Jevano menyalimi tangan ayahnya dan berpamitan untuk keluar dari mobil dan memulai kehidupan sekolahnya."Eh, Jevano," panggil Jamal, membuat pemuda itu urung menutup pintu."Apa, Yah?""Bawa kunci rumah. Ayah enggak tahu bisa jemput kamu tepat waktu atau enggak nanti. Kalau Ayah akhirnya enggak bisa jemput, kamu bisa numpang temen kamu lagi, kan?" Jamal melihat perubahan wajah Jevano."Iya, mungkin." Pemuda itu cemberut."Ayolah, Jev. Ayah, kan, tadi sudah jelaskan tentang pekerjaan Ayah yang bertambah. Please, ngerti, ya.""Jadi aku nanti sendirian di rumah, nih?" Jevano memainkan kunci rumah.
Baca selengkapnya