Home / Pernikahan / Istri Pelit Bin Medit / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri Pelit Bin Medit: Chapter 21 - Chapter 30

59 Chapters

Part 21

Part 21Pagi menjelang. Bang Suryo masih saja mengacuhkanku. Aku yang merasa tak bersalah ikut mengacuhkan Bang Suryo juga dong. Biar dia tahu, kalau permintaanku tadi malam bukan main-main.Namun, sebagai istri yang baik, aku tetap menyiapkan sarapan dan bekal Bang Suryo, walaupun dengan mode silent.Selesai menyiapkan menu untuk Bang Suryo, aku segera menyuruh Wulan untuk memanggil Bapaknya yang sejak tadi tak kunjung keluar dari kamar. Ada harapan di hati agar Bang Suryo sedikit luluh, karena aku sudah menyiapkan menu spesial untuknya, yaitu nasi goreng dengan taburan telur dadar yang sudah kuiris tipis-tipis.Bang Suryo datang dengan penampilan yang sudah rapi. Tanpa melirik sedikit pun ke arahku, Bang Suryo langsung duduk dan melahap nasi goreng yang sudah tersedia. Jadi makin keki aku karena diabaikan."Pak, hari ini ada pembagian buku LKS lah, Pak. Bapak ada duit gak untuk bayarnya?" Wulan memecahkan keheningan di antara kami, dengan menyuguhkan masal
last updateLast Updated : 2022-11-03
Read more

Part 22

Part 22"Pak, kenapa ini, Pak?" Tanyaku pada Bapak yang sedang berjongkok di ambang pintu kamar mandi. Di hadapan Bapak, ada Emak yang sedang tergeletak di lantai kamar mandi, tak sadarkan diri. Dan terlihat dari bagian bawah tubuh Emak ada darah yang merembes keluar."Kamu gimana, sih, Mi, jagain Emak? Kok bisa sampe kayak begini?" Ketus Bapak padaku. Terlihat dari raut wajahnya, kalau Bapak sangat marah."Aku ngantuk banget tadi, Pak. Gak sadar apa-apa." Aku beralasan."Udah, cepat bantuin Bapak, angkat Emakmu dulu ini." Dengan susah payah, kami mengangkat tubuh Emak yang lumayan tambun. Padahal Emak makan selalu ngirit, tapi kok bisa berat banget gini ya badannya?Setelah meletakkan Emak di tempat tidur, Bapak langsung menyuruhku untuk menghubungi Bang Budi dan Kak Imas, Abang dan Kakakku. Sedangkan Bapak langsung melesat pergi keluar rumah, mau cari mobil untuk bawa Emak ke dokter katanya.Sejenak aku bimbang dan ra
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

Part 23

Part 23"Miii! Yooo! Cepat kemari! Emak, Mi ... Emak!" Teriak Kak Imas dengan panik seperti orang gila.Aku dan Bang Suryo segera berlari menuju Kak Imas yang masih berteriak seperti orang gila."Kenapa, Kak?" Tanyaku panik begitu sampai di depan ruang perawatan Emak. Di dalam terlihat sudah ada beberapa dokter dan perawat yang sibuk menangani Emak."Emak ngedrop lagi.""Hah? Kok bisa?""Ya, Kakak juga gak tau, Mii ...."Duh! Kok Emak bisa ngedrop lagi sih? Sia-sia aja dong aku udah jual emasku kalau Emak gak sembuh-sembuh. Padahal aku udah niat banget bakal nagih ke Emak, kalau Emak udah sehat nanti.Tak berapa lama, dokter yang menangani Emak keluar dari ruang perawatan dengan wajah kusut. Kami yang memang tak diperbolehkan masuk, menanti dengan harap-harap cemas."Pak, Buk. Kami mohon maaf ... Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan ibu Wati. Tapi mungkin Allah lebih sayang dengann
last updateLast Updated : 2022-11-05
Read more

Part 24

Part 24"Bapak udah gak waras ya, Pak?" Aku langsung angkat suara, begitu Bapak mulai mengungkapkan maksud hatinya."Justru karena Bapak masih waraslah, Mi, Bapak niat nikah lagi.""Gak! Pokoknya aku gak setuju!" Sengitku langsung membuang muka ke arah lain.Kak Imas mengelus punggung tanganku lembut, "jangan gitu, Mi. Kasihan Bapak, pasti butuh seseorang untuk ngurus dirinya." Kak Imas berkata lembut di telingaku."Ya gak harus sama dia kan, Kak? Iya kalo dia tulus sama Bapak, kalo cuma memanfaatkan doang gimana? Dari wajahnya aja gak meyakinkan!" Ketusku menatap Yesi dengan sengit. Jelaslah aku tak rela. Yesi ini terkenal sebagai janda genit yang matre di sini. Mana bisa aku rela kalau harta Bapak jatuh ke tangannya."Maaf, Mi ... Tapi aku bener-bener tulus cinta dan sayang sama mas Tejo." Serasa mau muntah aku mendengar kata-katanya. Apalagi mendengar Yesi memanggil Bapak dengan panggilan Mas. Gak sadar apa, dia lebi
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

Part 25

Part 25Esoknya, kami sudah berkumpul semua di rumah Bapak, semua sudah rapi. Bapak juga terlihat gagah sekali dengan setelan yang dipakainya, beda sekali penampilan Bapak saat bersama Emak.Aku? Jangan ditanya. Sudah pasti paling cetar di antara semuanya. Pengantinnya saja pun pasti kalah saing."Wah ... Masih eksis aja ya, Mi, pake emas," sapa Tiwi sepupuku."Iya dong! Tamiii gituu ...." Aku menepuk dada dengan bangga."Banyak duit dong berarti," bisiknya di telingaku."Wooiyaa, jelaaas!" Jawabku sambil mengguncangkan tangan supaya gelang keroncong yang kupakai berbunyi."Boleh utang dong," bisiknya lagi."Hahaha ... Duuh, maaf ya Tiwi, kalo mau ngutangi kayaknya aku gak bisa. Nanti malah nyangkut gak balik-balik lagi uangku," ucapku sambil berlalu meninggalkannya sambil melambaikan tangan. Dasar kere!***Setelah semua persiapan sudah ready, kami langsung menuju ke rumah Yesi. Bapak dan para
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

Part 26

Part 26"I-i-ituu ... Itu, kan ...." Seketika aku melotot melihat apa yang dipakai Yesi."Itu kan kalung Emakkuuu ...." Aku langsung menyambar kalung yang sedang dipakai Yesi, namun dengan secepat kilat juga Yesi menepisnya."Apaan, sih, kamu, Mi?""Itu kalung Emakku, 'kan? Balikin!""Enak aja kamu! Ini kalungku!"Jelas-jelas itu kalung Emak, tapi Yesi benar-benar tak mengakuinya. Oke! Kalau Yesi tak mengakuinya, mau tak mau aku harus pakai pemaksaan dan kekerasan ini. Aku langsung menghambur ke Yesi untuk mengambil kalung yang benar-benar sama dengan milik Emak itu. Kupikir Yesi bakalan menyerah jika dipaksa, namun ternyata ia sama beringasnya denganku. Jadilah akhirnya kami adu gulat."Heh! Apa-apaan kalian ini?" Bapak tergopoh-gopoh mendatangi kami yang sudah saling jambak."Maaas ... Tolong aku Maas. Sakiiit." Yesi mulai memainkan dramanya agar Bapak iba."Mii! Lepasin Yesi, udah gila kamu, ya? Dia
last updateLast Updated : 2022-11-08
Read more

Part 27

Part 27Aku, Bik Nur, dan Santi segera berlari menuju ke depan rumahku, tempat di mana cucu Bik Nur dan Rafa tadi main bersama."Ya, Gustiii! Kok bisa gini Rara?" Tanya Bik Nur syok, yang melihat cucu kesayangannya itu sedang tergeletak di tanah dan tertimpa sepedanya."Dia, bandel kali, Nek ...." Bocah berumur 4 tahun itu mulai terisak sambil menunjuk Rafa, sedangkan Rafa hanya mengejek-ngejek sambil ngoceh gak jelas.Bik Nur kembali bertanya pada Rara, apa yang terjadi sebenarnya. Ternyata tadi Rafa berusaha memainkan sepeda Bik Nur, tapi memainkannya dengan cara yang bar-bar. Rara yang takut sepeda neneknya itu rusak langsung melarang Rafa, tapi Rafa malah tak terima dan menjatuhkan sepeda Bik Nur ke arah Rara. Begitulah Rara bercerita, tapi sepertinya ia hanya mengada-ngada, secara anakku Rafa, baik budi gitu, lho. Mana mungkinlah kelakuannya begitu. Dasar Rara! Kecil-kecil, kok, udah pandai manipulasi."Rafa, kalo main jang
last updateLast Updated : 2022-11-09
Read more

Part 28

Part 28Bang Suryo menarik lenganku kasar menjauhi ruang dokter Tedy. Salah apa lagi aku? Kayaknya, kok, terus-terusan salah aku di mata Bang Suryo."Bikin malu aja kamu, Dek! Ngapain ngomong pake bawa-bawa uang segala," ketus Bang Suryo sambil melepas genggaman tangannya."Yah, kan bener apa aku bilang, Bang. Dokter mah gampang, nyaranin ini itu, ini itu. Emang dia pikir yang disaranin dia itu belinya gak pake uang apa? Nyaranin aja pinter, tapi gak bantu dana, buat apa!"Bang Suryo langsung mengangkat tangannya dan meremas-remasnya di depan wajahku, persis seperti orang lagi gemes. Tapi aku memang ngegemesin, sih."Ya gak mesti kamu bantah juga omongan dokter, Deeek. Cukup diam, udah!" Bang Suryo berucap dengan gemas dan langsung meninggalkan aku.Dasar Bang Suryo! Mana ngerti dia pemikiran emak-emak tuh gimana.Aku masuk ke ruang rawat Rafa untuk membereskan barang-barang, sekaligus menyiapkan Rafa untuk pulang. Biarlah Bang Suryo bayar sendiri it
last updateLast Updated : 2022-11-10
Read more

Part 29

Part 29"Baaang ...." Kucolek pinggang Bang Suryo yang sedang tidur membelakangiku."Hmm." Bang Suryo hanya berdehem tanpa menoleh."Malam Jum'at, lho, ini, Bang," ucapku sambil terus mencolek pinggang Bang Suryo setengah menggelitik.Tapi Bang Suryo hanya bergeming.Kesal karena tak direspon, aku langsung membalikkan badan Bang Suryo dengan sekuat tenaga, hingga membuat Bang Suryo langsung terlentang."Apaan, sih, kamu, Dek? Orang ngantuk juga," sungut Bang Suryo hendak kembali ke posisi semula, tapi buru-buru kutahan."Abang kok jadi gini, sih?""Gini gimana?""Cuek bebek."Bang Suryo memutar bola mata dan hendak kembali ke posisi semula lagi, tapi tetap kutahan."Baaang ...!" Kesal sekali aku karena tak direspon."Apa?""Abang kenapa?""Kamu tanya lagi kenapa? Kamu gak sadar kesalahanmu, Dek?!"Aku bergeming menatap Bang Suryo serius, menunggu ia
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more

Part 30

Part 30Tapi ternyata bukan nama Wulan yang disebutkan guru tersebut. Beberapa ibu-ibu di belakangku terdengar terkikik dan mencibir kesombonganku tadi.Dengan cemberut menahan malu dan kesal, aku kembali duduk ke posisi semula. 'Tak apa, masih ada rangking dua,' batinku mencoba mengembalikan rasa percaya diri.Namun lagi-lagi aku dibuat kesal, ternyata rangking kedua juga bukan Wulan. Melihat aku yang mulai gelisah, para ibu-ibu semakin berisik mencibirku dari belakang.Hingga wali kelas menyebutkan rangking ketiga, barulah nama Wulan yang terpanggil. Dengan hati kesal aku langsung mengambil raport Wulan."Bu, ini gimana ceritanya, Wulan kok jadi rangking tiga?" Dengan tak sabar kulontarkan pertanyaan, begitu berada di hadapan wali kelas Wulan."Sebentar ya, Bu. Setelah selesai sesi pembagian raport ini, nanti kita adakan sesi konsultasi, bagi yang ingin," ujar guru Wulan.Masih dengan hati kesal kar
last updateLast Updated : 2022-11-12
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status