Home / Rumah Tangga / Playboy in Love / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Playboy in Love: Chapter 21 - Chapter 30

60 Chapters

Kesal

Hari ini Erick dan Lani tengah bersiap untuk kembali ke Bogor. Pasangan suami istri itu sudah packing dari pagi dan memutuskan untuk berangkat sore hari.Lani sudah duduk di dalam mobil, menunggu Erick yang masih pamitan dengan Sultan dan Opick serta Rima yang kebetulan mampir setelah arisan dengan genk sosialitanya. Entah apa yang mereka bicarakan di dalam, Lani pun tak tahu.Cukup lama ia menunggu sampai akhirnya Erick kembali dengan menenteng tas berukuran sedang."Sorry lama, si Opick kayak yang nggak rela lepas gue gitu, padahal kalau dia kangen tinggal datang ke Bogor aja apa susahnya.""Mungkin karena kalian udah lama nggak ketemu kali. Jadi Mas Opick ingin menghabiskan banyak waktu sama Mas."Erick mengedikkan bahunya. "Mungkin!" Akhirnya mereka memulai perjalanan untuk kembali ke kediaman Erick di Bogor. Sepanjang perjalan Lani menatap keluar jendela. Tak lama rasa kantuk mengambil kendali dirinya, hingga tanpa sadar ia tertidur lelap di dalam mobil.Erick memperhatikan waj
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more

Tanggung Jawab

Tok! Tok! Tok!"Mas! Buka! Ini udah Magrib."Beberapa kali Lani mengetuk pintu kamar mandi, namun Erick tak kunjung keluar. Sudah sejam sejak ia tinggal salat. Lelaki itu masih saja geming di dalam. Perempuan itu tampak mulai khawatir.Ceklek.Akhirnya setelah sepuluh menit suara shower tak lagi terdengar, Erick keluar dengan hanya handuk yang melingkar di pinggang."Ngapa? Berisik amat lo dari tadi?" cetusnya sembari berpangku tangan."Mas ngapain di dalem sampe sejam?" tanya Lani."Maenan sabun-- eh, ya mandilah! Lo kira piknik di WC?" jawab Erick tegas. Bibir lelaki itu tampak mencebik."Oh, aku cuma mau kasih tahu. Makan malemnya udah disiapin Bi Ningsih.""Gue nggak laper. Lo makan aja duluan." Erick mulai beranjak melewati Lani dan berjalan menuju lemari.Di balik pintu almari Lani melihat Erick melempar handuk basahnya ke kasur, beberapa menit kemudian lelaki itu tampak sudah berpakaian lengkap, setelah pintu tertutup.Lani menghela napas panjang, berjalan menuju ranjang untuk
last updateLast Updated : 2022-12-22
Read more

Masa Lalu Kelam

Segera setelah mengatakannya Erick bisa melihat wajah Lani memerah di balik cahaya temaram.Perempuan itu pun akhirnya mengangguk kecil."Oke, deal!"Lani mulai menyiapkan telinganya untuk mendengar cerita Erick.Erick mulai menimang-nimang. Lelaki itu beranjak duduk bersandar di kepala ranjang. Begitu pun Lani.Namun, baru saja hendak memulai, tiba-tiba saja hatinya dipenuhi keraguan. "Ng ... mending nggak usah deh," ucapnya gamang. Ia masih ragu untuk membagi kisah kelam masa lalu yang sudah berusaha ia kubur dalam-dalam. Kisah yang tak banyak orang tahu bahkan keluarga terdekatnya sekali pun. Hanya mereka para saksi kunci yang mengetahui apa yang pernah terjadi dengan masa lalunya.Bahwa dulu ... ia pernah mengalami sebuah kejadian pahit yang tak mengenakan. Kadang saat mengingatnya perasaan mengoyak hati, membayangkan kilas-kilas kejadian kelam di masa lalunya."Mas ...." Lani memasang ekspresi andalan yang kadang membuat Erick tak tega untuk menolak.Pada akhirnya pria itu mengh
last updateLast Updated : 2022-12-23
Read more

Mulai Berubah

Waktu bergulir, hari beranjak, dan bulan berganti. Tiga bulan sudah Lani menyandang status sebagai bagian dari keluarga konglomerat-- Wardhana.Tak banyak yang berubah. Ia masih tetap dirinya. Lani yang menyukai kesederhanaan, lembut, dan penyayang. Mempunyai suami dan mertua yang kaya raya tak membuatnya menjadi pongah dan mudah puas akan pencapaian itu.Ia masih merasa belum berhasil setelah ada di titik ini. Karena Erick, lelaki itu ... masih saja belum mempercayakan Lani akan hatinya yang utuh. Dinding kokoh yang pria itu bangun untuk membentengi diri masih terlalu kuat untuk Lani robohkan.Entah harus bagaimana dan seberapa lama ia menunggu. Yang pasti Lani masih tetap sabar menanti di sini, di tempat yang sama, dan tak beranjak. Kelak ia pun yakin. Cepat atau lambat suaminya akan luluh juga.Di tengah lamunannya, tiba-tiba Lani dikejutkan dengan suara dering ponsel yang berbunyi di saku gamisnya. Perempuan itu beranjak dari balkon setelah menutup pintu kaca pembatas agar tak mem
last updateLast Updated : 2022-12-24
Read more

Kenyataan Pahit

Setibanya di rumah sakit Lani semakin kebingungan, saat Bi Ningsih tiba-tiba membawanya menuju ruang pemeriksaan ibu dan janin setelah mendaftarkan diri."Bi, kenapa kita ke sini? Lani nggak hamil!" "Yakin?" tanya Bi Ningsih seraya tersenyum penuh arti, "sok periksa dulu, baru protes!" sambung Bi Ningsih tak ingin dibantah.Lani tertegun di tempat. Lekat ia tatap perut datarnya sebelum melangkah masuk.Setelah melewati pergolakan batin yang hebat, akhirnya ia melangkah masuk. Pasrah saat seorang dokter perempuan memintanya berbaring di atas brankar dan mulai memeriksa.Lani menunggu harap-harap cemas. Dia mulai memikirkan Erick lagi. Bagaimana kalau hal itu benar, dan suaminya tak bisa menerima. Lagi pula selama ini ia tak pernah memakai kontrasepsi. Jadi, kemungkinan positif-nya bisa saja besar.Setelah selesai, dokter itu membantu Lani bangkit, kemudian tersenyum lebar. Tangannya tampak terulur hendak menjabat tangan Lani."Selamat ya, Bu ... ibu positif hamil!""Alhamdulillah ...
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

Pergi

Tamparan keras itu mendarat di pipi kanan Erick. Meninggalkan bekas kemerahan di sana. Lani menggeleng beberapa kali, tangisnya tak bisa lagi terbendung. Ia rasa Erick sudah sangat keterlaluan. Setidaknya bila Lani tak berarti apa pun selama ini. Tak bisakah ia sedikit menghargainya sebagai seorang istri?Diperlakukan seperti ini, Lani benar-benar merasa hina. Ia bahkan merasa lebih hina dari pada para jalang yang berkeliaran luar sana."Sadarlah Mas Erick ... aku ini istrimu! Tak bisakah sedikit Mas menghargai perasaanku? Selama ini aku hanya diam, bukan berarti aku tak bisa merasa. Aku punya hati Mas, aku punya hati yang sewaktu-waktu merasakan sakit. Aku punya perasaan yang bisa bereaksi saat disakiti. Aku punya iman, yang kupegang teguh hingga bisa bertahan dengan lelaki sepertimu!" Emosi Lani tak bisa lagi terkontrol. Untuk pertama kali di dalam hidupnya ia berteriak sekencang ini pada seseorang.Erick tertegun, ia benar-benar tak menyangka Lani akan menamparnya dan berteriak hi
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more

Gundah

Mata Erick perlahan terbuka saat merasakan cahaya matahari masuk dari celah jendela. Menerangi kamarnya yang tampak kelam seperti dirinya."Lani!" Seperti biasa ia memanggil-manggil nama Lani. Namun, tak ada jawaban. Yang terdengar hanya suara televisi yang masih menyala karena Erick selalu lupa mematikannya.Pria itu mendesah lelah. Seminggu sudah Lani pergi tanpa kabar. Segala upaya telah ia lakukan, tetapi berakhir nihil. Keberadaan Lani seolah tak tercium sama sekali. Ia malu bertanya pada Ainun apalagi kakeknya. Yang ada Sultan akan melontarkan segala sumpah serapah atau memukulinya dengan tongkat andalan.Meskipun malas Erick tetap menjejakkan kaki menuju kamar mandi. Kemudian memulai aktifitasnya seperti biasa. Pria itu menatap dirinya di cermin, kemudian mengernyitkan dahi. "Astaga Erick ... Lo kacau banget, sejak kapan ini tumbuh, dan apa ini ... fix kegantengan lo berkurang satu persen!" Erick menyentuh bulu-bulu halus di sekitar rahangnya yang mulai tumbuh, kemudian lingk
last updateLast Updated : 2022-12-28
Read more

Pulang

Di taman belakang Panti Malak Al Jannah Lani duduk, pikirannya berkelana entah ke mana. Dalam hening, ia usap perutnya yang masih datar, lalu memejamkan mata sejenak.Hampir sepuluh hari sudah berlalu perempuan itu dalam pelarian. Menghindari suaminya semampu yang ia bisa. Ini sudah kali ketiga Lani hampir ketahuan Erick yang datang ke kawasan panti. Namun, beruntung lagi-lagi ia berhasil bersembunyi, karena kebetulan Erick tak mengetahui lokasi kontrakannya.Sebenarnya perempuan itu merasa tak tega membuat Erick kelimpungan mencarinya. Namun, ia juga masih belum mampu bertatap muka dengan lelaki itu, apalagi mengingat obrolan terakhir mereka bak pisau yang menikam.Sesak rasanya ketika ia kembali mengingat kenyataan bahwa butuh waktu bertahun-tahun bagi Lani untuk membuat lelaki itu melihat ke arahnya, menyadari kehadirannya, juga mengerti perasaannya.Namun, hanya sedetik bagi Mariam untuk mengambil akal sehat Erick, hanya dengan parasnya.Sebenarnya pelarian ini hanya upaya agar in
last updateLast Updated : 2022-12-29
Read more

Tak Peka

"Iya, Mas. Aku mencintaimu jadi rasanya ingin kumaki diri ini yang begitu bodoh, karena masih bisa bertahan dengan lelaki brengsek sepertimu!" Seandainya ... seandainya, kata-kata itu mampu terucap dengan lantang dari bibirnya. Namun, sayang. Kalimat itu hanya mampu perempuan itu gumamkan. Lani tak kuasa melontarkannya begitu saja. Pada akhirnya ia hanya bisa menggigit bibir, lalu meremas handuk basah di atas baskom, dan mulai meletakkan sedikit melemparnya ke dahi Erick. "Aw, pelan-pelan, Lan. Ini jidat bukan lantai!" Erick mengaduh, dan menggeser tubuhnya sedikit. "Aku tahu, kalau dahi Mas lantai, sejak tadi aku nggak pake tangan tapi kaki," timpal Lani datar. "Ebusyet. Sejak kapan mulut lo jadi pedes macam ayam geprek. Gue lagi sakit, loh." "Kalau Mas nggak sakit aku nggak akan pulang." Erick melongo. Matanya tampak mengerjap beberapa kali melihat perubahan sikap Lani yang tiba-tiba. Pada akhirnya, lelaki itu memilih bungkam. Untuk saat ini berdebat hanya hanya akan memperk
last updateLast Updated : 2022-12-30
Read more

Perubahan Lani

"Neng belum kasih tahu tentang kehamilannya sama Pak Erick?" Bi Ningsih bertanya saat melihat Lani duduk di meja makan seraya memakan sebuah apel. Lani menggeleng pelan."Belum, Bi," jawabnya singkat."Kenapa?" Lani tersenyum kecil kemudian meletakan apel yang tersisa setengah itu di meja."Belum nemu waktu yang pas aja. Tapi cepat atau lambat Lani bakal kasih tahu, kok."Akhirnya Bi Ningsih hanya bisa mengangguk kecil. Meskipun ia tak tahu secara detail tentang apa yang menjadi penyebab kepergiaan Lani selama seminggu. Namun, ia yakin perempuan itu memang lebih senang menyimpan masalahnya sendiri.Bi Ningsih yakin ada sesuatu yang terjadi di antara mereka berdua hingga menyebabkan sinar bening di mata Lani yang selalu terpancar itu perlahan surut. "Mau makan lagi?" tanya Bi Ningsih mengalihkan pembicaraan."Nggak, Bi. Nunggu Kakek sama yang lain aja. Lagian Lani kurang nafsu makan akhir-akhir ini.""Iya, sih. Bibi juga ngalamin waktu hamil si Entin. Masa-masa hamil muda emang kaya
last updateLast Updated : 2022-12-31
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status