"Mbuh, Jev! Jembek, sumpah!" Tangisan Rani semakin keras, membuat Syahid dan Haikal terkesiap. Begitu juga dengan Jevano, sebenarnya. Namun, lelaki itu memilih untuk tetap diam dan menatap gadis itu dengan tajam."Ran," tegur Syahid yang mengambil alih Rani. Dia berisyarat dengan kepala ke Arina untuk mengurus Jevano. Rani biar dia yang mengurus. "Ran, udah." Lelaki jangkung itu melebarkan kakinya dan menundukkan badannya untuk bisa menyetarakan diri dengan gadis itu. "Cup, ya. Jangan nangis lagi." Dia memeluk gadis mungil itu.Rani memukul lengan Syahid kesal. "Diem!""Iya. Iya. Aku diem." Syahid menempelkan kepala Rani ke pundaknya untuk bersandar. Dia mengusap pipi dan kepala gadis itu untuk menenangkan. "Jevano pasti punya alasan tersendiri, ya. Dia enggak akan ninggalin kita, kok."Arina melihat Syahid yang sudah membuat Rani mereda. Lalu, dia menoleh ke Haikal. Lelaki itu malah mengangkat bahunya dan duduk di sofa seberang. Terlihat tidak mau ikut campur. Dia menghela napas. Das
Baca selengkapnya