Semua Bab Mau Dimadu Demi Membalas Suami Peselingkuh: Bab 81 - Bab 90

116 Bab

81 | More Than Friend, Less Than Lover

Fiona menelusuri koridor menuju arah apartemennya dengan langkah gontai seperti zombie. Hari ini jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tapi dia belum juga bisa mengusir perasaan tertekan karena telah mengetahui rahasia orang lain. Tidak seperti Naura dan Max yang bisa langsung melupakan apa yang mereka lihat, dia justru terjerat sejak berjam-jam lalu. Tidak peduli bagaimana Naura mencoba menghiburnya, dan memintanya untuk mengabaikan urusan keluarga mantan suaminya itu, tetap saja Fiona tidak bisa. Karena bagaimanapun, ada seseorang yang meninggal sebab ketidakadilan. "Fiona bodoh!" maki Fiona pada dirinya sendiri. Dia bahkan harus memukul kepalanya dengan harapan apa yang sudah dilihat, dan didengar hari ini akan hilang begitu saja dari kepalanya. Tentu saja dia juga tahu bahwa hal itu tidak mungkin terjadi. Setelah menarik nafas panjang, dan menghembuskannya pelan, Fiona mulai membuka pintu apartemennya. Begitu dia tiba di dalam, dia hampir dibuat mati berdiri. Dia
Baca selengkapnya

82 | More Than Friend, Less Than Lover (2)

Igor yang sudah berhasil menata hatinya yang sempat kecewa, memilih untuk tidak buru-buru menuntut jawaban. Dia malah dengan santai menoyor jidat Fiona. "Dasar plin-plan," ujar Igor yang hanya dibalas cengiran oleh Fiona. Fiona lantas menggaruk puncak hidungnya dengan kikuk. "Aku tidak plin-plan. Cuma aku butuh waktu untuk menyiapkan hati aja," kilah Fiona dengan malu. "Che, alasan doang," dengus Igor. Fiona hanya mengendikkan bahu. "Ngomong-ngomong, kamu dari mana aja seharian ini? Aku udah nunggu di sini dari habis maghrib," keluh Igor. Pikiran Fiona yang sempat sedikit teralihkan dari ingatan akan rahasia Mbak Zoya, kini kembali memasuki benaknya. Helaan nafas keras kembali lolos dari hidungnya. Dalam suasana yang sedikit suram ini, suara perut Fiona tiba-tiba bergemuruh dengan tidak tahu malu. Kepala Fiona yang semula tertunduk kini terangkat pelan. Dari sepasang netra hitamnya, Fiona melirik Igor dengan malu. Ini semua gara-gara rahasia laknat itu, dia sampai tidak berseler
Baca selengkapnya

83 | Penyesalan Jaya

Hari demi hari berganti, Setiap kali Jaya memikirkan masalah yang telah menimpanya belakangan ini, penyesalan di hatinya semakin membengkak. Rasa cintanya yang pernah ada untuk Zoya pun sudah menguap, hilang tak bersisa. Setelah mengetahui kondisinya sendiri yang mandul, hati Jaya semakin dingin. Harga dirinya terkoyak. Dia tidak bisa memberitahu ibunya, terlebih lagi dia tidak bisa menggunakan alasan ini untuk memutuskan hubungan dengan Zoya. Pada akhirnya, ketika dia tahu bahwa wanita yang pernah amat dia cintai membohonginya, dia tidak bisa melakukan apa-apa. Dia hanya membiarkan saja wanita itu dengan dramanya. Di malam yang sunyi ini, Jaya tidak bisa berhenti memikirkan mantan istrinya itu. Jika saja mereka masih bersama, hidupnya tidak akan kacau. Dia masih bisa menikmati hari-harinya. Dia juga tidak perlu merasa terbebani dengan fakta 'mandul' yang kini menjadi nama tengahnya. Jika saja Fiona masih di sisinya, dia masih memiliki seseorang untuk dijadikan kambing hitam atas t
Baca selengkapnya

84 | Gara-gara Provokasi Jaya

Rahang Fiona hampir saja jatuh dari tempatnya ketika mendengar ajakan untuk kembali membina rumah tangga ini. Dia dibuat tak habis pikir dengan pola pikir mantan suaminya ini yang sebelumnya begitu percaya diri mengucap kata cerai padanya. "Tidak! Terima kasih!" Fiona berucap dengan dingin. Memang dia wanita apaan? Dibuang saat tak diinginkan, dipungut saat dibutuhkan? Dia pasti sudah gila jika menyetujui permintaan tak masuk akal ini. "Fi, aku menyesal. Tolong kasih aku kesempatan kedua!" Jaya dan tampang memohonnya yang langka tidak membuat Fiona tersentuh sama sekali. "Jangan menjadi tidak masuk akal deh, Mas. Setelah semua yang kamu lakukan sama aku, kamu masih ingin kembali? Gak ada pintu!" tolak Fiona dengan tegas. "Fi, aku mohon kasih aku kesempatan kedua. Kali ini aku tidak akan menyia-nyiakannya. Aku tidak akan pernah mendua lagi," tangan Mas Jaya berusaha untuk meraih pergelangan tangan Fiona yang tergantung di kedua sisi tubuhnya. "Sekali enggak! Tetap enggak, Mas!" t
Baca selengkapnya

85 | Gara-gara Provokasi Jaya (2)

Seperti malam-malam sebelumnya. Pulang kerja, Fiona akan menghabiskan waktu makan malamnya bersama Igor. Baru sekejap hatinya merasa tenang karena berhasil menepis rasa bersalah untuk Mas Agung, sekarang mantan suaminya kembali menanamkan sumber overthinking baru baginya. "Kamu kenapa bengong aja dari tadi?" tanya Igor menginterupsi gerakan tangan Fiona yang sibuk mnegaduk makanan di atas piringnya. "Haaahhh!" desahan panjang Fiona lolos dari bibirnya. Fiona lantas menatap mata Igor dengan ragu-ragu. Dia berpikir haruskah dia menghitung setiap bulir nasi yang ada di atas piringnya sebelum membuat keputusan untuk memberi tahu Igor tentang provokasi Jaya? Fiona benar-benar dilanda dilema. Akan tetapi, memutuskan pura-pura tidak tahu pun sama tidak menyenangkannya. Tidak pernah puas memanglah julukan yang paling pantas disematkan pada manusia. Sebelumnya, dia pernah mengatakan bahwa dia belum ingin berkomitmen. Dia takut akan mengalami kegagalan yang sama seperti sebelumnya. Tapi, s
Baca selengkapnya

86 | Bertemu Orang Tua Igor

Setiap tiga menit sekali, Fiona tidak henti-hentinya melirik pada jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Hari ini dia ada janji temu dengan Igor dan ibunya. Tadinya Fiona berpikir bahwa hari ketika dia akan menemui orang tuanya Igor masih nanti-nanti. Siapa sangka, pria itu justru membuat gagasan untuk mempertemukan mereka tepat di keesokan harinya. Wacana pertemuan hari ini membuat Fiona tidak bisa tidur sepanjang malam. Dia bahkan sengaja datang 30 menit lebih cepat dari waktu janjian. Tujuannya karena dia tidak ingin memberikan kesan negatif pada orang tua Igor nantinya.Tik tik tik, Detak jarum jam yang melingkar pada pergelangan tangannya bisa Fiona dengar dengan jelas. Hal ini menandakan bahwa waktu terus bergerak maju. Satu menit, Dua menit, Tiga menit, Waktu berlalu terasa sangat lama. Sudah tidak terhitung berapa kali Fiona melirik ke arah pintu masuk cafe dengan risau. Seiring berjalannya waktu, dia juga mulai tidak bisa duduk tenang di kursinya. Jantungny
Baca selengkapnya

87 | Wanita Tidak Masuk Akal

"Tante Kinan, apa kabar?" sapa Atikah antusias, mengabaikan kehadiran Fiona, juga Igor yang ada di meja yang sama. "Baik, kamu sendiri apa kabar?" tanya Tante Kinanti dengan tidak kalah antusiasnya. "Baik, Tan!" jawab Atikah dengan senyum lebarnya. "Yuk gabung sama kita!" pungkas Tante Kinanti yang membuat sudut mata Fiona berkedut tak terima."Ma!" tegur Igor memperingatkan. "Gak usah, Tan. Aku juga lagi sama teman!" tolak Atikah sambil menunjuk pada Sheila dan juga Zoya. "Duh, sayang sekali," ujar Tante Kinanti dengan nada sesal. "Aku ke meja sana dulu, Tan!" pamit Atikah menunjuk meja yang sudah ditempati Zoya dan juga Sheila. "Oke. Kapan-kapan kita hangout bareng lagi," ujar Tante Kinanti melepas kepergian Atikah dengan nada tidak rela. "Kamu apa-apaan sih!" tegur Tante Kinanti pada putranya. "Igor lagi memperkenalkan Fiona sama Mama. Menurut Mama etis gak mengajak orang lain bergabung?" tanya Igor menimpali. "Atikah bukan orang lain. Dia... ""Dia orang lain, Ma!" poton
Baca selengkapnya

88 | Paman Rusdi Berulah Lagi

Zoya baru kembali dari pertemuannya dengan Atikah, dan juga Sheila ketika dia melihat sosok pria tambun mengintip di balik tembok rumah mertuanya. Zoya yang merasa akrab dengan sosok ini perlahan berjalan mendekat. Ternyata benar dugaannya, bahwa orang itu adalah Paman Rusdi. Dengan gigi bergemeretak marah, Zoya menahan semua emosi dalam dadanya. "Apa yang kamu lakukan di sini?!" sentak Zoya dengan kasar dari arah belakang pria itu. Paman Rusdi sontak berbalik karena terkejut. Sebelum kemudian kelegaan berkilat di matanya saat yang dia lihat adalah sosok keponakannya. "Kamu ngagetin aja!" balas Paman Rusdi. "Ngapain kamu di sini?" tanya Zoya sekali lagi dengan berang. Sambil berkacak pinggang, Zoya memperhatikan pria lusuh di depannya. Pakaiannya yang dekil, wajahnya yang kusam dan ditutupi kumis serta brewok tak terawat. Lalu rambutnya yang awut-awutan tidak pernah disisir, mana gondrong lagi. Ditambah dengan semerbak aroma tak menyenangkan. Keseluruhan penampilan pamannya ini
Baca selengkapnya

89 | Selingkuhan Seharusnya Tetap Menjadi Selingkuhan

Setelah memarkirkan mobilnya dengan rapi di garasi rumah, Jaya keluar dari mobil dengan dahi berkerut samar. Dia merasa semakin tidak puas ketika melihat tindak tanduk istrinya itu. "Kamu bicara dengan siapa barusan?" tanya Jaya sambil menatap keluar rumah dengan curiga. " ... ""Em ... itu ... itu ... " Zoya langsung tergagap panik. Untuk sesaat, dia tidak berani menatap lurus ke arah mata sang suami. Dia bahkan tanpa sadar meremas ujung pakaiannya seraya berpikir. "Itu pengemis!" jawabnya kemudian. Alis Jaya terangkat tinggi. "Benarkah?" tanya Jaya tidak percaya. Gelagat wanita yang masih berstatus sebagai istrinya ini terlalu jelas menunjukkan bahwa ada sesuatu yang dia sembunyikan. "Iya! Tadi dia ngintip-ngintip mencurigakan di rumah ini. Jadi aku mau mengusirnya!" ujar Zoya setengah berbohong. "Oh~" dengung Jaya acuh tak acuh. "Mas, kok jam segini kamu sudah pulang?" tanya Zoya basa-basi. Tidak biasanya suaminya ini pulang di kala jam makan siang seperti ini. "Ada yang
Baca selengkapnya

90 | Telepon dari Paman Rusdi

Fiona yang baru saja kembali ke apartemen sederhananya setelah bertemu dengan ibunda Igor, langsung jatuh melunglai di atas satu-satunya sofa panjang di ruang tamu itu. Bukannya mengurangi beban hati dan pikirannya, pertemuan ini justru membuat kepala Fiona berdenyut kian pusing. "Ah~" Fiona mengeluarkan desahan panjang sambil menutup kedua mata dengan menggunakan lengan kirinya. Dering ponsel yang berasal dari Igor sengaja dia abaikan. Bukan merajuk, dia hanya sedang membutuhkan waktu untuk menenangkan diri dari hari yang melelahkan ini. Fiona hampir saja jatuh tertidur, tapi dering telepon asing mengejutkannya. Dengan ogah-ogahan, Fiona merogoh tasnya untuk mencari telepon genggam yang terselip di dalam sana. "Siapa sih!" dumelnya. Fiona sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun saat ini. Fiona memang sengaja memberikan nada dering khusus untuk masing-masing orang terdekatnya. Dia melakukan ini tanpa maksud khusus, hanya sebagai penanda saja. Dan alangkah terkejutnya Fiona
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status