Home / Romansa / Dijodohkan dengan Ipar Posesifku / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Dijodohkan dengan Ipar Posesifku: Chapter 61 - Chapter 70

151 Chapters

Malam Pertama yang Tertunda

Aku terkejut ketika seseorang tiba-tiba memeluk pundakku dan mencium pucuk kepalaku dari belakang. "Eh, A-Arman," ujarku gugup saat menoleh. Bikin malu saja, memperlihatkan kemesraan di depan umum, apalagi ini di depan Galang. Ehm. "Pak Galang habis ada acara di Solo terus mampir nengok kafe." Aku menjelaskan tanpa diminta. Rania yang semula duduk di pangkuan Galang melompat turun. Berlari kecil menuju papinya, gadis kecil itu menunjukkan boneka dino berwara hijau. "Papiii, boneka Lan baluu. Bagus nggak? Dari Om Alang!" Kulihat Arman tersenyum samar. "Bagus," jawabnya lalu melirik ke arahku. "Pulang sekarang, Sayang?" "Oh, iya acaranya udah selesai, kok." Aku beranjak dari kursiku. "Pak, saya pulang." Galang yang kupamiti tersenyum lalu ikut berdiri. "Silakan Nadia, weekend memang seharusnya waktu bersama keluarga, terimakasih sudah meluangkan waktumu untuk kafe ini." "Salim Om, salim!" Rania mengulurkan tangannya lalu mencium punggung tangan Galang. "Anak pintar." Galang meng
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more

Honey

Mataku masih terasa berat ketika samar kudengar Arman berbisik di telingaku, "Sudah Subuh, Sayang." "Hmmm," jawabku yang masih enggan membuka mata. "Ayo mandi, terus salat berjamaah." "Kamu duluan aja, Sayang, yang mandi. Aku masih ngantuk." Arman terkekeh lantas mencium kepalaku. "Bagaimana mau mandi, kalau aku jadi tawananmu seperti ini." Hah? Mendengar ucapannya rasa kantukku hilang seketika. Saat membuka mata, aku baru sadar kepalaku tengah terbenam nyaman di dadanya lalu kedua tanganku melingkar sempurna di tubuhnya. "Eh sorry!" kataku seraya melepaskan pelukan. Sedikit bergeser mundur menjauhinya, selimut yang menutupi tubuhku kugenggam erat. Namun Arman malah kembali menarikku dalam dekapannya. "Kok sorry, sih. Aku betah aja dipeluk kamu seharian, kayak gini, Sayang, tapi kita salat dulu ya," ujarnya membuatku tersipu malu. "Sayang, ih nggak usah ngeledek, deh." Aku mendorong tubuhnya. "Tadi kupikir kamu itu guling, makanya kupeluk-peluk." "Eh, ternyata suami," samba
last updateLast Updated : 2023-02-03
Read more

Prasangka

"Mas ... Mas Arman, kok nggak ada suaranya sih. Halo, Mas!" Perempuan itu terus saja memanggil nama Mas Arman. Sementara lidahku terasa kelu sehingga tak sepatah katapun sanggup kuucapkan. Cepat-cepat kumatikan sambungan telepon dan meletakkan ponsel di tempat semula ketika kudengar suara flush, lalu tak lama Arman keluar dari kamar mandi. "Sudah siap, Sayang?" tanyanya sembari tersenyum. Cukup lama aku terpaku mencoba menemukan apakah ada yang ia sembunyikan di balik senyumnya? "Honey-mu sudah menunggu di rumah." Tiba-tiba terngiang lagi suara perempuan dari ujung telepon tadi. Rumah? Rumah siapa? Aku bertanya-tanya dalam hati. "Hmm, sayang, nanti aja deh kita check outnya, aku masih ingin di sini dulu sama kamu." Kucoba mengulur waktu, ingin tahu bagaimana responnya. "Kenapa, Sayang?" Arman berjalan mendekatiku. "Masih ingin berdua-duaan sama aku, ya?" Tangan kanannya mencubit pelan daguku. Sejenak ia melihat jam tangannya. "Sampai jam sebelas, ya. Habis Zuhur aku ada janji sam
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

Anak Magang Meresahkan

"Ommu beberapa bulan lagi akan pindah ke Jakarta, Man, jadi dia ingin Hani cari kerja di Indonesia saja." Arman manggut-manggut mendengar penjelasan tantenya. "Adikmu kan kuliah desain interior, Tante rasa cocok bekerja di kantormu," ujar Tante Sovia lagi. "Iya, Tante, tapi ..." "Kalau misal nggak ada lowongan, magang juga nggak apa-apa," sambar Tante Sovia. "Biar Hani latihan dulu sebelum memasuki dunia kerja yang sesungguhnya. Iya kan, Sayang?" "Iya, Ma. Dari dulu kan Hani paling cepet paham kalau diajarin sama Mas Arman. Apalagi Mas Arman orangnya sabaaar banget." Hani memeluk lengan Arman dan tanpa canggung menyandarkan kepalanya. Tante Sovia tertawa. "Hani sama Arman itu udah seperti saudara kandung saja." Ia menepuk pelan pahaku. "Mereka memang akrab sejak kecil." Aku tersenyum miris seraya menganggukkan kepala. "Mamaaa." Aku menoleh ketika mendengar suara gadis kecilku dari ujung pintu. "Dari mana, Sayang?" Kurentangkan tangan menyambut Rania yang berlari kecil ke arahk
last updateLast Updated : 2023-02-13
Read more

Shopping Time

"Han, pakai ini!" Arman mengangsurkan jaketnya pada Hani, sesampainya kami di parkiran departement store. Kami memilih datang ke sini karena pilihan pakaiannya cukup banyak, namun bangunannya tidak seluas mall dan parkirnya juga dekat, sehingga bisa lebih mempercepat waktu belanja. "Di luar gerimis, payungnya ketinggalan di rumah," terang Arman. "Oh, makasih Mas Arman." Hani mengenakan jaket itu lalu turun dari mobil. Kulihat ia cepat-cepat berlari ke tepi bangunan departement store agar tak kehujanan. "Mas, kok jaketnya kamu kasih dia, sih!" protesku yang masih duduk berdua bersama Arman di dalam mobil. "Sayang, kamu lihat, kan pakaiannya Hani. Kasihan kalau sampai kehujanan." "Jadi, kalau aku yang kehujanan, kamu nggak kasihan?" "Bukan gitu, Sayang. Bajunya itu warnanya putih, ketat lagi, kalau basah karena air hujan nanti kan ...." Arman terdiam melirikku, tak melanjutkan kalimatnya. "Kamu mau aku melihatnya?" tanyanya lagi. "Iiih." Aku mencubit pinggang Arman kesal, sampai
last updateLast Updated : 2023-02-13
Read more

Status WA Hani

Aku mengernyit risih ketika melihat status WA Hani. Ia wefie dengan gayanya yang centil dan ada suamiku duduk di sebelahnya. Arman memang tidak menghadap ke kamera. Dari gesture-nya ia nampak sedang bicara dengan seseorang di hadapannya. Mencoba mengabaikan status itu, aku kembali fokus pada pekerjaanku. Mengupdate sosmed kafe juga membalas beberapa komentar yang masuk. Namun tak bisa lama. Sepuluh menit kemudian kembali aku membuka WA dan sengaja mencari status milik Hani. Kini perempuan muda itu mengunggah status yang hanya berupa tulisan. "Katanya segala sesuatu itu titipan. Mungkin saat ini Tuhan sedang ingin menitipkannya padamu, suatu hari bisa saja Tuhan mengambilnya darimu lalu menitipkannya padaku." Lalu status setelahnya kembali nampak foto suamiku yang kupikir ia ambil secara diam-diam. Tentu saja pikiranku lantas mengaitkan dengan status yang sebelumnya ia tulis. Apakah itu ditujukan untuk Arman? Argh. Aku meletakkan ponsel dengan kasar di atas meja, sehingga membuat Fa
last updateLast Updated : 2023-02-19
Read more

Si Paling Mengenal

"Mas Arman, kalau sepupuan itu boleh menikah nggak, sih?" Aku yang tengah berkutat di dapur terkejut mendengar pertanyaan Hani. Gadis itu duduk di samping Arman yang sedang membuka laptop mengecek file presentasi di meja makan. Setelah diskusi yang cukup panjang dan alot akhirnya aku mengijinkan Hani ikut kami ke rumah. Nanti kalau Mama sudah pulang, Hani akan diantarkan oleh ojek ke rumah Mama. "Aku tuh, habis baca novel gitu, Mas. Ceritanya si cewek jatuh cinta sama sepupunya sendiri. Makanya aku tanya," terang Hani yang sama sekali tak mengurangi kecurigaanku kenapa dia sampai terpikir bertanya seperti itu. "Boleh. Sepupu itu bukan mahram." Arman menjawab dengan tenang. Saat aku menoleh, kulihat suamiku itu sama sekali tak mengalihkan pandangan dari laptop di hadapannya. "Makanya, meskipun di depan sepupu sendiri tetap harus menutup aurat." "Juga tidak boleh menyentuh, tidak boleh berkhalwat. Hukumnya sama dengan antar perempuan dan laki-laki tanpa hubungan kekeluargaan." Aku t
last updateLast Updated : 2023-02-20
Read more

Hani Pergi

"Sayang, siap-siap ya, sebentar lagi aku jemput," ucap suamiku dari sambungan telepon. "Mau ke mana, Mas?" Aku menengok jam di dinding. Baru pukul sembilan, kami juga tidak ada rencana mau ke mana-mana sebelumnya. "Antar Hani." Hani lagi! Geram rasanya. Hampir satu bulan dia di rumah Mama, selalu saja ada alasannya untuk merepotkan Arman. Seperti kemarin, baru saja ia merengek minta diajak ke Kota Tua yang sedang hits. Aku yang sebenarnya sedang lelah, malas ke mana-mana terpaksa ikut, daripada dia hanya pergi berdua dengan suamiku, tentu aku lebih tak rela lagi. "Tante Sovia baru saja menghubungi, papanya Hani tiba-tiba kena serangan jantung," terang Arman, tepat saat baru saja aku hendak meluapkan kekesalanku. "Aku sudah cari tiket pesawat ke Singapura, sayangnya tinggal tersedia satu, jadi aku tidak bisa ikut mengantarnya." Aku bernapas lega. Untunglah. Ops bukan untung papanya sakit, tapi aku tak mau kalau Arman sampai harus mengantar Hani pulang, apalagi hanya berdua saja.
last updateLast Updated : 2023-02-28
Read more

Kapan Hamil

"Sayang, kamu siap-siap ya, nanti habis Magrib, Mama mau ngajak kita pergi," ujar Arman setelah meneguk teh hangatnya. Ia baru saja pulang dari kantor lima menit yang lalu. "Mau ke mana memang, Mas?" "Mau ke dokter kata Mama." "Lho, kenapa? Mama sakit?" Aku mulai khawatir asma Mama kambuh lagi. "Bukan Mama yang mau bertemu dokter, tapi kita." "Hah, kita Mas?" "Iya, Mama suruh kita ke dokter kandungan untuk program kehamilan." Dengan setengah terpaksa aku mengikuti permintaan Mama pergi ke dokter kandungan. Sebenarnya aku enggan. Toh aku dan Arman baru jelang empat bulan menikah, bisa dibilang masih pengantin baru. "Dulu aja, sebulan setelah kamu nikah langsung hamil Rania, masa yang sekarang udah empat bulan belum hamil juga," ujar Mama ketika aku menyatakan alasanku tak mau ke dokter kandungan. Masa sih aku harus ngaku ke Mama kalau malam pertama kami tertunda tiga bulan lamanya. Arman membujukku untuk menuruti saja keinginan Mama. "Selagi tak ada mudharatnya, tak ada salahny
last updateLast Updated : 2023-02-28
Read more

Trauma Toge

Setelah dari dokter kandungan tempo hari, Mama jadi ekstra perhatian padaku dan Arman. Hampir tiap pagi, Mama mengirimi kami makanan lewat ojek. "Mama kirimin sarapan buat kalian. Tumis taoge. Itu bisa tahan sampai siang kok, dihabisin ya." Awalnya aku merasa tak ada yang aneh. Masakan Mama enak. Tapi lama-kelamaan ... "Nad, Mama kirimin kamu makanan ya, oseng tauge kucai." "Toge lagi Ma, kayak kemarin?" "Beda dong, kemarin kan nggak ada kucainya." Besoknya ... "Mama kirimin makanan ke rumah kalian." "Nggak sama kaya kemarin, kan Ma?" "Beda lah, kemaren kan oseng tauge kucai, sekarang sup tauge." "Ma, bisa nggak kalau nggak usah pakai tauge?" "Eh, tauge itu bagus buat kesuburan, biar kamu cepat hamil. Besok mau menu apa? Cah tauge udang rebon, sayur tauge tahu santan, sup daging tauge, atau ...." Aaargh aku sampai trauma mendengar kata "tauge". Bukan hanya itu, Mama juga sering mengajak Rania nginap di rumahnya. "Mama kesepian di rumah, biar Rania tidur di rumah Mama, ya
last updateLast Updated : 2023-03-14
Read more
PREV
1
...
56789
...
16
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status