Share

Balas Dendam?

Penulis: Dwrite
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-03 10:46:47

Jam menunjukan pukul 12.00 WIB saat Erick dan Panji singgah di sebuah rumah makan Padang. Mereka duduk di salah satu bangku, kemudian mulai memesan.

"Jul, akhirnya bini gue bunting, loh!" ucap Erick memulai percakapan setelah mengeluarkan bekal yang dibuat Lani dalam tasnya.

"Woah ... syukur kalau gitu, akhirnya lo menunjukan keperkasaan dan membuahkan hasil. Kurang-kurangin modusin cewek, ya, Rick! Bentar lagi lo bakal jadi bapak, sama kek gue. Jangan buat anak lo menyesal karena terlahir dari bibit kang modus dan PHP!" Panji nyengir setelah berhasil menyulut emosi Erick.

"Setan! Kayak yang udah bener aja idup, lo, Njul! Pake sok-sok'an nasehatin gue." Erick tak terima dan memiting leher Panji.

Pengunjung yang kebetulan memperhatikan mereka hanya bisa menggeleng.

"Zaman udah edan, laki sama laki rangkulan mesra kayak gitu. Memprihatinkan!" bisik seorang bapak-bapak yang duduk dua sekat meja dari belakang mereka-- kepada temannya.

"Sayang cakep-cakep pada belok!" ucap yang lain
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Playboy in Love   Mulai Ceria

    Ceklek! "Mas Erick udah pulang. Aku tutup dulu, ya!" Bergegas Lani menutup sambungan telepon yang terhubung dengan ibunya saat melihat Erick masuk, lalu beranjak bangkit. "Loh, kok mas pulang cepet?" tanya perempuan itu keheranan. Menatap Erick, lalu jam yang tergantung di dinding. 14.05 WIB. "Menurut lo?" timpal Erick mencibir, sembari menyeret langkah menuju sofa. Lani mengernyitkan dahi tanda tak mengerti saat melihat Erick merogoh tas punggung tersebut, lalu mengeluarkan tempat bekalnya. Tak! Diletakkannya tempat makan berbentuk kotak yang masih terisi 3/4 nya itu di atas meja ruang tamu. "Kok, nggak abis?" Lagi-lagi pertanyaan itu lolos dari mulut Lani tanpa sadar. Erick memutar bola mata. "Etdah pake nanya lagi." "Kenapa emang?" tanya Lani lagi. Akhirnya Erick hanya bisa menghela napas panjang, lalu mengelus dada ayam, eh dadanya. "Lo ngasih bekel apa buat gue tadi pagi?" cetus Erick akhirnya. Lani tampak berpikir sejenak. "Omelette sayuran, ayam serundeng, sama

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04
  • Playboy in Love   Perjalanan ke Rumah Kakek

    Di depan halaman rumah, Lani tampak mengusap perutnya yang masih terlihat datar. Entah kenapa hari ini ia merasa begitu bersemangat dan senang karena akan mengunjungi rumah Sultan di saat semua orang sudah tahu akan kehamilannya. Meskipun terlalu dini. Namun, ia tak bisa menutupi rasa bahagia itu. "Yuk!" Sentuhan di pundaknya membuat Lani menoleh. Ia menemukan Erick dengan pakaian santai seperti biasa. Mereka sudah bersiap di pekarangan rumah dan menunggu mang Wawan mengeluarkan mobil dari garasi untuk selanjutnya mereka melakukan perjalanan menuju Jakarta pusat, tempat kediaman utama keluarga Wardhana. Mobil Ferrari itu terhenti di hadapan mereka. Erick membukakan pintu untuk Lani yang kemudian duduk di kursi penumpang, sedangkan Erick dibalik kemudi. "Duluan, ya!" ucapnya pada Bi Ningsih dan Mang Wawan yang menunggu di depan pintu. Rencananya suami-istri itu akan menyusul beberapa jam kemudian. "Lan, bisa tolong cariin nomber si Opick, terus telpon. Tapi ntu anak mau nitip Roti

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-05
  • Playboy in Love   Acara Syukuran

    Mereka sampai menjelang sore di kediaman Wardhana, karena jalanan cukup macet Weekend ini. Tampak mobil-mobil mewah terlihat sudah berderet rapi di pekarangan seluas lapangan golf tersebut. Melihat itu Erick seolah sudah tahu kalau keluarga besarnya kini benar-benar berkumpul semua. Tanpa terkecuali papinya. Erick melihat mobil Alphart milik Hendra terparkir di antara mobil yang lain. Pria itu tampak menghela napas, kemudian keluar lebih dulu. Ia membukakan pintu untuk Lani dan menuntunnya turun. "Kayaknya rame banget, ya. Mas?" tanya Lani. "Hooh ... tante, om, dan si cerewet juga kayaknya ada deh." "Cerewet?" "Iya, si Fabby. Anak manja. Sepupu gue!" "Oh, yang waktu itu nyanyi di panggung sambil ngelempar mic!" seru Lani saat mengingat gadis yang Erick maksud adalah sepupunya yang itu. Yang membuat keributan di resepsi pernikahannya terlepas dari semua mantan-mantan Erick. "Yah, yang itu!" Lani terkekeh, seraya berbincang kecil ia berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan Eri

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-07
  • Playboy in Love   Tragedi Kamar Opick

    Beberapa menit sebelumnya ....Sesaat setelah mendapat persetujuan, Erick mengangguk sekali, kemudian melangkahkan kaki menaiki tangga.Pria itu sampai di kamar Opick. Ia berjalan menuju sebuah lemari besar di sudut ruangan yang diketahui milik saudara kembarnya. Erick mengambil sebuah kemeja secara acak di antara tumpukan pakaian itu.Tak ingin membuang waktu bergegas ia melepas kaos, lalu menggantinya dengan kemeja milik Opick. Sejenak ia bercermin memperhatikan perutnya yang macam kotakan sawah, hasil dari gym rutin. Tanpa menyadari ada sepasang kaki jenjang yang berjalan mendekatinya.“Bang!” Seketika Erick terkesiap, saat merasakan sebuah tangan mungil melingkari perutnya yang terekspos karena kemeja yang belum terkancing dengan sempurna.Erick tertegun untuk beberapa saat, merasakan tubuh hangat itu menempel dengan sempurna di tubuhnya. Bau sabun menguar menusuk indra penciuman. Pelukan di perutnya pun semakin mengetat. “MARIAM!”Hingga suara teriakan menggelegar mengagetkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • Playboy in Love   Keputusan Sulit

    Sedangkan di tempat lain. Masih di kamar yang sama, Mariam meraung meminta pengampunan Opick. Perempuan itu bersujud di kaki suaminya."Maafkan aku karena sempat tersanjung dengan perhatian Mas Erick padaku, Bang. Demi Allah aku tak pernah berniat untuk menghianatimu walaupun kau tak pernah benar-benar memberikan hatimu ... tolong beri aku kesempatan, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Kita bisa pindah ke Mesir secepatnya dan melupakan apa yang telah terjadi!" Mariam berusaha menggapai tangan Opick. Namun, pria itu menepisnya.“Mudah saja bila kita pindah ke Mesir secepatnya dan melupakan apa yang telah terjadi. Tapi, bagaimana dengan Erick dan Alani? Masalah yang kalian perbuat tak semudah itu untuk diselesaikan. Tolong jangan egois. Kalian sama-sama perempuan, Mariam. Kamu pasti mengerti apa yang Lani rasakan? Dia pendarahan karena Erick tak sengaja mendorongnya, saat tengah berdebat denganku ketika dia mati-matian membelamu!”Mariam masih terisak, dia menghapus jejak b

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-09
  • Playboy in Love   Permintaan Mengejutkan

    Bletak! "Dasar anak kurang ajar! Begini caramu memperlakukan seorang perempuan, hah? Dua puluh tujuh tahun kakek besarkan kamu dalam lingkungan yang ketat, hanya untuk menyakiti istri dan membunuh calon anakmu? Di mana kau simpan otakmu yang kecil itu, Erick!" Di koridor rumah sakit yang sepi, Erick tampak bersimpuh di hadapan Sultan Wardhana, sesaat setelah belakang kepalanya menjadi sasaran tongkat kakeknya. Nyalang pria renta itu menatap cucunya dengan napas terengah-engah, karena emosi yang merebak tak terbendung, kala mengetahui kenyataan bahwa dokter memvonis cicitnya tak terselamatkan. "Aku tak menyangka kau terlahir dari rahim putriku, anak sial! AKU TAK MENYANGKA KAU ADALAH CUCU--" "Cukup, Ayah!" Bersimpuh Rima di kaki ayahnya, kala Sultan hendak melayangkan pukulan kedua pada punggung Erick yang hanya bergeming. Terbungkam mulut itu seolah tak mampu mengeluarkan suara bahkan hanya satu patah kata untuk membela diri akan semua ucapan menyakitkan kakeknya. Erick hanya me

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • Playboy in Love   Haruskah Berakhir?

    Erick tersentak. Ucapan Lani bak sebuah petir menyambar di siang bolong. Tiba-tiba dan tak ia duga sebelumnya.Dari semua kemungkinan yang ada, kenapa jalan seperti ini yang harus Lani ambil untuk Erick tempuh? Jujur saja saat mengucapkannya waktu itu Erick tak benar-benar menginginkan hal itu terjadi.Memang sulit mengakuinya. Namun, Erick benar-benar tak mau menceraikan Lani. Entah apa pun alasannya, pria itu tak peduli. Karena baginya, tak ada alasan untuk berpisah dengan Lani.Lain ceritanya bila Lani mengatakan hal tersebut beberapa bulan yang lalu, di saat ia bahkan masih menatap perempuan itu tak lebih hanya dari status sebagai seorang istri ... mungkin Erick akan dengan mudah melayangkan talak.Meskipun ia masih belum bisa memastikan perasaan seperti apa yang ia rasakan pada istrinya. Tetap saja Erick tak bisa kehilangan Lani dalam waktu dekat ini. Ia membutuhkan perempuan itu!"Nggak akan, Lani ... apa maksud lo?!" tolak Erick keras.Dengan cepat ia berusaha menggapai jemari

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-12
  • Playboy in Love   Saling Terbuka

    "Rick!" Suara itu menarik Erick dari lamunan. Ia terlihat tengah menikmati pemandangan taman belakang rumah sakit dengan pikiran yang entah ke mana. Akhir-akhir ini banyak hal yang tak terduga terjadi. Itu semua cukup menguras tenaga dan pikirannya. Kalau saja ia bisa memutar waktu dan tak perlu pergi ke rumah Sultan. Mungkin hubungannya dan Lani masih baik-baik saja dan tak akan berakhir sepelik ini."Ada yang ingin kubicarakan denganmu sebentar," lanjutnya, seolah sudah memprediksi tatapan tak bersahabat Erick.Akhirnya pria itu menoleh, menatap saudara kembarnya yang tengah berdiri dengan dua gelas kopi instan di tangan."Duduk!" jawab Erick singkat.Opick tersenyum, lalu mengangsurkan satu gelas kopi itu ke hadapan Erick yang langsung pria itu sambut tanpa banyak bicara."Mau ngomong apa?" Erick menatap Opick yang tiba-tiba terdiam setelah duduk.Pria itu hanyut dalam lamunan. Entah apa yang tengah ia pikirkan sebenarnya. Opick pun tak mengerti kenapa ia merasakan lidah kelu saat

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-13

Bab terbaru

  • Playboy in Love   Akhir

    Empat tahun kemudian ....Pria itu tampak berjongkok untuk menyejajarkan tubuh dengan bocah perempuan yang berdiri di hadapannya. Ia memasangkan jilbab di kepala bocah menggemaskan dengan mata bulat dan pipi gembil tersebut."Ayah ... napa Ica harus pake keludung, tapi Kak Malik sama Kak Ridwan engga?" Pertanyaan yang terlontar dari bibir putri kecilnya membuat senyum pria itu mengembang. Ia mengusap kepala bocah bernama lengkap Khairunnisa Wardhana yang lebih sering dipanggil Ica itu setelah jilbabnya terpasang."Ridwan dan Malik itu laki-laki, Sayang. Sedang anak ayah yang cantik ini, 'kan perempuan shalihah. Ica selalu bilang sama ayah kalau mau jadi kayak bunda, 'kan?"Bocah menggemaskan itu tampak mengangguk antusias."Iya, Ayah. Ica mau jadi kayak Buna. Buna cantik, telus sayang Ica sama Ayah!""Nah, kamu tahu? Jilbab itu adalah cara Allah buat ngelindungin kaum perempuan. Kalau udah gede Ica pasti ngerti.""Iya, Ayah. Ica juga suka pake keludung. Biar kelihatan cantik kayak Bun

  • Playboy in Love   Ngidam

    Semburat senja yang tampak di kaki langit telah berganti dengan pekatnya sang malam. Tepat ketika jam berpusat di angkat tujuh, Erick baru kembali dari lokasi proyek di daerah Jakarta Utara.Lelaki itu tampak berlari kecil menuju pintu masuk akses rumahnya. Ia merapatkan jaket saat udara dingin mulai menyergap."Assalamualaikum," salamnya setelah pintu dibuka Bi Ningsih."Wa'alaikumsallam," balas perempuan paruh baya itu, sembari mempersilakan Erick masuk."Lani di mana, Bi?" tanyanya."Oh, Neng Lani ada di atas, Pak. Tadarus kayaknya."Erick mengangguk, kemudian melepas sepatunya dan mengganti dengan sandal rumah. Bergegas pria itu berjalan menuju lantai dua."Makan malamnya udah siap, Pak. Mau makan sekarang?"Erick menghentikan langkah, kemudian memutar kepala menghadap Bi Ningsih. "Nanti aja, Bi."Mengerti dengan maksudnya, Bi Ningsih tersenyum penuh arti. "Duh pasangan muda makin lama makin romantis aja. Jadi pengen muda lagi. Si Bapak ke mana lagi. Pan abi ge hoyong dimanja cita

  • Playboy in Love   Hadiah di Penghujung Tahun

    "Sebentar, ya." Setelah itu Erick berlari menuju garasi.Lani menunggu di pelataran, sampai suaminya kembali dari garasi dengan sebuah motor matix berwarna hitam metalic."Yuk, Mas!" Lani tampak sudah bersiap menggunakan helm dan naik di jok belakang. Namun, seketika kegiatannya terhenti saat sebuah cekalan tangan menahannya tetap berdiri di hadapan. Lekat mata Erick menatap Lani yang berdiri di hadapannya dengan gamis bermodel semi gaun yang bertumpuk di bagian bawahnya hingga membentuk beberapa layer. Pakaian itu dipadupadankan dengan khimar syar'i yang menutupi pinggang rampingnya berwarna senada. "Lan.""Iya?""Kenapa nasi harus ada lauknya?"Seketika dahi Lani mengernyit, pada akhirnya ia menjawab juga. "Untuk pelengkap. Kalau cuma makan nasi aja, 'kan nggak enak, Mas.""Nah, sama halnya dengan kamu. Allah menciptakanmu untuk menjadi pelengkap hidup Mas, Lan. Tanpamu dunia Mas hampa."Mendengar itu seketika tawa Lani meledak. Perempuan itu tampak membekap mulut, setelahnya ia

  • Playboy in Love   Lupa

    Suara azan subuh terdengar berkumandang, angin mulai berembus kencang masuk melalui ventilasi di sisi jendela, hingga menyibak gorden kamar berwarna cokelat lembut tersebut. Terbaring di atas ranjang berukuran king size, tampak sepasang suami istri yang telah memadu kasih. Bergelung dalam satu selimut yang sama. Seolah berbagi kehangatan tubuh masing-masing.Setelah mendengar suara azan berkumandang, terlihat sang suami beranjak. Melerai pelukan eratnya dari tubuh mungil sang istri yang masih terlelap dalam buaian mimpi. Bibirnya terlihat mendekati daun telinga yang semula tertutup juntaian rambut tersebut. Lembut ia berbisik. "Lan, udah subuh. Bangun, yuk! Atau mau Mas pangku ke kamar mandi?" Merasakan napas hangat menyapu permukaan wajah, akhirnya Lani mengerjap. Perlahan tapi pasti mata bulat bening itu mulai tampak. Lalu bersitatap dengan iris hitam pekat yang menatapnya lekat. Kedua sudut bibirnya tertarik. Perlahan ia mulai beranjak. "Aku duluan, ya," sahutnya sembari mulai

  • Playboy in Love   Begitu Indah

    Ruang makan itu terlihat hening, hanya suara denting sendok garpu yang beradu dengan piring saja yang terdengar. Bi Ningsih menatap kedua majikannya dari kejauhan, tanpa ia sadari kedua sudut bibirnya terangkat naik, membentuk senyuman. Kebahagiaan keluarga kecil ini seolah menular padanya. Bisa ia rasakan rumah yang tadinya sedingin es di kutub utara, sekarang menjadi sehangat ini. Bi Ningsih terus larut dalam tontonan, hingga tak sadar tengah menyandarkan tubuhnya pada sebuah guci besar di atas meja, yang terletak di lorong ruang makan, terhubung dengan dapur. Prang! Guci itu pecah, berserakan di lantai. Serpihan pecahannya bahkan sampai di bawah ubin yang Lani dan Erick pijak. Tepatnya di bawah meja makan. "An ... jritt!" Segera sebelum kata kasar itu terlontar, Erick membekap mulut. Dengan wajah polos dan lucu ia menatap Lani yang tak kalah terkejut. Namun, tampaknya perempuan itu justru menahan senyum. "So ... maaf, Lan. Keceplosan." Setelahnya ia menyengir. "Nggak apa-apa

  • Playboy in Love   Ungkapan Perasaan

    Seketika Erick termangu. Geming menatap Lani yang mulai beringsut mendekat. Kuat kepalan tangannya setiap melihat perempuan itu menghela napas, dan membuka mulut. Perasaan yang selama tiga bulan sempat teredam, kembali muncul ke permukaan kala Lani mulai mengungkitnya kembali.Erick pikir perempuan ini telah melupakan kejadian itu seiring berjalannya waktu bersama dengan proses konselingnya.Melupakan permintaan yang membuat lelaki itu untuk pertama kalinya merasa takut kehilangan. Namun, ternyata ia salah. Proses itu dilakukan hanya untuk mengendalikan trauma Lani serta mengontrol kendali pada dirinya. Bukan serta merta memengaruhi ingatan di benaknya, apalagi ingatan yang melekat dalam diri sang penderita. "Mas ...."Seketika lelaki itu mendongak, setelah menghela napas panjang ia meletakkan tangan di kedua bahu Lani. "Maaf karena aku nggak bisa menuruti keinginanmu beberapa bulan yang lalu. Jujur permintaanmu saat itu di luar kuasaku, Lan. Jadi, kumohon kasih aku kesempatan. K

  • Playboy in Love   Permintaan Cerai

    Mobil-mobil mewah itu tampak sudah berjejer rapi di pekarangan rumah Erick malam hari ini. Didorong menggunakan kursi roda oleh Hendra menantunya--tampak Sultan Wardhana tersenyum semringah melihat Lani menyambutnya di ambang pintu.Tak hanya Erick, ternyata perubahan juga terjadi pada sosok Hendra Wirawan--papanya. Setelah tiga bulan berusaha memperbaiki diri. Akhirnya hubungan ia dengan keluarga pihak istri--terlebih Sultan Wardhana--perlahan mulai membaik.Keluarga besar Wardhana itu masuk satu per satu menuju kediaman Erick dan Lani. Setelah Hendra dan Sultan, tampak Rima serta Ainun berjalan bersebelahan, lalu bergantian memeluk Lani. Setelahnya diikuti Opick dan Mariam. Mereka berkumpul di ruang tengah dengan prasmana yang sudah disiapkan oleh pihak catering yang sengaja dipesan. Tampak datang belakangan Panji dan Diana berdiri celingukan di ambang pintu. Erick yang melihat itu langsung berjalan menghampiri."Astagfirullah, Di. Baju lu udah kek jaring-jaring Ikan Pari," celetu

  • Playboy in Love   Menahan Diri

    Sesaat setelah menjejakkan kakinya memasuki kamar, Lani dibuat tertegun dengan suasana yang tiba-tiba berubah. Dinding yang biasa bercat hijau, kini dilapisi wallpaper bermotif elegan. Warnanya berpaduan peach dan hijau tosca. Sangat seiras dan enak dipandang. Langkahnya mulai berayun memasuki ruangan seluas 9 x 9 meter tersebut. Menyisir pandangannya ke sekeliling, lalu terhenti tepat di depan ranjang dengan seprai berwarna senada dinding. Dilapisi kelambu putih yang diikat dengan pita cantik di tiap sisi tiang penyangganya.Jemari lentik perempuan itu mulai terulur menusuri setiap inci ranjang berukuran king size itu, lalu beralih pada Erick yang berdiri memperhatikannya sejak tadi. "Suka?" tanya Erick sembari melempar senyum ke arah istrinya. Lani mengangguk. "Iya, ini nyaman, Mas," pujinya. Senyum Erick melebar. "Syukurlah. Ya, udah. Mas mandi dulu, ya. Setelahnya kita salat Ashar di musala bawah.""Sebentar, Mas!" Lani menghentikan langkah Erick yang baru saja hendak beranja

  • Playboy in Love   Pulang

    Dua bulan kemudian....Di hadapannya Lani melihat Erick sibuk mengemasi barang mereka ke dalam tas berukuran sedang, hingga tak ada satu pun yang tertinggal. Sementara ia hanya duduk diam memperhatikan di sofa. Setelah serangkaian konseling serta psikoterapi yang dijalani. Akhirnya perempuan itu dinyatakan pulih, walaupun belum sepenuhnya sembuh. Lani masih harus mengikuti konseling rutin seminggu sekali dengan psikolognya Prof. William. Selama hampir kurang lebih tiga bulan berlalu sejak guncangan hebat yang berakibat pada psikisnya. Perempuan itu tak bisa mengingat apa saja yang terjadi selama tiga bulan terakhir ini. Karena konon, pasien yang mengalami depresi atau apa pun itu penyakit yang mengganggu kejiwaan seseorang. Mereka kerap kali melakukan tindakan di luar alam bawah sadar, hingga menunjukkan gejala-gejala yang sebenarnya tak ia kehendaki. Namun, meskipun begitu. Dalam beberapa kasus ada pula penderita yang mengalami gejala setengah sadar pasca depresi, dan masih bisa m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status