapur lalu bangun dari duduknya. “Aku sudah hampir selesai. Sini, duduk,” panggilnya pada pria itu.Menuruti gadis itu dan duduk di meja makan yang hanya ada dua kursi di sudut ruangan, Fandra menunggu apa yang akan Vana hidangkan. Memang hanya pasta, tapi aromanya menggugah selera. Tampilannya menggoda, membuat Fandra penasaran bagaimana rasanya.“Hanya ada bahan ini jadi aku memasaknya saja. Lagi pula ini tak terlalu berat. Ayo coba sebelum dingin,” kata gadis itu setelah menaruh piring di hadapan Fandra yang menfokuskan perhatiannya.Meraih garpu yang di sediakan Vana, Fandra mulai mencicipinya sementara Vana sendiri diam di tematnya menunggu respon pria itu. Meskipun sudah terbi

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22

Bab terbaru

  • Calon Istri Tuan Muda   108. (Akhir) Kau Milikku

    Sudah hampir satu bulan sejak Fandra pergi ke Jepang untuk urusan bisnisnya ternyata masalahnya rumit sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mengurusnya. Ayah Fandra juga turut pergi satu minggu lalu untuk membantu karena masalahnya semakin besar membuat semua jadi khawatir.Cuaca belakangan ini tidak tentu, hujan deras turun dengan guntur dan kilat padahal siang masih berlangsung tapi hujan sudah turun. Keluarga Alatas menjadi resah tapi mereka saling menguatkan satu sama lain, mendoakan yang sedang berada di luar rumah.Hari ini pagi cerah, tapi saat siang hari mendung berat, langit gelap dengan gemuruh yang terdengar keras. Angin kencang pun tak mau tertinggal menyemarakkan badai yang hendak turun.Dengan semua kabar cuaca yang buruk itu membuat Vana menjadi tak tenang. Fandra tidak bisa dihubungi dua hari ini karena sibuk sekali. Ayah sempat mengabari kalau mereka akan lembur beberapa hari agar masalah segera beres.Vana tidak tahu apapun jadi hanya bisa mendukung saja dan mend

  • Calon Istri Tuan Muda   107. Arzal Pamit

    Tiga hari sejak kejadian itu, Vana jarang sekali keluar dan lebih menghabiskan waktunya di rumah Fandra. Dia punya hobi baru sekarang, melakukan banyak hal seperti merangkai bunga, membuat kerajinan dan lain sebagainya. Fandra sibuk dengan pekerjaannya hingga jarang sekali dihubungi, karena Vana tidak ingin menganggu maka pria itulah yang menghubunginya.Vana sudah menjadi bagian dari keluarga besar itu, dan calon istri Fandra jadi dia bisa bebas ke manapun dia mau di gedung selatan itu. Namun, Fandra tidak mengizinkan Vana untuk ke rumah pondok itu.“Vana, kau sibuk?” Heda datang menghampiri.Apa yang terjadi di hotel itu hanya diketahui beberapa orang saja. Fandra membungkam wartawan yang Asheila bawa itu, dan Asheila sendiri sudah pergi lagi. Dua bodyguard yang ditugaskan Fandra pun tidak akan membicarakan masalah itu, hanya Heda dan Gavian yang mengetahuinya lagi, serta Arzal. Yang lain, terutama keluarga Alatas tidak ada yang tahu.“Tidak. Kenapa?” tanya Vana sambil berbalik meng

  • Calon Istri Tuan Muda   106. Tidak Ada Lagi Kesempatan

    Vana tampak kelehan, dan berbaring di ranjang yang berantakan.Entah berapa tempat yang mereka jamah, dan memberantakannya bahkan kamar mandi pun tak luput dari mereka.“Kau akan kesakitan saat bangunan nanti.”Vana merespon pelan.“Aku tahu. Tapi, aku tidak bisa … kenapa kau di sini?” tanya Vana lemah.“Aku tidak mungkin meninggalkanmu dengan masalah besar, bukan?”“Ya. Namun, bagaimana kau?” Vana tampak tak berdaya, dia lemah sekarang setelah energinya terkuras habis untuk bergelut dengan pria itu.“Kau akan tahu saat sadar sepenuhnya. Jadi sekarang, tidurlah. Kau pasti lelah,” katanya sambil mengusap kepala Vana dan mendaratkan kecupan di dahi gadis itu.“Kau akan pergi bukan?”“Ya, setelah ini,” jawabnya.“Cepatlah kembali. Aku akan menunggu.”“Tentu. Istirahatlah di sini. Sahabatmu akan menjemput besok. Ibu akan menjagamu sampai aku kembali. Jangan pernah keluar lagi dengan pria lain.”Vana mengangguk. Kedua matanya tampak berat untuk terbuka tapi dia masih mengenali suara itu.“

  • Calon Istri Tuan Muda   105. Yang Direncanakan

    “Fandra?” Vana memanggil sambil mencari pria itu.Fandra muncul tak lama kemudian.“Ya?” Fandra menyahut. “Ada apa?”“Tidak. Aku pikir kau ke mana. Bukannya kau ingin mengatakan sesuatu padaku, apa itu?” tanya Vana kemudian sambil menatap pria itu yang justru menghindar.“Kau mau melihat sekitar?” tanya Fandra, mengalihkan.“Nanti,” jawab Vana sadar kalau Fandra menghindarinya. “Katakanlah, selagi aku bisa mendengarkannya dengan baik,” kata gadis itu mendesak Fandra.Meskipun ragu, pria itu akhirnya menatap Vana.“Aku akan pergi dinas,” ungkap Fandra akhirnya.Vana tak merespon, membiarkan Fandra kembali menyampaikan sisanya.“Ke Jepang, selama dua minggu,” lanjutnya dan masih menatap Vana, mengawasi ekspresi gadis itu.“Itu saja?” tanya Vana tampak tenang.Kedua alis Fandra terangkat, sedikit heran dengan tanggapan yang gadis itu berikan. Fandra berpikir Vana mungkin akan marah, sedih, atau hal lainnya lagi. Namun ternyata, gadis itu cukup tenang untuk merespon.“Ya,” jawab Fandra si

  • Calon Istri Tuan Muda   104. Rumah Pondok Itu

    Setelah hari pertunangan itu Asheila menemui Arzal di tempat pria itu sering berada. Asheila mencari tahu lebih dulu tentang pria itu sebelumnya, dan kini duduk anggun di salah satu kursi café milik Arzal.Dengan senyum puas menghiasi bibir, dan rencana yang telah disusun. Asheila yakin semua akan berhasil sesuai dengan prediksinya bila bekerjasama dengan Arzal. Ashelia pikir bisa mengendalikan pria itu, dan membawa ke sisinya lalu menggunakannya untuk merebut Vana dari Fandra, maka dengan begitu Fandra akan kembali padanya.“Maaf membuatmu menunggu,” suara Arzal membuat Asheila menolehkan kepala.“Tidak apa-apa. Aku sudah menunggumu, duduklah,” ujar Asheila.Sesaat Arzal diam, firasatnya tak enak, menatap wanita di depannya beberapa saat. Tentu saja, Arzal sedikit mengenali Asheila yang ditemuinya di acara Vana dan Fandra tapi Arzal tidak tahu hubungan antara wanita itu dan Fandra.Masih tetap membentuk senyuman di bibir, Asleila menunggu respon dari Arzal dengan perasaan tak sabar.

  • Calon Istri Tuan Muda   103. Resmi Menjadi Sepasang Kekasih

    Setelah serangkaian sambutan, mereka akhirnya bertukar cincin. Fandra memasangkannya di jari manis Vana, memperhatikannya beberapa saat. Gema tepuk tangan memenuhi ruangan. Giliran Vana memasangkan cincinnya di jari manis tangan kiri Fandra. Para hadirin bersorak, menyampaikan bahagianya dan mengucapkan selamat atas pertunangan itu, mereka kini resmi menjadi sepasang kekasih yang membuat iri banyak pihak.Vana memeluk ibunya begitu sesi tukar cincin berakhir dan para tamu undangan bergantian memberinya selamat. Fandra ditarik menjauh oleh Arvan dan bergabung dengan Gavian sedangkan Vana bersama keluarganya, ibu serta nenek mengelilinginya. Ada nenek dan kakek Gavian juga di sana menyampaikan bahagia dan harunya pada Vana serta mendoakannya yang terbaik.“Aku senang akhirnya kamu menjadi bagian dari keluarga ini dan membuat Xu Mei tenang,” kata nenek Gavian sembari mengusap lengan Vana.“Terima kasih atas hadirnya, Nenek, dan mendoakan yang terbaik untukku. Semoga doa baik kembali pada

  • Calon Istri Tuan Muda   102. Sang Putri

    Ruang ballroom yang tadinya luas, hanya ada dekorasi di sisi ruangan kini tampak megah dengan kursi dan meja, altar, dan panggung, serta pernah pernik yang menghiasi ruangan luas di mansion Alatas itu. Kali ini ruangan tersebut hampir penuh sesak oleh tamu undangan yang hadir, meskipun hanya mengundang kalangan atas, tetap saja banyak.Fandra menunggu bersama keluarganya sembari mendengarkan MC yang membuat sambutan sesuai dengan urutannya. Xu Mei, wanita tua berdarah China itu tampak anggun, diapit oleh menantu dan putra tersayangnya, mereka bak raja dan ratu serta ibu suri yang duduk satu meja bersama pangerannya. Alifika juga ada di sana, di meja yang sama dengan orang tua serta ibunya Vana. Wanita itu sama anggunnya seperti Diana yang duduk di sampingnya.Para tamu undangan itu tampak berseri- seri, ikut gugup menunggu sang putri yang wajahnya masih rahasia, hanya namanya yang tertera di kartu undangan. Semua orang dibuat penasaran, secantik apa dia? Sehebat apa latarnya sehingga

  • Calon Istri Tuan Muda   101. Acara Besar

    Hari besar itu akhirnya tiba juga. Acara akan dilaksanakan pada malam hari, tapi ketika senja menjadi latar di barat sana Vana sudah di dalam kamarnya, tidak boleh kelaur dan Fandra dilarang menemuinya sejak pagi, bahkan mungkin kemarin malam. Meski begitu, Fandra beberapa kali ingin menemuinya, tak melihat gadis itu rasanya aneh baginya.Alifika dan keluarga lainnya memaksa Fandra untuk pindah ke bagunan lain, dan mereka menahannya di kamar sang nenek. Di sanalah dia berganti baju, sedangkan Vana tetap di kamarnya, sibuk dengan para perias, bahkan ponselnya tak bisa dia mainkan. Hanya para wanita yang boleh datang untuk melihatnya, Fandra tidak boleh. Tampilan Vana akan menjadi kejutan juga untuknya.“Kau yang bertunangan kenapa aku yang gugup,” ujar Sabina yang datang lebih awal bersama Angela untuk menemani Vana.“Iya nih. Bener-benar gila rasanya,” timpal Angela yang duduk di samping Sabina sementara Vana di sofa usai merias wajah dan mengenakan gaun untuk pertunangannya hari ini

  • Calon Istri Tuan Muda   100. Tak Ingin Menjauh

    Matahari sudah di ufuk barat ketika Fandra akhirnya tiba di rumah. Dia pergi menenangkan dirinya lebih dulu sebelum kembali karena kalau sampai neneknya tahu, dia pasti akan dalam bahaya.Memarkirkan mobilnya sebaik mungkin. Saat senja seperti ini biasanya sang nenek bersantai di teras kediamannya menikmati matahari tenggelam yang terasa hangat. Para pekerja sedang sibuk beralu lalang, semua dipercayakan pada orang lain yang mengurus dekorasi dalam pengawasan sang ibu dan kakaknya.“Kau kembali,” sapa Alifika yang kebetulan berada di ballroom untuk mengecek dekorasi.Sempat Fandra terkejut, tapi dia kemudian bersikap biasa saja melihat sang kakak tengah sibuk dengan kertas di tangannya, mencatat apa yang sudah dan belum selesai di kerjakan.“Ya,” jawabnya singkat.Alifika mengangkat wajahnya dan menatap sang adik beberapa saat lalu menepuk bahunya sebelum

DMCA.com Protection Status