Semua Bab Istri Pelit Bin Medit: Bab 31 - Bab 40

59 Bab

Part 31

Part 31Aku termenung memikirkan perkataan Bu Menik barusan, kucoba mengingat-ingat, apa memang aku pernah berseteru dengan Rina? Masa iya, aku secemen itu melabrak seorang wanita.Lamunanku langsung buyar begitu Lek Anik menyebutkan nominal yang harus kubayar untuk belanja hari ini. Selesai membayar aku buru-buru pulang, karena matahari mulai merangkak naik, bisa terlambat kerja aku. Biarlah nanti kuingat-ingat lagi apa benar yang dikatakan Bu Menik tadi.Sampai di rumah terlihat Tami sudah bangun dan menantiku di teras rumah. Aku langsung mengangsurkan kresek belanjaan pada Tami, dan bergegas siap-siap mandi."Ya ampun, Baaang ... Kok beli ayam, sih? Di rumah juga banyak ayam kita," protes Tami sebelum aku masuk ke kamar mandi.Aku sudah bisa menebak, Tami pasti bakal protes dengan apa yang aku beli."Ayam kita banyak pun, tapi kamu gak pernah ngizinin buat dipotong, kan? Ya buat apa?" Tandasku."Kan pernah juga kita m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-13
Baca selengkapnya

Part 32

Part 32Selesai membersihkan badan, Tami masih saja menceracau tak jelas padaku. Padahal saat ini anak-anak sudah ada di rumah. Tapi ia tetap tak merasa malu berucap yang tidak-tidak di hadapan anak-anak."Emak kenapa, Pak?" Tanya Wulan padaku yang sedang siap-siap akan sholat maghrib."Lagi mens mungkin," jawabku sekenanya."Tadi Bapak bawa sate, Kak. Makan sana, ajak Adek sekalian.""Wah, sate?! Asyiiik ...." Wulan berteriak riang menuju meja makan diikuti Rafa.Aku tersenyum, ada bahagia tersendiri melihat mereka dengan riang menyantap setiap makanan yang kubawa.'Bapak janji, Nak, akan berusaha memberi kalian makanan yang bergizi,' batinku sambil memandang mereka yang dengan semangat membuka bungkusan sate."Bapak gak mau?" Tanya Wulan yang memergoki aku tengah menatap ke arah mereka.Aku menggeleng. "Makanlah! Bapak makan nasi aja nanti. Gak kenyang Bapak kalau makan sate, lambungnya gede." Aku ber
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-14
Baca selengkapnya

Part 33

Part 33"Eh, iya Bang. Maaf kalau ganggu," ucapku berusaha semanis mungkin."Oh, gak ganggu sih, Kak. Cuma Suryonya harus buru-buru berangkat ngantar barang. Sudah ditunggu pelanggan soalnya.""Kamu kerja di sini, Bang?" Tanyaku dengan menatap tajam pada bang Suryo."I-iya, Dek. Kamu pulang dulu, ya? Nanti kita bicarakan di rumah," jawabnya masih gugup. Jelas gugup, pasti ia tak menyangka aku akan mengikutinya sampai sini.Dengan terpaksa, aku mengikuti ucapan bang Suryo agar pulang dulu. Lagian di sini juga aku harus ngapain? Masa iya berduaan sama pria yang kuterka bos bang Suryo. Kalau dia mau, sih, ya tak apa juga. Lumayan, sepertinya berduit.Dengan hati kesal aku langsung menuju rumah. Tak habis pikir aku ke bang Suryo, bisa-bisanya ia sekarang tak jujur padaku. Jelas aku sakit hati, bang Suryo sudah keterlaluan menyembunyikan pekerjaan dan penghasilannya dariku.'Lihat saja, Bang. Kali ini aku tak akan tinggal dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-15
Baca selengkapnya

Part 34

Part 34Berbekal uang hasil jual emas tadi siang, akhirnya aku berhasil mendatangi mbah Ranem. Tak mengapa aku rugi cincin sebiji. Yang penting setelah ini keuangan semua aku yang atur. Dan bisa dipastikan aku gampang mendapat ganti emasku kembali.Baru saja aku sampai di gubuk mbah Ranem, dan mengutarakan maksud kedatanganku. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki seseorang dari luar. Gawat! Jangan-jangan ada yang mengikutiku kemari. Atau jangan-jangan ada pelanggan mbah Ranem yang datang juga.Aku buru-buru berdiri hendak mencari tempat sembunyi. Mbah Ranem pun sepertinya mengerti kegugupanku. Dengan isyarat ia menyuruhku masuk ke dalam kamar.Namun baru saja kaki ini ingin melangkah, tiba-tiba ....Braakk!Pintu rumah mbah Ranem berhasil dijebol dari luar. Dan betapa terkejutnya aku ketika melihat bang Suryo sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah memerah penuh amarah."Ba-bang Suryo ...." Sangking gugupnya, aku sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-16
Baca selengkapnya

Part 35

Part 35Pov SuryoSudah hampir satu jam, aku menunggu Tami pulang. Tapi hingga kini, bayangannya pun tak kelihatan. Ada rasa khawatir sejenak, tapi saat ingat kelakuannya yang berani bermain dukun, rasa khawatir pun sirna berganti dengan rasa kesal.Terlihat para keluarga yang sedari tadi sudah kupanggil ke sini untuk berembuk soal tami, pun mulai gelisah, karena Tami tak kunjung datang. Begitu pulang dari rumah si dukun tadi, aku memang langsung mengumpulkan keluarga inti kami. Terdiri dari orang tua dan saudara Tami, sedangkan dari pihakku hanya ada Kak Rani dan Bik Nur."Kok lama banget si Tami ini, Yo?" Tanya Kak Rani mulai gelisah, juga mulai mengantuk sepertinya."Tunggu sajalah, Kak. Atau coba Kakak hubungi. Dia bawa handphone, kok."Terlihat kak Rani mulai menghubungi Tami. Tapi hingga berulangkali, tak juga terhubung."Gak aktif nomornya, Yo," ujar kak Rani."Lagian kamu juga, Yo ... Kok tega-teganya ni
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-17
Baca selengkapnya

Part 36

Part 36Pov TamiHari ini benar-benar hari-hari tersi*al dalam hidupku. Sudahlah diperas oleh mbah Ranem, kena rampok, eh pulang-pulang malah disambut dengan kejutan tak terduga.Sampai hati sekali bang Suryo menalakku hanya karena masalah aku mendukuninya. Padahal itu kan bukan hal yang fatal-fatal sekali.Jujur, walau di antara kami, cinta yang tumbuh itu tak terlalu besar, tapi ada ketakutan tersendiri untukku jika berpisah dengan bang Suryo. Berbagai macam hal menyebalkan sudah menari-nari dalam pikiranku, termasuk cari uang sendiri. Malas sekali aku rasanya. Apalagi sudah lama aku tak bekerja.Dengan berat hati, malam ini juga aku terpaksa meninggalkan rumah yang selama ini kutinggali. Bang Suryo bahkan tak memberiku waktu bersamanya sampai esok pagi. Dia berkata bahwa merasa was-was terhadapku. Mungkin takut aku pelet lagi. Tapi jelas tak mungkin, mbah Ranem saja sudah terlihat memusuhiku. Belum lagi terkendala biaya.Aku m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-18
Baca selengkapnya

Part 37

Part 37"Jadi Bapak lebih belain perempuan ini daripada aku, Pak?" Sungutku tak mau kalah."Ya jelas! Yang kamu sebut perempuan ini ... Itu istri Bapak. Ibumu juga!" Bentak bapak lebih keras, lalu langsung berlalu meninggalkanku dengan Yesi. Terlihat Yesi tersenyum penuh kemenangan."Buruan cuci piring, gih! Abis itu cuci baju dan beres-beres lainnya. Aku mau ke pasar dulu. Bye-bye!" Ucap Yesi sambil melenggang pergi dengan santainya.Aarrgh! Ger*amnya aku. Pokoknya bagaimana pun caranya aku harus kembali pada bang Suryo. Gak sudi aku, jika harus terus-menerus jadi babu di rumah ini.Dengan berat hati, kukerjakan juga kerjaan rumah yang seabrek-abrek. Ternyata ini lebih capek, dari pada saat aku masih jadi istri bang Suryo. Ah, lagi-lagi aku membandingkan kehidupanku yang dulu. Membuat aku jadi semakin ingin kembali pada bang Suryo.Apa aku harus mendukuni bang Suryo lagi? Sebab mustahil saja jika merayu bang Suryo secara alami
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-19
Baca selengkapnya

Part 38

Part 38POV AuthorTepat pukul setengah sembilan malam Suryo membuka pintu kamar anak-anaknya. Ia menarik napas lega melihat keduanya telah terlelap di atas tempat tidur. Suryo masuk dan membenarkan letak selimut keduanya agar jangan kedinginan. Saat menatap wajah keduanya, ada rasa bersalah di hati karena harus memisahkan mereka dari Tami.Tapi kalau pun bertahan itu sulit. Tami sepertinya tak ada niatan untuk berubah dari sifat pelitnya. Terbukti dari ia yang ingin mendukuni Suryo hanya karena Suryo tak mempercayakan keuangan kepadanya.Setelah memastikan kedua anaknya nyaman dalam tidur, Suryo masuk ke kamarnya sendiri. Hari ini ia benar-benar lelah sekali, padahal ia hari ini minta cuti satu hari pada Beni, ya ... Sekadar menenangkan pikiran. Tapi seharian ini kegiatannya sangat padat. Tadi pagi-pagi sekali orang tuanya menelpon, mengabarkan akan pulang. Mungkin mereka ingin memberi support untuk anaknya yang sedang ditimpa masalah r
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-20
Baca selengkapnya

Part 39

Part 39Seperti hari-hari biasanya. Rutinitasku sejak tinggal di rumah bapak ya seperti pembantu. Harus mengerjakan semua kerjaan rumah. Hanya masak saja yang tak dilakukan, karena Yesi tak mempercayakannya padaku.Tapi beberapa hari ini aku lebih semangat bekerja. Apalagi kalau tiba saat Yesi dan Bapak pergi ke pasar. Aku akan diam-diam masuk ke kamar Yesi, dan mengambil apa saja yang bisa diuangkan. Sebenarnya Bapak sudah memberi jatah ke aku setiap Minggu. Tapi itu hanya lima puluh ribu saja. Persis Bang Suryo dulu. Jelas itu kurang bagiku, karena aku harus mengumpulkan uang banyak-banyak supaya emas yang dulu sempat berkurang banyak dapat diganti.Saat aku baru selesai menjemur pakaian, Bapak dan Yesi pamit ke pasar. Inilah saatnya beraksi. Kulirik Bang Wawan, ia sedang sibuk di kandang kambing. Aman!Aku langsung masuk ke rumah untuk menjalankan misi. Sebenarnya aku tahu ini perbuatan tak baik, mencuri di rumah Bapak sendiri. Tapi b
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-21
Baca selengkapnya

Part 40

Part 40Tubuhku merosot, di depan pintu yang baru saja tertutup. Semaput begitu melihat isi di dalam amplop yang tadi diberikan oleh tukang pos. Amplop berisi surat panggilan sidang dari pengadilan agama. Oh, no!Kupikir Bang Suryo menceraikan aku hanya untuk menggertak saja supaya aku berubah, tapi ternyata ia seserius ini. Kupikir seiring berjalannya waktu ia akan meminta kami bersatu kembali demi anak-anak, tapi nyatanya ia benar-benar ingin mengakhiri ikatan denganku."Huhuhu ... Huhuhu ...." Aku menangis meraung-raung sambil berguling-guling di lantai ruang tamu Kak Imas. Tak peduli suaraku akan terdengar tetangga. Hampir sejam aku begitu, hingga akhirnya aku kelelahan dan tak sadar apa-apa lagi.Aku tersadar begitu mendengar suara motor Kak Imas memasuki halaman rumah. Namun, untuk membuka mata rasanya sulit sekali.Langkah Kak Imas terdengar dari luar, lalu pintu terbuka. Melihat aku yang tergeletak tak berdaya, Kak Imas langsung t
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status