All Chapters of Resepsi Pernikahan di Rumah Mertuaku: Chapter 81 - Chapter 90
115 Chapters
Part 80
“Kak Irsyad?” “Iya, La. Kamu apa kabar?” Dia menatapku dengan pindaian penuh kerinduan. “Kenapa kamu bisa berada di tempat ini, Kak?” Kak Irsyad mengernyitkan dahi, menatapku dengan mimik aneh. “Ini ‘kan tempat umum, memangnya ada larangan untukku datang?” Pria berkacamata itu lalu menarik kursi di sebelahku, menggenggam tanganku yang bertumpu di atas meja dengan kedua netra terus saja memindai tanpa berkedip. “Maaf, Kak. Tolong jangan pegang-pegang. Takut ada yang liat dan salah paham.” Menarik tangan perlahan, takut tiba-tiba Virgo muncul dan dia menjadi salah paham. [Mas Robby, bisa temani saya dulu di dalam sampai Mas Virgo datang?] Mengirimkan pesan kepada sopir calon suami, supaya tidak terjadi kesalah pahaman nanti jika Virgo tiba-tiba datang dan melihatku sedang Bersama Kak Irsyad. [Baik, Bu Bos. Saya segera ke dalam.] Balasnya kemudian. Aku segera menjauhkan tangan dari Kak Irsyad, dan wajah mantan tunanganku itu mendad
Read more
Part 81
Sambil memindai wajah tampannya kubuka kertas itu, melekuk senyum melihat isinya‘LIHAT KE DEPAN’Spontan langsung menatap ke arah depan, terkagum-kagum melihat apa yang ada di hadapanku. Sebuah spanduk bertuliskan ‘WILL U MARRY ME’ terbentang di sana, dan ada beberapa orang membawa rangkaian bunga berbentuk hati.“Bagaimana, Sayang. Kamu suka dengan kejutannya?”Aku menjawab dengan anggukan kepala serta rasa haru luar biasa.“Kamu mau kan jadi istri aku? Ini aku melamar kamu secara resmi. Mengikat kamu, karena aku tau tau perempuan itu hanya butuh kepastian juga keseriusan. Aku juga tahu kamu sedikit ragu sama aku, karena kamu merasa aku ini tidak pernah serius orangnya. Aku memang sering bercanda. Tetapi untuk hubungan kita aku teramat sangat serius. Kamu mau kan jadi istri aku, Nirmala Wulan?” Dia menyodorkan kotak beludru berwarna merah, dengan sebuah cincin berlian menyembul di dalamnya. “Manggut, dong. Jangan diem terus,”
Read more
Part 82
Menekan dial hijau, aku memutuskan untuk meneleponnya, karena sudah tidak betah berlama-lama di Jakarta.“Kenapa sih, La? Kamu ganggu Ayah aja. Ayah lagi liburan sama Delima. Kamu kalau butuh apa-apa tinggal kirim pesan aja nggak perlu telepon!” Terdengar respons tidak suka dari pria yang katanya ayahku itu. Mungkin karena sudah mempunyai kehidupan baru, jadi dia tidak lagi mau diganggu.“Jemput aku di Jakarta, Yah. Aku mau pulang ke Cirebon,” kataku terbata, menahan perih yang kian meraja.“Ayah nggak bisa, Sayang. Kamu minta diantar sama Aliando saja. Biasanya juga kemana-mana sama dia!”“Ya sudah.” Menutup sambungan telepon secara sepihak, merasa kalau saat ini jarak antara aku dan Ayah semakin jauh saja. Entahlah! Dia selalu bilang sayang, tetapi tidak pernah menunjukkan sedikit pun perhatian. Mungkin dia pikir hanya dengan memberi banyak uang saja sudah cukup membahagiakan diriku, padahal uang bukanlah kebahagiaan sebenarn
Read more
Part 83
“Kamu kenapa di atas tubuh aku terus, Mas? Turun!” ucapku seraya mendorong tubuh calon suami.“Eh, sorry .…” Dia segera beranjak lalu duduk di sofa. Jalannya terlihat aneh.“Maaf, Bibi mengganggu. Kirain nggal lagi…” Dia menggantung kalimat . Mungkin dia pikir kami sedang melakukan hal tidak senonoh di dalam kamar. “Harusnya pintunya ditutup rapat, biar Bibi nggak bias nyelonong masuk.”“Bukannya udah ditutup sama Mas Vairgo?”“Kan aku tutup doang tapi nggak rapet. Kata kamu takut jadi fitnah? Lagian kami nggak lagi ngapa-ngapain kok, Bi. Tadi Lala mau jatuh. Niatnya aku mau nolongin, eh, malah jatuh bareng-bareng!” Virgo menimpali sambil tersenyum aneh.Bi Sarni hanya ber oh ria, tetapi dari cara dia menatap kami terlihat sekali kalau perempuan yang sudah mengurusku sejak bayi itu tidak percaya dengan ucapan Virgo.“Bibi kenapa sudah sampai Jakarta?” tanyaku bingung, karena baru setengah jam yang lalu menghubun
Read more
Part 84
#AryaMembuka mata perlahan, lalu menutupnya kembali karena cahaya yang menyilaukan.Aku menyisir ke seluruh penjuru ruangan bernuansa putih serta menguarkan bau khas obat-obatan, dan mengucap syukur karena ternyata tuhan masih memberiku kesempatan hidup.Tadinya aku pikir tidak akan selamat dari kecelakaan tersebut, karena sekujur tubuh sudah terasa remuk. Namun, nyatanya Tuhan masih memberi kesempatan ke dua kepadaku.Aku terus saja menatap lurus langit-langit kamar, mengingat apa yang sudah kulakukan selama ini. Menzalimi orang-orang, terutama Nimala mantan istriku.‘Semoga setelah lepas dariku kamu mendapatkan seseorang yang tulus mencintai kamu, Lala. Aku akan berusaha ikhlas melepas kamu untuk Virgo!’ Untuk pertama kalinya aku mendoakan seseorang dengan tulus, karena biasanya tidak pernah memikirkan orang lain. Aku terlalu egois, bahkan ketika Tuhan telah menegurku berkali-kali, tetapi selalu diabaikan hingga menerima tegu
Read more
Part 85
“Rumah itu kan memang milik ayahnya Lala, Bu. Wajar jika mereka mengambilnya, karena semua juga salah aku. Bukan salah mereka. Tolong berhenti menyalahkan orang lain, sebelum Tuhan bertambah murka dan menghukum kita lebih berat lagi.” Memberikan sedikit ultimatum, dan kuharap Ibu mengerti dan maklum. Air mata terlihat berduyun-duyun jatuh membasahi pipi perempuan berambut mulai memutih itu, dan dia terus saja memegangi tanganku, melarangku untuk pergi mengikuti para polisi. “Kamu tega sama Ibu, Ar? Bagaimana denganku nanti jika kamu dibui? Irni nggak mau ngurus, kamu malah mau menyerahkan diri ke polisi, apa kamu sengaja ingin membuang Ibu?” racaunya lagi. Aku menelan saliva yang terasa getir dan mengganjal di kerongkongan, tidak bisa membayangkan jika suatu saat dipenjara dan Ibu harus tinggal sendirian dengan segala keterbatasan yang dia miliki. Menyakitkan memang jika dibayangkan. Namun, aku juga tidak mungkin terus menerus bersembunyi dari kesalahan. Harus jadi kesatria tangguh
Read more
Part 86
Polisi terlihat menyimak semua keterangan yang diberikan oleh Nirmala kemudian mencatatnya. Mata perempuan berwajah ayu itu terlihat berkaca-kaca ketika menceritakan kronologi kejadian yang menimpanya dua tahun yang lalu, dan sesekali melirik ke arahku yang sedang duduk terpekur do kursi seberang. Ada yang teriris perih dalam hati melihat dia menangis. Ingin rasanya menghampiri wanita itu, mengusap air mata di pipinya lalu merengkuh tubuhnya dan melesakkan kepalanya ke dalam dekapan. Virgo melirik ke arahku lalu menggenggam erat jemari Nirmala, mengecupnya seolah ingin menujukan kepada semua orang kalau mantan istriku adalah miliknya. Sakit ternyata jika sedang terbakar cemburu seperti ini. perih, nyeri hingga meresap ke dalam pori-pori. Tuhan, kuatkan hatiku karena pasti nantinya akan melihat pemandangan seperti itu setiap kali berjumpa dengan Nirmala dan Virgo. Insya Allah aku ikhlas melihat mereka berdua bahagia bersama. “La!” panggilku ketika dia hendak keluar dari ruang inter
Read more
Part 87
Membuka mata perlahan, aku menoleh ke kanan dan ke kiri, dan ternyata kami sedang berada di halaman sebuah masjid dan pria di sebelahku tengah terlelap sambil bersedekap dengan dada naik turun secara teratur.Senyum melekuk indah di bibir menatap wajah tampan nan damai itu, membayangkan beberapa hari lagi akan menikmati wajah rupawan itu setiap malam juga setiap pagi. Semoga saja kebahagiaan serta keberkahan akan selalu menyelimuti kehidupan rumah tangga kita nanti.Ragu-ragu mengulurkan tangan, mengusap pipinya yang mulai ditumbuhi bulu halus sambil terus menikmati wajahnya sebelum dia membuka mata.“Mau ke mana?” Dia mencekal tanganku ketika menjauh dari pipinya, lalu mengecup jari-jariku dan kembali memejamkan mata.Mengambil ponsel, mengabadikan momen kebersamaan kami untuk kenang-kenangan nanti.“Jam berapa, Sayang?” tanyanya kemudian.“Jam tiga. Tumben kamu rehat dulu, biasanya tau-tau dah sampai Jakarta saja."
Read more
Part 88
Memantas diri di depan cermin, menatap pantulan tubuhku yang sudah dibalut kebaya berwarna putih tulang serta kepala terbungkus hijab dengan warna senada yang sudah dihias sedemikian rupa, karena calon suami menginginkan aku mengenakan hijab di hari pernikahan kami. Harum aroma bunga melati menguarkan khas wangi pengantin, membuat diri ini merasa semakin deg-degan menghadapi pernikahan ke dua ini.Bismillah…Perjalanan hidupku yang baru akan dimulai hari ini. Semoga Tuhan meridhoi dan selalu memberkahi pernikahan kami berdua.Melalui pengeras suara, Master of Ceremony membacakan susunan upacara, dan sang qiroah terdengar melantunkan ayat suci Alquran dengan indah. Dilanjut dengan khutbah nikah yang dibacakan oleh Gus Azmi, seorang pemilik pesantren di daerah Tegal sekaligus guru spiritualnya Virgo.Dadaku semakin bergemuruh hebat saat acara inti yang begitu dinanti-nanti dimulai, dimana lelakiku tengah mengucap qobul menjadikan diriku seba
Read more
Part 89
Hampir sepuluh menit Virgo berbicara dengan para anak buahnya, dan mereka terlihat sedang membicarakan masalah yang begitu serius. Aku ingin bertanya ada apa, tetapi belum begitu berani mencampuri urusan suami.Biarlah. Nanti juga dia cerita apa yang sebenarnya terjadi.Kembali berdiri, menyalami beberapa tamu yang datang, sementara lelaki beralis tebal itu terlihat masih berbicara dengan anak buahnya. Sesekali ekor mataku melirik ke arah tempat dia berdiri dan Virgo tersenyum ketika pandangan kami saling bertabrakan.“Lama banget, Mas?” tanyaku ketika dia kembali.“Iya. Ada urusan sedikit sama anak-anak!” jawabnya sembari melingkarkan tangan di pinggang.“Emang nggak bisa libur dulu, gitu? Ini hari spesial kita, loh, Mas. Masa masih ngurusin urusan kantor terus!” protesku agak kesal.“Bukan urusan kantor. Tapi ada keributan sedikit di luar gedung ini, dan aku minta anak buah aku untuk menangani. Aku nggak mau kamu ke
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status