Home / Romansa / Cinta Dalam Skandal / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Cinta Dalam Skandal : Chapter 11 - Chapter 20

101 Chapters

Bab 11 : Kecurigaan Jin

“Saat aku menceritakan sedikit tentang tempat wisata di sini tepat di hari pertama kami tiba, ia sangat bersemangat untuk mulai menjelajahi semua tempat wisata. Tapi kini dia bermalas-malasan di atas kasur pada hari liburnya seolah semua yang ia katakan beberapa waktu lalu itu tidak pernah ada.” Dalmi berbicara lewat telpon sambil memperhatikan setiap gerak gerik Bitna lewat celah pintu yang terbuka. “Sungguh? Anak itu yang sangat senang mengenal tempat-tempat baru dan selalu mengeluh karena padatnya jadwal?” tanya seseorang di seberang telpon dengan nada setengah tidak percaya. “Aku mengatakan yang sebenarnya! Kalau tidak percaya, akan ku kirim fotonya.” Dalmi menjauhkan ponselnya dari telinga dan beberapa kali memotret Bitna diam-diam. “Kamu lihat, Yohan?! Aku mengatakan yang sebenarnya!” seru Dalmi setelah memberikan buktinya. “Sebenarnya apa yang terjadi di sana, Dalmi?” tanya Yohan. “Itu akan menjadi cerita yang sangat panjang. Aku tidak bisa membicarakannya di sini bah
Read more

Bab 12 : Potongan Ingatan

“Ken! Kamu datang?” Bitna menyambutnya dengan hangat, setengah berteriak memanggilnya, dan langsung memeluk erat Kenzo yang masih terkejut di depan pintu. “Bitna, siapa yang datang?” Suara Dalmi terdengar, ia sudah keluar dari kamar untuk melihat siapa gerangan tamu yang datang. Sepintas melihat mereka yang berpelukan terlihat akrab dan mesra, tapi Dalmi yang melihat ekspresi wajah Bitna tidak percaya begitu saja. Ia berkeringat dingin dan menahan malu, bertahan dalam posisi tersebut seolah menunggu sesuatu. Ketika Bitna melihat kembali ponselnya yang tidak menampilkan panggilan suara, wajahnya menjadi lega dan tanpa rasa bersalah segera melepas pelukan mereka. Suara deheman Kenzo membuyarkan lamunan Bitna di tengah-tengah itu. Bitna mengalihkan atensi pada Kenzo yang berdiri di depannya dan tanpa aba-aba pipinya memerah, mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Ketika berbalik, ia mendapati Dalmi yang sejak tadi masih memperhatikan. “Tidak! Itu … dia tadi Jin menelpon, kebetula
Read more

Bab 13 : Mulai Mempercayai

“Halo, siapa ini?” Bitna menjauh sedikit dari Kenzo ketika mengangkat telpon. Bitna berbicara dalam Bahasa Korea, mengetahui jika nomor yang menelponnya adalah nomor orang Korea. Meski sudah menebak siapa gerangan yang menelponnya, ia berpura-pura tidak mengetahuinya untuk berbasa-basi. “Bitna, ini aku, Jin.” Benar saja tebakannya. Mengetahui nomornya sudah berganti, bisa Bitna tebak jika Jin sudah merusak ponselnya, dan ini bahkan belum satu hari sejak mereka terakhir berkomunikasi. “Ya, apa ada yang ingin Anda bicarakan lagi dengan saya, Senior? Padahal belum satu hari kita berkomunikasi. Saya minta maaf karena sedikit sibuk di sini.” Bitna tidak ingin memperpanjang lagi pembicaraan dan langsung memberitahunya secara langsung. “Apa kamu sibuk bersama dengan ‘tunanganmu’ itu?” tanya Jin yang terdengar sangat kentara nada dingin, menunjukkan kecemburuan. Bitna tidak memberikan jawabannya, tapi memberikan tawa kecilnya untuk membenarkan secara tak langsung. Ia melirik sebentar
Read more

Bab 14 : Semakin Berbeda

“Haahh… Lelah sekali.” Bitna menghela napas dalam begitu sampai di ruangan istirahat khusus artis. Ia segera duduk bersandar di salah satu kursi sambil mengipasi wajahnya yang terasa panas dengan kipas elektrik. Udara di negara ini memang lebih panas daripada di Korea saat musim panas, entah itu hanya perasaannya saja. Belakangan ini ia tidak terlalu cukup sibuk membuat dirinya sedikit tidak terbiasa dengan pekerjaan yang bersantai. Namun, ketika ia menerima jadwal yang cukup sibuk kembali seperti saat ini rasanya seperti artis baru yang memulai debutnya. Begitu pun dengan rasa lelahnya. “Minumlah ini,” ujar Dalmi sembari menyodorkan kaleng minuman padanya. “Terima kasih.” Bitna menerimanya dengan senang hati dan menegakkan tubuhnya untuk membuka kaleng soda tersebut. “Ini masih pukul 8 malam. Belum ada apa-apanya dibandingkan dengan saat-saat dimana kita baru pulang di atas tengah malam setiap harinya dan bekerja lagi mulai pukul 8.” Bitna mengangguk setuju, tapi rasa lelah in
Read more

Bab 15 : Mengintrogasi

“Itu pasti Kenzo!” seru Bitna seraya berdiri dari duduknya dan segera menghampiri pintu apartemennya yang sudah membunyikan bel. “Bitna, Bitna, biar aku saja!” cegah Yohan setengah berteriak pada Bitna yang bahkan tidak mau repot-repot mendengarkannya. “Dia, kenapa sekarang sama menyebalkannya seperti pria itu sih?” tanya Yohan kesal pada Dalmi yang duduk di sampingnya. “Mungkin karena mereka bertunangan?” tanya balik Dalmi. “Tunangan kontrak!” tegas Yohan. “Oppa!” seru Bitna tiba-tiba saja terdengar membuat Yohan tersentak dan segera menoleh ke belakang. “Oh, kamu sudah datang? Kok cepat?” tanya Yohan berusaha mengubah pembicaraan. “Eonni, aku sudah mengatakan padamu untuk tidak membicarakan ini pada sembarangan orang!” Dalmi yang diam, ikut terkena semprotan Bitna. “Kamu sekarang mengatakan jika aku adalah sembarang orang?!” Yohan menuntut jawaban, tak terima dengan apa yang dikatakan oleh Bitna. “Kenapa sekarang kamu yang terlihat keberatan? Yohan adalah orang yang
Read more

Bab 16 : Fakta Baru Kenzo

“Dimana Yohan Oppa? Dia tidak kemari?” tanya Bitna setelah ia keluar dari kamar dan mendapati Dalmi di meja makan seorang diri. “Dia marah padamu, maka dari itu ia tidak kemari,” jawab Dalmi terdengar tak peduli. “Benarkah?!” tanya Bitna memekik. “Tidak, dia kemari untuk berlibur, tentu dia menghabiskan waktunya untuk berlibur.” Dalmi menjawab tanpa mengubah posisi tubuhnya yang merebahkan kepalanya di atas meja. "Enaknya," gumam Bitna. “Kamu mau pergi?” tanya Dalmi kemudian setelah melihat bagaimana penampilan Bitna yang sudah rapi. “Di hari offmu seperti ini, aku bahkan kesulitan untuk mengajakmu pergi menghabiskan waktu berdua.” Belum sempat Bitna menjawab, Dalmi sudah kembali berbicara dengan nada iri. “Aku minta maaf, kamu sendiri sudah mengetahui aku sesibuk apa. Lagipula, kita berdua sudah terlalu sering menghabiskan waktu bersama. Kenapa tidak pergi bersama Yohan Oppa?” jelas Bitna panjang lebar kemudian bertanya. “Bilang saja kamu mau pergi karena bersama denga
Read more

Bab 17 : Menghabiskan Waktu

“Tidak bisakah aku menjadi orang normal untuk sehari saja?” keluh Bitna untuk kesekian kalinya. “Ini yang keempat,” timpal Dalmi. “Tidak, kelima.” Yohan yang tengah menyetir mobil, ikut menyahuti. “Eonni, Oppa!” seru Bitna kesal. “Masih bagus kita bisa pergi bertiga bersama seperti ini daripada tidak sama sekali. Ayo kita habiskan waktu selagi kita bersama di negara lain,” ucap Yohan kemudian menasehati. Yohan, Dalmi, dan Bitna telah sepakat sejak beberapa hari yang lalu bahwa mereka akan menghabiskan waktu dengan bersenang-senang mengelilingi Kota Jakarta. Entah datang darimana hari libur Bitna diluar jadwal, hal itu menjadi kesempatan mereka yang sudah banyak membicarakan tentang bermain bersama. Kenzo tidak bisa mengajak Bitna untuk berkencan karena dia sendiri sibuk dengan pekerjaannya di hari seperti ini. Meskipun di hari mereka bersenang-senang akan berbeda dengan cara orang lain bersenang-senang. Sebagai seorang publik figure yang terkenal, mereka tidak bisa menunjuk
Read more

Bab 18 : Siapa Sebenarnya Kenzo?

“Apa?! Me-menikah? Benarkah?” Yohan menaikkan nada suaranya ketika mendengar apa yang diceritakan oleh Bitna. “Oppa!” tegur Bitna sambil melihat ke sekitarnya yang untungnya cukup sepi dari keramaian orang-orang. Merasa malu karena Yohan benar-benar melupakan siapa dirinya. Selesai makan di restoran tadi, ketiganya memilih melanjutkan dengan berjalan-jalan di sekitar restoran sambil Bitna menceritakan semuanya tentang dirinya dan Kenzo. Hari semakin sore dan udara menjadi cukup sejuk ketika mereka berjalan. Hingga sampailah mereka di sebuah taman yang cukup sepi dan tampak nyaman dijadikan tempat mengobrol. Tak jauh dari taman, beberapa anak lelaki bermain basket di lapangan basket yang berdampingan dengan tempat skateboard. “Eonni, apa kamu sudah mendapatkan informasi mengenai keluarga Kenzo? Aku sangat terkejut ketika dia mengatakan dia sudah menikah.” Bitna menatap lurus ke arah lapangan basket ketika mengatakannya. “Tidak hanya kamu, tapi aku juga dan semua orang pasti terk
Read more

Bab 19 : Keraguan

“Bitna, bagaimana jika istri Kenzo itu sudah ditemukan? Apa yang akan kamu lakukan?” Tiba-tiba Dalmi mengangkat topik pembicaraan itu lagi setelah mereka berada di dalam mobil menuju jalan pulang. “Eonni, kenapa? Kamu dari tadi terus mengatakan hal-hal yang jahat padaku,” tanya Bitna dengan nada lirih dan tatapan berkaca. “Aku hanya bertanya. Kamu fokus saja menyetir,” ucap Dalmi pada Bitna sekaligus Yohan yang sejak tadi terus menoleh ke belakang sesekali untuk melihat Bitna. “Sebenarnya apa yang kamu pikirkan?” tanya Yohan penasaran yang hanya menatap lurus ke jalanan. “Aku hanya berpikir… bagaimana jika Bitna itu anggota keluarga Kenzo atau bahkan istrinya yang menghilang.” Yohan segera mengerem mobilnya dengan mendadak. “Oppa!” seru Bitna. “Hei, Yohan. Apa kamu sudah kehilangan akal?” bentak Dalmi. Yohan menatap ke depan dimana lampu jalanan sedang merah. Ia bergantian menatap pada Dalmi dan Bitna yang sudah menghujaninya dengan tatapan tajam seolah siap memakannya.
Read more

Bab 20 : Dua Teman Lama

"Ariana?!" Pria yang datang bersama seorang wanita itu menatap dengan mata melotot terkejut ke arah Bitna. “Arrgh, Ness! Sakit!” Ia lantas mengaduh dengan ekspresi kesakitan karena mendapatkan injakan yang cukup keras dari wanita di sampingnya. Pria tersebut menatap garang pada wanita yang dipanggil Ness itu sambil memegangi sebelah kakinya sehingga ia berdiri tak seimbang. Wanita tersebut yang semula memasang ekspresi terkejut segera menutupinya dengan senyuman. “Ken, gimana kabar lo?” Ia lantas berjalan ke arah Bitna sambil memanggil nama Kenzo akrab seolah mereka adalah sahabat dekat. “Nessa, long time no see! Gue baik-baik aja.” Kenzo juga tak kalah menyapa akrab wanita tersebut dan mereka berpelukan tanpa canggung di depan Bitna. Bitna diam karena tidak mengenali kedua tamu yang datang secara tiba-tiba ini dan tidak tahu harus kapan bergabung dengan percakapan mereka. Dan tampaknya, sedari awal mereka melihat dirinya seolah mengenalnya, bahkan pria itu memanggilnya denga
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status