Home / Pernikahan / Istri Pelit Bin Medit / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Istri Pelit Bin Medit: Chapter 11 - Chapter 20

59 Chapters

Part 11

Part 11Pov TamiAku pulang dengan rasa geram yang membuncah di dada. Berani sekali mereka mempermalukanku. Bang Suryo juga, bukannya membelaku malah diam saja. Malah sibuk membela-bela Dina.Aku memang tau, bagaimana hubungan Bang Suryo dengan Dina. Mereka hanya teman. Tapi entah kenapa, sore ini aku bagai dibakar rasa cemburu. Bagaimana tidak, keadaan kami saat ini sedang tak baik-baik saja, Dina malah muncul."Mak! Maaak!" Jeritku memanggil Emak begitu sampai rumah."Apa sih Mi? Maghrib-maghrib jejeritan." Emak datang dari dapur dengan raut kesal mendengar panggilanku."Sini dulu!" Kutarik Emak ke kamar dan kukunci pintu supaya tak ada yang mengganggu."Nanti malam kita ke rumah Mbah Ranem pokoknya Mak! Geram kali aku dibuat mereka.""Coba tenang dulu. Mereka siapa?" Tanya Emak tak paham.Aku pun menceritakan kejadian yang baru saja terjadi. Mendengar ceritaku wajah Emak pun berubah jadi kesal.
last updateLast Updated : 2022-10-24
Read more

Part 12

Part 12.Selesai sarapan, aku segera mengantar Bang Suryo dan Wulan ke depan untuk berangkat. Bang Suryo dan Wulan memang terkadang berangkat bersama, karena sekolah Wulan searah dengan tempat kerja Bang Suryo. Sepeninggal Bang Suryo, baru saja kaki ini akan melangkah masuk ke dalam rumah tiba-tiba Bik Nur datang dengan sepeda kesayangannya. Pagi-pagi udah bertandang aja, kebiasaan! Gak tau apa, orang lagi banyak kerjaan."Lho, Mi, kamu di sini?" Bik Nur bertanya padaku dengan wajah heran sekaligus tak suka."Iyalah. Kenapa emangnya? Bibi gak suka, aku balikan sama Bang Suryo?""Ya bukan gitu. Heran aja sih, kok tiba-tiba. Suryo juga gak ada cerita ke Bibi kalo kalian mau balikan.""Emang semua-semua harus cerita ke Bibi gitu?""Ya gak juga sih.""Bibi bawa apa tuh?" Pandanganku beralih ke bungkusan kresek yang dibawa Bik Nur."Ini? Lauk, tadinya mau untuk Suryo. Tapi kalo Suryonya udah pergi, ya udah
last updateLast Updated : 2022-10-25
Read more

Part 13

Part 13.Hari Sabtu pun tiba, kami bersiap-siap akan pergi rewang ke rumah Mbak Ratih. Kebetulan Bang Suryo libur hari ini, jadi bisa ikut rewang dari pagi.Aku mematut diri di depan cermin buluk milik kami. Kukenakan pakaian terbaik yang kupunya, dan mempercantik diri semaksimal mungkin. Tak lupa kukenakan kalung dengan bandul berbentuk hati besar, gelang rantai, dan cincin empat buah, dua kanan, dua kiri. Sengaja aku tak menggunakan gelang keroncong, karena akan kupakai besok saat hari H nya.Setelah selesai berdandan, aku segera keluar kamar, mengajak Bang Suryo dan anak-anak untuk segera pergi menuju rumah Mbak Ratih."Gak sarapan dulu Mak? Aku laper." Rengek Wulan."Udah di sana aja! Di sana banyak makanan nanti. Kalian bisa makan sepuasnya."Mendengar jawabanku, kali ini Wulan tak membantah seperti biasanya Tanpa menunggu lama kami segera menuju rumah Mbak Ratih. Mbak Ratih itu dulu sebenarnya mantan calon Kakak
last updateLast Updated : 2022-10-26
Read more

Part 14

Part 14Selesai makan aku kembali ke depan untuk melanjutkan rewang bersama para ibu-ibu. Akhirnya bisa makan enak juga, walaupun harus melalui drama yang memalukan.Saat aku sampai di tempat ibu-ibu berkumpul tadi, ternyata mereka sudah pada selesai mengupas bawang dan racik-racik yang lainnya. Hanya tinggal beberapa saja yang masih memetik tauge."Lho, Bik, udah siap ngupas bawangnya?" Tanyaku pada Bik Nur yang masih duduk di tempatnya sambil bergosip ria."Udah dari tadi, Mi. Telat dirimu!"Aku hanya cengengesan menanggapi perkataan Bik Nur.Mataku memperhatikan sekeliling, mana tahu ada yang bisa kubantu-bantu lagi. Soalnya kalau tak terlihat bantu-bantu, nanti aku dikira cuma numpang makan lagi. Tapi emang bener sih.Saat pandanganku sedang menyapu sekeliling. Kulihat di depan rumah ada Kak Rani sedang bercakap-cakap serius dengan Mbak Ratih dan saudara-saudara yang lain. Sepertinya Kak Rani baru datang. Parah! Udah
last updateLast Updated : 2022-10-27
Read more

Part 15

Part 15"Bang Yo, Mi ... Kenalin ini istriku, Dea." Bang Radi memperkenalkan wanita cantik tadi sebagai istrinya.Aku menelisik istri Bang Radi dari bawah ke atas, atas ke bawah lagi. Kuno banget! Gantungannya gak ada sama sekali. Cuma ada cincin sebiji di jari manis tangan kirinya, yang kutebak pasti itu cincin pernikahan."Dek, kok gitu liatinnya? Kasian itu Deanya dari tadi ngulurin tangan gak disambut-sambut. Keburu pegel," ucap Bang Suryo menyadarkanku yang asyik menyoroti tiap inchi tubuh Dea.Aku langsung menegakkan tubuh dengan angkuh dan membusungkan dada, menyambut uluran tangan Dea. "Tami ... Istri Bang Suryo, sepupunya Bang Radi." Sengaja kugoyangkan sedikit tanganku ketika berjabat tangan agar gelang yang kupakai ikut bergoyang, supaya Dea yang melihatnya jadi ngiler."Dea," ucapnya pendek dengan senyum yang terlihat agak risih. Mungkin dia risih, karena bersentuhan dengan emas-emas yang ada di tanganku. Udik sih, g
last updateLast Updated : 2022-10-28
Read more

Part 16

Sepanjang perjalanan pulang, aku bahagia sekali. Bahagia dong, udah berhasil menjarah gudang makanannya Mbak Ratih. Walau di akhir, sempat ketahuan Kak Rani, masa bodo lah! Yang penting dapat makanan enak-enak secara gratis. Lagian, gak mungkin juga Kak Rani ngadu ke orang lain. Kalau dia ngadu, sama aja dia mempermalukan dirinya sendiri."Kenapa kamu, Dek, senyam-senyum terus? Sawan ya?" Tanya Bang Suryo yang menatapku dari kaca spion motor."Enak aja! Aku tu lagi hepi, Bang. Secara ... dua hari ini bakal makan enak terus. Gak perlu masak-masak lagi.""Gitu aja, hepinya minta ampun, Dek, Dek," ucap Bang Suryo sambil geleng-geleng kepala.Sampai di rumah, aku segera meletakkan bungkusan berisi makanan tadi di meja makan. Setelah itu, aku bergegas mandi dulu. Gerah sekali rasanya, dari pagi harus berjubel dengan para ibu-ibu yang rewang."Dek, aku sama Wulan makan duluan ya? Laper," ucap Bang Suryo setengah menjerit, karena aku sudah berad
last updateLast Updated : 2022-10-29
Read more

Part 17

Aku terbangun di ruangan bernuansa pink-biru langit. Entah kamar siapalah ini, yang jelas tempat tidurnya empuk banget, gak seperti punyaku di rumah.Begitu aku membuka mata, aku langsung disambut oleh sorot mata khawatir dari orang-orang yang berada di sekelilingku. Bang Suryo, Kak Rani, dan ... Dea!Aku hampir pingsan lagi melihat wajah chubby Dea yang putih berkilau, syukurnya Bang Suryo segera menyadarkanku dengan menepuk pipiku."Kamu kenapa, Mi? Kok tiba-tiba pingsan? Hari ini bukan bikin malu, malah bikin khawatir orang!" Ucap Kak Rani ketus, walau ketus ada nada khawatir terselip di sana. Apa aku harus pingsan terus ya, untuk mengambil hati Kakak iparku ini?"Iya, Dek. Kamu kok tiba-tiba pingsan? Ada yang sakit atau gimana?" Tanya Bang Suryo dengan perhatiannya."Enggak kok Bang. Aku cuma shock aja tadi, abis liat demit," jawabku asal. Tapi bener-bener seperti demit harga skincare tadi, bikin aku merinding."Ah, ada-ada a
last updateLast Updated : 2022-10-30
Read more

Part 18

Part 18.Aku yang melihat keadaan Bang Suryo begitu, langsung berlari ke arahnya."Bang, kenapa kaki Abang? Kok bisa begini?" Tanyaku dengan hati tak menentu, diliputi kecemasan. Padahal tadinya aku ingin curhat tentang Bik Nur, alamat gak jadi nih kalau begini."Kena kaca tadi, Dek, di kerjaan.""Ya ampun, Bang. Kok bisa, sih? Emang Abang gak hati-hati?""Udah hati-hati, Dek. Namanya juga musibah.""Kak, kalo bisa, dibawa berobat Bang Suryonya ya, Kak. Soalnya tadi kami liat, lukanya lumayan dalam," ucap salah satu teman Bang Suryo, sambil membantu Bang Suryo duduk di sofa ruang tamu."Iya, nanti aku bawa," jawabku cepat. Padahal dalam hati ogah. Sepeninggal teman-teman Bang Suryo, aku langsung membantu Bang Suryo membersihkan badan. Agak ribet sih, soalnya kaki Bang Suryo yang luka, tak bisa dibuat menapak ke lantai."Dek, habis ini kita berobat ya? Biar cepat sembuh Abang," ucap Bang Suryo setelah s
last updateLast Updated : 2022-10-31
Read more

Part 19

Part 19Hingga hari ketiga Bang Suryo dirawat, barulah pihak rumah sakit memperbolehkannya pulang. Padahal kulihat keadaan Bang Suryo sudah membaik sedari lama. Memang dasar pihak rumah sakitnya aja, pengen cari untung.Sepanjang perjalanan pulang aku terus saja cemberut. Bagaimana tidak? Ternyata biaya Bang Suryo dirawat selama tiga hari beserta tetek bengeknya hampir mencapai dua juta. Terpaksa aku harus menjual emasku lagi untuk melunasinya, karena hasil menjual emas yang pertama hanya dapat sejuta lebih sedikit. Serasa habis dirampok aku. Kesel!Sampai rumah aku masih terus manyun, Bang Suryo yang baru turun dari motor mungkin heran melihat tingkahku seharian ini."Kamu kenapa, Dek? Dari tadi kok manyun terus," tanya Bang Suryo tanpa rasa bersalah."Gara-gara Abang ni! Emasku mental dua. Hiks," ucapku terisak menangisi nasib malang emas-emasku."Oalah, maafin Abang ya, Dek. Nanti kalo ada rezeki, Abang ganti deh, Dek."
last updateLast Updated : 2022-11-01
Read more

Part 20

Part 20"Abang ketahuan, Dek," jawab Bang Suryo lirih, nyaris tak terdengar."Hah? Ketahuan apa maksud Abang?" Tanyaku langsung duduk di samping Bang Suryo."Tadi Abang mau ngambil besi sesuai saran kamu, Dek. Tapi karena kaki Abang masih susah dibuat jalan, akhirnya ketahuan teman Abang, dan langsung diadukan ke bos."Spontan aku menepuk jidat mendengar penuturan Bang Suryo. Bisa-bisanyalah Bang Suryo ketahuan. Apa gak bisa main cantik sedikit?"Tapi kamu gak dipecat kan, Bang? Mereka bilang apa?""Mereka nanya, apa aku selama ini sering nyuri bahan bangunan?""Jadi kamu jawab iya?" Spontan aku bertanya, takutnya Bang Suryo terlalu polos dan akhirnya jujur ke bosnya."Ya enggaklah, Dek. Emangnya aku gila apa? Malah aku bohong ke mereka kalo aku terpaksa nyuri untuk bayar biaya perawatanku kemarin.""Nah, gitu dong. Emang pinter suamiku ini," ucapku sambil menepuk-nepuk pundak Bang Suryo dan memberikann
last updateLast Updated : 2022-11-02
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status