Share

Part 85

“Rumah itu kan memang milik ayahnya Lala, Bu. Wajar jika mereka mengambilnya, karena semua juga salah aku. Bukan salah mereka. Tolong berhenti menyalahkan orang lain, sebelum Tuhan bertambah murka dan menghukum kita lebih berat lagi.” Memberikan sedikit ultimatum, dan kuharap Ibu mengerti dan maklum.

Air mata terlihat berduyun-duyun jatuh membasahi pipi perempuan berambut mulai memutih itu, dan dia terus saja memegangi tanganku, melarangku untuk pergi mengikuti para polisi.

“Kamu tega sama Ibu, Ar? Bagaimana denganku nanti jika kamu dibui? Irni nggak mau ngurus, kamu malah mau menyerahkan diri ke polisi, apa kamu sengaja ingin membuang Ibu?” racaunya lagi.

Aku menelan saliva yang terasa getir dan mengganjal di kerongkongan, tidak bisa membayangkan jika suatu saat dipenjara dan Ibu harus tinggal sendirian dengan segala keterbatasan yang dia miliki. Menyakitkan memang jika dibayangkan. Namun, aku juga tidak mungkin terus menerus bersembunyi dari kesalahan. Harus jadi kesatria tangguh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status