Home / Rumah Tangga / Playboy in Love / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Playboy in Love: Chapter 41 - Chapter 50

60 Chapters

Haruskah Berakhir?

Erick tersentak. Ucapan Lani bak sebuah petir menyambar di siang bolong. Tiba-tiba dan tak ia duga sebelumnya.Dari semua kemungkinan yang ada, kenapa jalan seperti ini yang harus Lani ambil untuk Erick tempuh? Jujur saja saat mengucapkannya waktu itu Erick tak benar-benar menginginkan hal itu terjadi.Memang sulit mengakuinya. Namun, Erick benar-benar tak mau menceraikan Lani. Entah apa pun alasannya, pria itu tak peduli. Karena baginya, tak ada alasan untuk berpisah dengan Lani.Lain ceritanya bila Lani mengatakan hal tersebut beberapa bulan yang lalu, di saat ia bahkan masih menatap perempuan itu tak lebih hanya dari status sebagai seorang istri ... mungkin Erick akan dengan mudah melayangkan talak.Meskipun ia masih belum bisa memastikan perasaan seperti apa yang ia rasakan pada istrinya. Tetap saja Erick tak bisa kehilangan Lani dalam waktu dekat ini. Ia membutuhkan perempuan itu!"Nggak akan, Lani ... apa maksud lo?!" tolak Erick keras.Dengan cepat ia berusaha menggapai jemari
last updateLast Updated : 2023-01-12
Read more

Saling Terbuka

"Rick!" Suara itu menarik Erick dari lamunan. Ia terlihat tengah menikmati pemandangan taman belakang rumah sakit dengan pikiran yang entah ke mana. Akhir-akhir ini banyak hal yang tak terduga terjadi. Itu semua cukup menguras tenaga dan pikirannya. Kalau saja ia bisa memutar waktu dan tak perlu pergi ke rumah Sultan. Mungkin hubungannya dan Lani masih baik-baik saja dan tak akan berakhir sepelik ini."Ada yang ingin kubicarakan denganmu sebentar," lanjutnya, seolah sudah memprediksi tatapan tak bersahabat Erick.Akhirnya pria itu menoleh, menatap saudara kembarnya yang tengah berdiri dengan dua gelas kopi instan di tangan."Duduk!" jawab Erick singkat.Opick tersenyum, lalu mengangsurkan satu gelas kopi itu ke hadapan Erick yang langsung pria itu sambut tanpa banyak bicara."Mau ngomong apa?" Erick menatap Opick yang tiba-tiba terdiam setelah duduk.Pria itu hanyut dalam lamunan. Entah apa yang tengah ia pikirkan sebenarnya. Opick pun tak mengerti kenapa ia merasakan lidah kelu saat
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more

Keadaan Sebenarnya

Mariam tampak berdiri di ambang pintu ruang rawat. Ia mencengkeram gamis panjangnya saat menatap Lani yang tengah duduk bersandar di kepala brankar, sedang Ainun terlihat tengah membujuknya untuk makan. Sudah tiga hari sejak kuretase itu, Lani belum diperbolehkan pulang. Kondisi perempuan itu memburuk. Dia bahkan sempat demam. Tak jarang orang-orang yang besuk mendapati perempuan itu tengah melamun atau menangis tanpa alasan yang jelas. Bahkan seharian ini tak ada makanan yang masuk ke mulutnya hingga mengharuskan ia diinfus. Setelah bergelut dengan pikiran akhirnya Mariam memberanikan diri. Ia berjalan ragu memasuki ruang rawat Lani. Perempuan itu tampak memilin tangannya yang berkeringat dan berdiri di samping Ainun. "Maaf, Bu. Bisa tinggalkan kami berdua sebentar!" Ainun mendongak, menatap perempuan bercadar itu. Ia mengangguk sekali, lalu menyimpan mangkuk bubur di meja samping brankar. "Tapi kayaknya Lani nggak bisa diajak bicara!" Mariam tersenyum. "Nggak apa-apa, Bu Ainu
last updateLast Updated : 2023-01-14
Read more

Depresi

"Setelah kami periksa ternyata nyonya Alani mengalami depresi pasca traumatis, hingga menyebabkan rasa sedih berkepanjangan. Kami tak bisa menyimpulkan seperti apa trauma yang dialaminya. Mungkin saja itu terjadi setelah kuretase karena dia belum siap menerima kenyataan telah kehilangan janinnya atau ada faktor lain. Kabar yang terdengar dari orang terdekat yang selalu menjaganya, gejala ini baru timbul lima hari belakangan. Dia kehilangan selera makan, sering melamun, atau menangis tanpa alasan yang jelas. Beruntung depresi yang nyonya Alani alami masih dalam tahap sedang, kita akan segera menanganinya dengan obat-obatan dan psikoterapi. Jadi untuk itu kami sarankan nyonya Alani dirawat inap sampai kondisinya benar-benar membaik."Semua orang yang mendengar ucapan dokter Hendrik tampak tercegat. Ainun yang berdiri paling depan setelah dokter memeriksa Lani membekap mulut terkejut. Ia tak menyangka gadis yang ceria, putri kecilnya yang cantik dan anggun harus mengalami nasib yang be
last updateLast Updated : 2023-01-16
Read more

Ruang Hampa

Senja telah digantikan sang malam yang kian pekat. Jarum jam tampak sejajar di angka sepuluh. Sudah selarut ini. Namun, Erick masih terjaga. Erick yang selalu mengedepankan penampilannya kini tak lagi terlihat. Setelan tadi pagi masih tampak melekat membalut tubuh kekar itu. Bau keringat bercampur parfum tampak menguar dari tubuhnya. Kesibukan mengurus Lani untuk segera menjalani psikoterapi cukup banyak menguras waktu hingga ia tak lagi ambil pusing dengan penampilannya. Terlihat jambang tipis menghiasi rahang kokohnya yang biasa terpangkas bersih. Erick tak peduli lagi akan hal itu.Di ruangan bebas asap rokok itu, tampak kabut pekat menyelimutinya. Berbungkus-bungkus benda yang memberi efek candu itu habis disesapnya dalam tiga malam terakhir."Rick!" Sebuah sentuhan di pundak, menariknya dari lamunan. Erick menoleh dan mendapati pria paruh baya yang masih ia benci. Duduk di sampingnya.Pria itu hanya meliriknya sekilas, lalu memalingkan pandangan. Menatap wajah seorang Hendra Ad
last updateLast Updated : 2023-01-16
Read more

Jalan Hijrah

"Allahuakbar .... Allahuakbar ...." Suara azan subuh terdengar berkumandang. Erick yang tampak duduk di kursi sisi brankar mulai beranjak bangkit. Semalaman ia terjaga menemani Lani yang terbaring di brankar. Perempuan itu masih tidur lelap efek terapi dan obat-obatan yang dikonsumsinya seminggu terakhir ini.Pelan langkahnya berayun, sembari meraih sarung yang ditinggalkan diam-diam Opick dalam ruangan ini beberapa hari yang lalu. Kemudian berjalan ke luar ruangan. Desau angin mulai terasa menusuk kulit, menggoyang pohon-pohon rindang di sekitar koridor rumah sakit sepanjang jalannya mencari asal dari suara azan tersebut.Liar matanya memperhatikan keadaan sekitar yang masih tampak sepi subuh ini. Sesekali ia terhenti, menatap langit lepas yang seolah menertawakan kondisinya kini, menertawakan seorang pendosa yang akhirnya tak berdaya di hadapan wanita.Takluk dengan rasa empati yang nyaris membuatnya mati, disebabkan seorang istri yang mulanya tak pernah ia anggap berarti.Seora
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

Nekad

“Lo hendel aja semua proyek gue, ya, Jul! Untuk sementara gue nggak akan bisa kerja lapangan, paling cuma desain via online aja,”terang Erick pada Panji, saat mereka tengah survei lapangan di daerah Cililitan.Panji tampak menghela napas sejenak, lalu menepuk pundak Erick, menatap prihatin. “Gue ikut simpati denger kondisi Lani, Rick. Semoga dia cepet sembuh. Yang tabah, ya!” ujar Panji menyemangati. Ia cukup maklum dengan kondisi Erick saat ini hingga berpengaruh dengan cara kerjanya. Tak ada yang tahu kapan ujian akan menimpa, saat senang maupun sulit. Terkadang manusia yang telalu dibutakan dunia lupa mengingatnya. Hanya membiarkan diri tenggelam dalam kubangan dosa dan tak memikirkan dampaknya. Bahwa murka Tuhan itu nyata. Dalam kehidupan ini, ataupun setelahnya.“Ya, udah gue balik rumah sakit dulu. Sorry, ya, Jul! Akhir-akhir ini gue sering ngerepotin."“Siap, tenang, Rick. Kek ke siapa aja, lu!” Setelah pamit pada Panji dan tim proyeknya di daerah Cililitan, Erick berjal
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

Ujian Sebenarnya

Erick sampai di rumah sakit rehabilitasi. Langkahnya berjalan lebar mengitari koridor hingga sampai di ruangan Lani. Di persimpangan jalan ia sempat bertemu dengan Ainun yang lagi-lagi tampak kacau. Selalu seperti itu sejak sebulan terakhir ini. Kriet. Suara pintu berderit pelan. Kepala Erick menyembul masuk. Namun, sebelum sempat ia mengucap salam sesuatu mengejutkan terjadi. "LANI JANGAN!"Di sana, di sudut ruangan, Lani duduk memojok. Sebuah pisau ia genggam erat bersiap untuk menggores nadi di lengannya. Perempuan itu tampak gelisah, peluh membasahi pelipisnya dengan kepala bergerak-gerak kaku seperti robot. BRUK. Barang bawaannya Erick robohkan begitu saja, pria itu lari menghampiri istrinya. Ia menggenggam ujung tajam besi itu hingga tampak darah mengalir deras hingga mengenai pakaian Lani. Tring. Benda mungil berujung tajam yang diketahui pengupas buah itu tergeletak di lantai. Erick meringis merasakan perih di telapak tangannya. Sedangkan Lani mulai menjerit histeris
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

Masih Adakah Ruang?

Mariam diam terpaku di tempat, liar matanya menatap lengan Opick yang Lani genggam erat. Kuat cengkeraman di gamis panjangnya hingga menyebabkan kain berbahan lembut itu kusut bergumpal. Tanpa sadar sebulir bening jatuh dari pelupuk mata membasahi cadarnya. Sadar dengan situasi canggung ini seketika Opick menarik diri, lelaki itu mundur selangkah, lalu menatap Erick yang berdiri termangu seolah kehilangan kata untuk diutarakan."Mas, aku mau pulang. Di sini terlalu banyak orang, berisik. Aku nggak suka. Lagian aku udah nggak apa-apa, kok. Kata dokter janin kita juga sehat!" Sontak mata Opick membelalak mendengarnya saat Lani menyebut kata janin, lalu mengelus perut datarnya. Erick yang juga mendengar itu, tampak memejamkan mata, beberapa kali ia menahan diri agar tak berakhir dengan menarik paksa tangan istrinya untuk menjauh dari saudara kembarnya.Pada akhirnya Erick mengambil langkah. Ia berjalan menghampiri keduanya, lalu menepuk pundak Opick. "Nggak apa-apa, Pick. Dia ... saki
last updateLast Updated : 2023-01-22
Read more

Godaan

Opick tampak menghela napas panjang. Ia beranjak dari ranjang, lalu menghampiri istrinya yang termangu di ambang pintu. "Mariam." Pelan ia tarik lengan perempuan itu masuk ke dalam, lalu menutup pintu perlahan. Walau bagaimana pun ini rumah kakeknya. Opick tak mau bila pertengkaran mereka menyebabkan keributan di sini. "Tenangin diri kamu, Dek!" Dituntunnya Mariam untuk duduk di tepi ranjang, lalu melepas cadarnya. Ia seka air mata perempuan itu yang mulai bergulir membasahi pipi mulusnya."Jadi, bener, 'kan Mas masih suka sama Alani?" Lagi--Opick menghela napas. Sejenak, ia terdiam. Kemudian mulai duduk di samping istrinya. Digenggamnya kedua tangan perempuan itu erat. "Denger, Sayang ... alasan abang nunda keberangkatan bukan cuma karena alasan itu. Kamu tahu sendiri situasi saat ini. Lihat kondisi kesehatan kakek yang mulai drop, lihat Erick, juga kondisi Lani. Semua keadaan kacau ini--kita juga ikut andil, Dek!" Opick berusaha menjelaskan sembari mengelus lembut lengan Mariam.
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status