All Chapters of Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku: Chapter 91 - Chapter 100
115 Chapters
Part 90
Memindai wajah di cermin, mencoba menutupi jejak cinta yang ditinggalkan di kulit dengan cara mengolesinya dengan alas bedak, akan tetapi tetap saja terlihat.Dalam pantulan cermin kulihat pria bertubuh atletis itu mendekat, memeluk tubuhku dari belakang dan menarik ujung handuk yang melilit di tubuh.“Aku sudah mandi, Mas!” ucapku seraya menahan tangan suami yang kembali bergerilya ke mana-mana.“Masih banyak air di kamar mandi, ‘kan?” Dia memutar tubuh ini, menatapnya dengan penuh cinta sebelum akhirnya kembali membuatku harus membasuh tubuh karena dia meminta jatah yang entah sudah ke berapa kalinya.Kami berdua lalu membasuh tubuh bersama di dalam kamar mandi, saling menggosok punggung dan berendam dalam bathtub bersama seperti anak kecil. Bercanda mesra berdua seakan dunia hanya milik aku dan lelaki yang tengah menggosok lenganku dengan sabun lalu mengguyurnya menggunakan air hangat.“Kamu nggak kerja, Mas?” tanyaku seraya
Read more
Part 91
Pagi-pagi sekali, Virgo mengajakku pergi ke lapangan tempat dulu dia sering mengajariku berjalan, juga berniat menjenguk Bi Sarni, karena semenjak menikah belum pernah singgah ke rumah yang biasa aku tinggali. Kengen masakan pengasuhku katanya. Kami pergi menggunakan sepeda motor, untuk menghindari macet yang sudah menjadi makanan sehari-hari. Melingkarkan tangan di pinggang, aku menempelkan dagu di pundak suami sambil menikmati harum tubuhnya yang selalu menjadi candu bagiku. Sesekali juga Virgo menggenggam jemari ini, menatap wajahku dari kaca spion sambil memuji kecantikanku, membuat hatiku terasa melambung tinggi. Dia paling bisa menyenangkan hati. Selama perjalanan menuju ke lapangan, aku merasa seperti ada yang sedang mengikuti dari belakang. Tapi karena ada Virgo aku selalu merasa aman, sebab pasti dia akan melindungiku. “Kenapa, Sayang?” tanya suami seraya mengecup jemariku. “Enggak, Mas. Aku merasa kaya ada yang mengiku
Read more
Part 92 (POV Virgo)
#Virgo.Duduk terpekur di depan pusara Kinanti, aku ingin memperkenalkan Nirmala istriku kepada almarhumah. Mereka berdua wanita yang paling kucintai walaupun harus kuakui sekarang labih terasa ke Nimala karena memang dia yang selalu ada di sisi sebagai istri.Kutaburkan bunga-bunga di atas makam wanita yang sudah memberiku seorang putri, juga meletakkan beberapa tangkai bunga krisan warna-warni yang aku beli di toko bunga tadi. Rasa bersalah seketika menyelusup ke dalam hati, karena dulu pernah berjanji untuk tidak menikah lagi jika Tuhan terlebih dulu memanggil dirinya. Tapi, aku ini lelaki normal, masih muda, dan pesona Nirmala tidak mampu terelakkan. Aku jatuh cinta kepadanya pada pandangan pertama. Terpesona dengan senyumannya yang bagaikan magnet yang menarik hati ini. Aku tidak bisa mendustai diriku sendiri yang langsung mendamba perempuan itu, terlebih lagi hampir setiap malam dia hadir dalam mimpi-mimpiku, membuat semangat hidup kembali b
Read more
Part 93
Astagfirullah …Lindungi istri hamba, ya Rabb. Ayah itu seorang laki-laki yang begitu kejam. Dia akan melakukan apa saja demi obsesinya, tidak peduli kalau yang disakitinya itu menantunya sendiri. Masih terekam jelas dalam ingatan ketika dia dengan begitu kejamnya menabrak mobil yang aku kemudikan hingga Kinanti terpental beberapa meter dan meregang nyawa di tempat kejadian. Dan yang lebih menyakitkan lagi, Ayah dinyatakan tidak bersalah dalam persidangan dan dia lepas dari jerat hukum.[Tolong kamu awasi mereka, Harley. Istri saya tidak ada di rumah. Saya sudah seharian mencari dia. Saya meluncur ke sana sekarang juga.]Send Harley.[Robb, ke jalan Cempedak sekarang. Bawa anak-anak. Ibu ada di sana. Diculik Victor.]Segera mengirimkan pesan kepada Robby, karena aku sangat yakin penjagaan di rumah Ayah begitu ketat dan aku tidak akan bisa menghadapinya sendirian.[Siap, Bos. Saya dan anak-anak menuju ke TK
Read more
Part 94
“Sayang. Jauhkan senjata itu. Apa kamu tega menyakiti aku?”“Kamu juga tega sama orang-orang yang ada di dekat kamu, kenapa aku tidak?” “Sonya, jangan gila kamu. Aku ini suami kamu!”“Aliando dan Lala juga keluarga kita, Victor. Tetapi kamu tidak memiliki belas kasih sama sekali!”Ayah berjalan mendekat, akan tetapi segera menghentikan langkah ketika Sonya bersiap menarik pelatuk dan menatap semakin sengit.“Bawa Lala keluar, Nak Ali. Biar Victor saya yang menangani!” perintahnya kemudian.Aku menatap ragu, namun, segera membopong tubuh Nirmala keluar dari ruangan ayah dan membawanya masuk ke dalam mobil, lalu menyuruh Robby beserta anak-anak lainnya mundur serta meninggalkan rumah lelaki kejam itu.Ketika hendak menutup pintu kendaraan, aku sempat mendengar beberapa kali letusan tembakan. Entah siapa yang terkena timah panas di atas, aku hanya bisa berdoa semoga Sonya selalu dalam perlindungan Allah, kare
Read more
Part 95
Aku terus menatap punggung Nirmala yang terlihat bergetar. Aku tahu kalau saat ini dia sedang menangis, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Didiamkan seperti ini ternyata begitu menyakitkan, terlebih lagi saat orang yang kita cintai tengah terluka dan tidak bisa menjadi obatnya.“Sepertinya luka bapak juga perlu diobati supaya tidak terkena infeksi. Bapak juga mengalami luka lebam, dan sebaiknya segera mendapatkan perawatan,” ucap dokter seraya menatap wajahku yang juga sudah babak belur.“Biarkan begini saja, Dok. Saya tidak apa-apa!” Tetap dengan mode menatap punggung istri, berharap dia akan memutar badan dan memaksaku untuk menuruti ucapan dokter, karena dia memedulikanku.Hening. Perempuan yang telah kulukai hatinya itu tetap saja diam dengan posisi memunggungiku, seolah tidak lagi ada rasa khawatir terhadap diriku.Aku mengembus napas kasar dan lekas beranjak dari kursi, meninggalkan kamar periksa dengan perasaan terluka.“
Read more
Part 96
“Apa kamu lebih mempercayai orang lain daripada aku suami kamu sendiri?” bisikku kemudian.“Setidaknya apa yang Mas Virgo katakan di pemakaman sudah menjawab semua pertanyaan Mas sendiri.”Aku mengepal tangan, melayangkannya di udara dan meninju kasur tepat di sisi kepala istri, meluapkan emosi yang mulai meninggi.Segera beranjak dari atas tubuh wanita itu kemudian kembali mengenakan pakaian dan segera menutup badan istri dengan selimut lalu meninggalkannya sendiri di dalam bilik.“Mau ke mana, Bang?” tanya Alisa saat kami bertemu di ruang tamu.“Ke rumah temen!” Aku menjawab dengan sedikit ketus, kemudian segera menyambar kunci mobil dan lekas menyalakan mesin kendaraan roda empat milikku serta membawanya melaju meninggalkan rumah.Arghh!Memukul setir beberapa kali, meluapkan emosi yang semakin meninggi juga sulit terkendali.“Apa kamu tahu, Sayang. Betapa aku mencintai kamu dengan sepenuh ha
Read more
Part 97
“Jangan liatin aku seperti itu. Insya Allah aku udah nggak marah. Bukankah dalam Islam diterangkan kalau kita tidak boleh marah lebih dari tiga hari? Aku masih kesal, tapi karena kejadiannya sudah lebih dari tiga hari aku sudahi aja ngambek aku. Takut dosa juga diemin suami terus!” Spontan kedua sudut bibirku terangkat. Kuusap lembut rambutnya yang masih tergerai, mengecup puncak kepalanya seraya berdoa agar Tuhan senantiasa menjaga keharmonisan rumah tangga kami. Aku juga berjanji tidak akan lagi bertindak bodoh serta gegabah, yang membuat orang yang teramat dicinta menjaga jarak kepadaku.“Kamu mau makan pakai apa?”“Apa saja aku doyan. Tapi disuapi sama kamu ya? Aku kangen dimanja!”Lagi, Nirmala mencebik bibir membuatku merasa gemas dan langsung melahapnya tanpa permisi.“Mas Virgo apa-apaan, sih? Jangan maen nyosor aja. Kita lagi di dapur. Takut Alisa atau Si Mbak lewat!” protesnya seraya mengusap bibirnya yang memerah kar
Read more
Part 98
“Kamu berani memuji istri saya, Robby?” tanyaku seraya menatap wajah pria yang sedang tersenyum sendiri sambil menatap lurus ke depan.“Wanita cantik berhak mendapatkan pujian. Hanya memuji lho, Pak!” jawabnya tanpa menoleh.Aku terus menatap wajahnya yang sok polos itu. Kedua alisku bertaut sambil menahan rasa panas dalam dada.“Yang boleh memuji Nirmala hanya saya. Karena dia istri saya. Kamu tidak bisa sembarang memuji istri orang. Makanya nikah, biar nggak lirak-lirik milik orang lain. Berani macam-macam, saya pecat kamu!” ancamku geram.Robby terkekeh. Ekor matanya melirikku yang sedang duduk di sebelahnya, seolah tahu kalau aku sedang menahan rasa cemburu dan sengaja memanas-manasi. Nggak ada akhlak memang.Pria berperawakan hampir mirip denganku itu menepikan mobil milikku di halaman kantor. Buru-buru membuka pintu, keluar dari kendaraan lalu segera mengayunkan kaki masuk.“Kamu tidak usah pulang ke rumah. Standby saja di sini sampai saya pulang!” perintahku lagi sambil memutar
Read more
Part 99
“Tidak perlu. Yang butuh ketemu Victor hanya saya dan Alisa!”“Baik, Bos. Saya jalan. Kunci mobilnya saya titip di resepsionis!”“Ya.” Aku segera memutuskan sambungan telepon dan lekas kembali mengangkat bokong dari kursi, keluar dari ruanganku mencari Melvi, mengabari dia kalau hari ini harus kembali absen dan digantikan oleh tangan kananku.Aku menepikan mobil di parkiran rumah sakit, menunggu Robby serta Alisa datang, karena merasa malas jika menemui Ayah sendirian.Tidak lama kemudian, terlihat mobil hitam milikku memasuki gerbang rumah sakit. Alisa turun dari kendaraan tersebut, dan segera kuhampiri mengajaknya segera menemui orang tua kami yang sedang berbaring tidak berdaya di atas ranjang rumah sakit.Kami berjalan bersisian menuju resepsionis dan menanyakan di mana Ayah dirawat, kemudian lekas menuju lantai tiga mencari kamar rawat inapnya.Aku menggenggam tangan Alisa ketika sudah sampai di depan ruang Inten
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status