Mataku masih terasa berat ketika samar kudengar Arman berbisik di telingaku, "Sudah Subuh, Sayang." "Hmmm," jawabku yang masih enggan membuka mata. "Ayo mandi, terus salat berjamaah." "Kamu duluan aja, Sayang, yang mandi. Aku masih ngantuk." Arman terkekeh lantas mencium kepalaku. "Bagaimana mau mandi, kalau aku jadi tawananmu seperti ini." Hah? Mendengar ucapannya rasa kantukku hilang seketika. Saat membuka mata, aku baru sadar kepalaku tengah terbenam nyaman di dadanya lalu kedua tanganku melingkar sempurna di tubuhnya. "Eh sorry!" kataku seraya melepaskan pelukan. Sedikit bergeser mundur menjauhinya, selimut yang menutupi tubuhku kugenggam erat. Namun Arman malah kembali menarikku dalam dekapannya. "Kok sorry, sih. Aku betah aja dipeluk kamu seharian, kayak gini, Sayang, tapi kita salat dulu ya," ujarnya membuatku tersipu malu. "Sayang, ih nggak usah ngeledek, deh." Aku mendorong tubuhnya. "Tadi kupikir kamu itu guling, makanya kupeluk-peluk." "Eh, ternyata suami," samba
Last Updated : 2023-02-03 Read more