"Iya, Mas. Aku mencintaimu jadi rasanya ingin kumaki diri ini yang begitu bodoh, karena masih bisa bertahan dengan lelaki brengsek sepertimu!" Seandainya ... seandainya, kata-kata itu mampu terucap dengan lantang dari bibirnya. Namun, sayang. Kalimat itu hanya mampu perempuan itu gumamkan. Lani tak kuasa melontarkannya begitu saja. Pada akhirnya ia hanya bisa menggigit bibir, lalu meremas handuk basah di atas baskom, dan mulai meletakkan sedikit melemparnya ke dahi Erick. "Aw, pelan-pelan, Lan. Ini jidat bukan lantai!" Erick mengaduh, dan menggeser tubuhnya sedikit. "Aku tahu, kalau dahi Mas lantai, sejak tadi aku nggak pake tangan tapi kaki," timpal Lani datar. "Ebusyet. Sejak kapan mulut lo jadi pedes macam ayam geprek. Gue lagi sakit, loh." "Kalau Mas nggak sakit aku nggak akan pulang." Erick melongo. Matanya tampak mengerjap beberapa kali melihat perubahan sikap Lani yang tiba-tiba. Pada akhirnya, lelaki itu memilih bungkam. Untuk saat ini berdebat hanya hanya akan memperk
Last Updated : 2022-12-30 Read more