Home / Rumah Tangga / Playboy in Love / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Playboy in Love: Chapter 31 - Chapter 40

60 Chapters

Kumpul Keluarga

Pintu terbuka, keluarga Wardhana yang datang dari Jakarta terlihat berbondong-bondong masuk ke rumah Erick. Sultan yang lebih dulu tiba, langsung menyapa Lani yang berdiri di ambang pintu setelah menyalami satu per satu anggota keluarga."Gimana kabar kamu?" Sultan mengelus kepala Lani, sembari berjalan beriringan menuju ruang tengah.Di belakangnya tampak yang lain mengekori, ada Rima, Ainun, Opick dan Mariam. Seperti biasa Papi Erick tampak tak pernah hadir di setiap perkumpulan keluarga. Entah apa alasannya. Sejak awal Lani ketahui hubungan mereka dan bapak mertuanya itu memang renggang."Baik, Kek." Lani tersenyum, perempuan itu mengedarkan pandangan ke sekeliling setibanya di sofa masing-masing. Dan pandangannya langsung terhenti pada Mariam.Lani tampak memejamkan mata sejenak, mencoba untuk mengendalikan perasaan sesak yang tiba-tiba menghimpit dada, kala ia ingat ucapan Erick terakhir kali tentangnya.Seperti biasa perempuan itu terlihat anggun dengan pakaian yang menutup sem
last updateLast Updated : 2023-01-01
Read more

Kok, Bisa?

Di dapur Lani, Bi Ningsih, serta Bu Ainun tampak sibuk menyiapkan makan siang yang sudah disediakan sebelumnya di atas meja makan. Sementara yang lain terlihat berpencar di seluruh penjuru rumah Erick."Biar aku bantu, Lan!" Lani tertegun melihat Mariam tiba-tiba menghadang jalannya sebelum sampai meja makan. Ia bisa merasakan perempuan itu tersenyum di balik cadarnya.Memejamkan mata sesaat akhirnya Lani mengangguk, ia menyodorkan mangkuk berisi sayur bening itu pada Mariam, lalu berjalan cepat menuju taman belakang.Duduk di bangku taman, sembari meremas gamisnya, Lani larut dalam lamunan panjang. Menatap Mariam entah kenapa tak bisa membuatnya tenang dan terus mengingat kejadian hari itu.Sebelum Erick mengatakan maksud sebenarnya pada Mariam, mungkin sampai saat itu tiba Lani akan terus dilanda kegelisahan."Ikk ... ikk ... ikk ...." Seketika Lani memegangi dadanya. Lagi-- ketika ia tak mampu mengontrol emosi dalam diri asmanya mulai mendera. Dengan gerakan secepat yang ia bisa,
last updateLast Updated : 2023-01-01
Read more

Memperbaiki Keadaan

Lani menatap Erick lamat-lamat, dahinya mengernyit heran. Dari berbagai respon yang ia bayangkan, kenapa harus kata itu yang terlontar dari mulut suaminya?Sungguh Lani benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran pria ini. Apa kepalanya telah terbentur hingga lupa apa yang mereka lakukan lebih dari sekadar tidur!Pada akhirnya Lani menarik napas panjang, seolah lelah menanggapi semua ketidakpekaan Erick. Ia memilih berbalik dan memunggungi pria itu."Alani!" panggil Erick. Namun, Lani tak kunjung juga membalikan tubuhnya. "Lani denger dulu!"Akhirnya Erick menarik tubuh mungil Lani agar bangkit dan duduk menghadapnya. Ia menatap ke dalam mata bening perempuan itu berusaha mencari kebohongan di sana."Ini, beneran?" tanyanya lagi."Iya, Mas."Mata Erick terbelalak kaget, seolah melakukan gerakan di bawah alam sadar ia menarik tubuh Lani, lalu mendekapnya erat."Selamat, ya! Bentar lagi Lo jadi Mahmud alias Mamah muda, Lan!" Erick mengelus pelan punggung Lani, kedua sudut bibir pria
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Balas Dendam?

Jam menunjukan pukul 12.00 WIB saat Erick dan Panji singgah di sebuah rumah makan Padang. Mereka duduk di salah satu bangku, kemudian mulai memesan. "Jul, akhirnya bini gue bunting, loh!" ucap Erick memulai percakapan setelah mengeluarkan bekal yang dibuat Lani dalam tasnya. "Woah ... syukur kalau gitu, akhirnya lo menunjukan keperkasaan dan membuahkan hasil. Kurang-kurangin modusin cewek, ya, Rick! Bentar lagi lo bakal jadi bapak, sama kek gue. Jangan buat anak lo menyesal karena terlahir dari bibit kang modus dan PHP!" Panji nyengir setelah berhasil menyulut emosi Erick. "Setan! Kayak yang udah bener aja idup, lo, Njul! Pake sok-sok'an nasehatin gue." Erick tak terima dan memiting leher Panji. Pengunjung yang kebetulan memperhatikan mereka hanya bisa menggeleng. "Zaman udah edan, laki sama laki rangkulan mesra kayak gitu. Memprihatinkan!" bisik seorang bapak-bapak yang duduk dua sekat meja dari belakang mereka-- kepada temannya. "Sayang cakep-cakep pada belok!" ucap yang lain
last updateLast Updated : 2023-01-03
Read more

Mulai Ceria

Ceklek! "Mas Erick udah pulang. Aku tutup dulu, ya!" Bergegas Lani menutup sambungan telepon yang terhubung dengan ibunya saat melihat Erick masuk, lalu beranjak bangkit. "Loh, kok mas pulang cepet?" tanya perempuan itu keheranan. Menatap Erick, lalu jam yang tergantung di dinding. 14.05 WIB. "Menurut lo?" timpal Erick mencibir, sembari menyeret langkah menuju sofa. Lani mengernyitkan dahi tanda tak mengerti saat melihat Erick merogoh tas punggung tersebut, lalu mengeluarkan tempat bekalnya. Tak! Diletakkannya tempat makan berbentuk kotak yang masih terisi 3/4 nya itu di atas meja ruang tamu. "Kok, nggak abis?" Lagi-lagi pertanyaan itu lolos dari mulut Lani tanpa sadar. Erick memutar bola mata. "Etdah pake nanya lagi." "Kenapa emang?" tanya Lani lagi. Akhirnya Erick hanya bisa menghela napas panjang, lalu mengelus dada ayam, eh dadanya. "Lo ngasih bekel apa buat gue tadi pagi?" cetus Erick akhirnya. Lani tampak berpikir sejenak. "Omelette sayuran, ayam serundeng, sama
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Perjalanan ke Rumah Kakek

Di depan halaman rumah, Lani tampak mengusap perutnya yang masih terlihat datar. Entah kenapa hari ini ia merasa begitu bersemangat dan senang karena akan mengunjungi rumah Sultan di saat semua orang sudah tahu akan kehamilannya. Meskipun terlalu dini. Namun, ia tak bisa menutupi rasa bahagia itu. "Yuk!" Sentuhan di pundaknya membuat Lani menoleh. Ia menemukan Erick dengan pakaian santai seperti biasa. Mereka sudah bersiap di pekarangan rumah dan menunggu mang Wawan mengeluarkan mobil dari garasi untuk selanjutnya mereka melakukan perjalanan menuju Jakarta pusat, tempat kediaman utama keluarga Wardhana. Mobil Ferrari itu terhenti di hadapan mereka. Erick membukakan pintu untuk Lani yang kemudian duduk di kursi penumpang, sedangkan Erick dibalik kemudi. "Duluan, ya!" ucapnya pada Bi Ningsih dan Mang Wawan yang menunggu di depan pintu. Rencananya suami-istri itu akan menyusul beberapa jam kemudian. "Lan, bisa tolong cariin nomber si Opick, terus telpon. Tapi ntu anak mau nitip Roti
last updateLast Updated : 2023-01-05
Read more

Acara Syukuran

Mereka sampai menjelang sore di kediaman Wardhana, karena jalanan cukup macet Weekend ini. Tampak mobil-mobil mewah terlihat sudah berderet rapi di pekarangan seluas lapangan golf tersebut. Melihat itu Erick seolah sudah tahu kalau keluarga besarnya kini benar-benar berkumpul semua. Tanpa terkecuali papinya. Erick melihat mobil Alphart milik Hendra terparkir di antara mobil yang lain. Pria itu tampak menghela napas, kemudian keluar lebih dulu. Ia membukakan pintu untuk Lani dan menuntunnya turun. "Kayaknya rame banget, ya. Mas?" tanya Lani. "Hooh ... tante, om, dan si cerewet juga kayaknya ada deh." "Cerewet?" "Iya, si Fabby. Anak manja. Sepupu gue!" "Oh, yang waktu itu nyanyi di panggung sambil ngelempar mic!" seru Lani saat mengingat gadis yang Erick maksud adalah sepupunya yang itu. Yang membuat keributan di resepsi pernikahannya terlepas dari semua mantan-mantan Erick. "Yah, yang itu!" Lani terkekeh, seraya berbincang kecil ia berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan Eri
last updateLast Updated : 2023-01-07
Read more

Tragedi Kamar Opick

Beberapa menit sebelumnya ....Sesaat setelah mendapat persetujuan, Erick mengangguk sekali, kemudian melangkahkan kaki menaiki tangga.Pria itu sampai di kamar Opick. Ia berjalan menuju sebuah lemari besar di sudut ruangan yang diketahui milik saudara kembarnya. Erick mengambil sebuah kemeja secara acak di antara tumpukan pakaian itu.Tak ingin membuang waktu bergegas ia melepas kaos, lalu menggantinya dengan kemeja milik Opick. Sejenak ia bercermin memperhatikan perutnya yang macam kotakan sawah, hasil dari gym rutin. Tanpa menyadari ada sepasang kaki jenjang yang berjalan mendekatinya.“Bang!” Seketika Erick terkesiap, saat merasakan sebuah tangan mungil melingkari perutnya yang terekspos karena kemeja yang belum terkancing dengan sempurna.Erick tertegun untuk beberapa saat, merasakan tubuh hangat itu menempel dengan sempurna di tubuhnya. Bau sabun menguar menusuk indra penciuman. Pelukan di perutnya pun semakin mengetat. “MARIAM!”Hingga suara teriakan menggelegar mengagetkan
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more

Keputusan Sulit

Sedangkan di tempat lain. Masih di kamar yang sama, Mariam meraung meminta pengampunan Opick. Perempuan itu bersujud di kaki suaminya."Maafkan aku karena sempat tersanjung dengan perhatian Mas Erick padaku, Bang. Demi Allah aku tak pernah berniat untuk menghianatimu walaupun kau tak pernah benar-benar memberikan hatimu ... tolong beri aku kesempatan, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Kita bisa pindah ke Mesir secepatnya dan melupakan apa yang telah terjadi!" Mariam berusaha menggapai tangan Opick. Namun, pria itu menepisnya.“Mudah saja bila kita pindah ke Mesir secepatnya dan melupakan apa yang telah terjadi. Tapi, bagaimana dengan Erick dan Alani? Masalah yang kalian perbuat tak semudah itu untuk diselesaikan. Tolong jangan egois. Kalian sama-sama perempuan, Mariam. Kamu pasti mengerti apa yang Lani rasakan? Dia pendarahan karena Erick tak sengaja mendorongnya, saat tengah berdebat denganku ketika dia mati-matian membelamu!”Mariam masih terisak, dia menghapus jejak b
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more

Permintaan Mengejutkan

Bletak! "Dasar anak kurang ajar! Begini caramu memperlakukan seorang perempuan, hah? Dua puluh tujuh tahun kakek besarkan kamu dalam lingkungan yang ketat, hanya untuk menyakiti istri dan membunuh calon anakmu? Di mana kau simpan otakmu yang kecil itu, Erick!" Di koridor rumah sakit yang sepi, Erick tampak bersimpuh di hadapan Sultan Wardhana, sesaat setelah belakang kepalanya menjadi sasaran tongkat kakeknya. Nyalang pria renta itu menatap cucunya dengan napas terengah-engah, karena emosi yang merebak tak terbendung, kala mengetahui kenyataan bahwa dokter memvonis cicitnya tak terselamatkan. "Aku tak menyangka kau terlahir dari rahim putriku, anak sial! AKU TAK MENYANGKA KAU ADALAH CUCU--" "Cukup, Ayah!" Bersimpuh Rima di kaki ayahnya, kala Sultan hendak melayangkan pukulan kedua pada punggung Erick yang hanya bergeming. Terbungkam mulut itu seolah tak mampu mengeluarkan suara bahkan hanya satu patah kata untuk membela diri akan semua ucapan menyakitkan kakeknya. Erick hanya me
last updateLast Updated : 2023-01-10
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status