Semua Bab Kuceraikan Suamiku, Kunikahi Pengacaramu: Bab 51 - Bab 60

102 Bab

Mau Mampir?

Mendadak lidah Dayana pun kelu, Dayana semakin tertunduk kala Sagara turun dari mobil, pria itu masih belum menyadari keberadaan orang lain di sekitarnya, ia terfokus pada ponsel yang sedari tadi ada di genggamannya. Pria itu terus berjalan hingga berada tepat di depan Bella dan kawan-kawan. “Ehem,” deham Lala yang notabene tak mengenal siapa pria di depannya. Sagara menoleh ia menatap Lala datar dan kembali melanjutkan langkah kakinya. Ia menghampiri Dayana yang masih diam terpaku. “Bernapas Day,” peringat Sagara seraya membantu Dayana membuka pintu. “Mas, aku harus menjawab apa?” tanya Dayana lirih. Sagara menoleh dan menghentikan kegiatannya. “Kalau kamu percaya dia sahabatmu ceritakan apa adanya jika tidak … jangan bercerita apapun.” Ucapan Sagara membuat Dayana termenung sejenak ia melirik keempat temannya dengan ekor matanya dan menghela napas berat. “Apa tidak papa?” “Tidak ada yang harus dikhawatirkan, persidanganmu akan selesai. Hak dan wasiat mendiang ibunya juga akan s
Baca selengkapnya

Bersamaku atau?

Hari berganti hari, pagi ini Dayana disibukkan dengan kegiatan rutinnya. Selepas salat shubuh tadi, dia sudah menyibukkan diri di dapur, sedangkan Bella dan Nabila sedang pergi berbelanja dan Diyas sedang sibuk bersih-bersih rumah bersama dengan Lala. Yah, sejak sabtu kemarin mereka memang menginap di rumah Dayana. Lala ditugaskan membersihkan rumah bagian depan, sedangkan Diyas bertugas merapikan bagian dalam. Tak lama, Bella dan Nabila datang bersama dengan barang belanjaan yang menumpuk. “Na‼ Ini pesanannya.” Dayana menggangguk dan mengambil alih beberapa kantung belanjaan berniat meringankan bawaan temannya itu. Wanita yang memakai pakaian rumahan dengan apron yang menutupi bagian depan tubuhnya itu dengan sigap mengolah bahan yang dibawa Bella dan Nabila. Ia lantas meminta Bella dan Nabila untuk mandi terlebih dahulu. Pagi ini Dayana tak berangkat ke tempat kerja, karena ia harus menghadiri acara sidang keputusan untuk perce
Baca selengkapnya

Kejutan dari Sagara

“Day,” panggil Aidan menghentikan langkah kaki Dayana. Wanita itu hanya diam menanti apa yang akan dia sampaikan. “Day, aku harap hasil persidangannya bisa menyatukan kita kembali ya. Aku sungguh ingin memulai semuanya dari awal, bersamamu dan mimpi kita.” “In your dream, Mas.” Dayana lantas berjalan menjauhi Aidan yang termenung dengan gigi bergemelutuk. Dayana duduk di jajaran kursi yang disediakan pihak pengadilan agama, sedangkan Aidan duduk di sisi seberangnya tatapan mata pria itu terus memperhatikan gerak-gerik Dayana membuat wanita yang kala itu masih mengenakan cardigan rajutnya risih. Dayana berusaha mengalihkan perhatiannya dengan memainkan ponsel yang ia genggam, saat sedang asyik berselancar di media sosial tiba-tiba ponselnya berdering singkat menandakan sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya. [Tetap tenang, abaikan saja pandangan Aidan.
Baca selengkapnya

Rela Ditidurin

“Gak usah mancing, Flo!” tegur Sagara saat Flo akan berbicara pada Dayana. “Iya, iya aku diam!” sungut perempuan itu dengan wajah cemberut. Sagara pun memakai seat beltnya dan mulai menyalakan mesin mobil. “Gak mau ngenalin gue nih?” sindir Flo karena pria di depannya justru diam saja. “Ya elah!” “Hai Daya, kenalin gue Flosiana, seperti yang tadi di persidangan. By the way, aku ini sepupuan sama Sagara yang tadi cuman bercanda doang. Oh iya, selamat atas hasil persidangannya yah,” tutur Flo dengan tangan yang terulur hendak berjabat tangan dengaan Dayana. Dayana memutar sedikit tubuhnya dan membalas jabatan tangan Flo. “Dayana. Terima kasih, Kak.” “Gak usah manggil kak, panggil aja Flo. Btw semoga kalian cepat sebar undangan yah!” ujar Flo dengan tawa khas miliknya. Sagara men
Baca selengkapnya

Pulang Bersama

“Na, ada apa?” tanya Bella memberanikan diri. Dayana masih menggeleng lemah, ia hanya diam seraya menatap layar ponselnya. Dayana hendak berlari namun Sagara sigap menangkap lengan Dayana. “Tenang dulu, jangan panik.” Dayana menghela napas berat, pelupuk matanya sudah menunggu bulir bening yang siap menetes kapan pun. “Di antara kalian ada yang bisa membawaku ke manager atau hrd hotel ini?” tanya Sagara seraya menatap tiga wanita yang sedari tadi hanya diam di tempat. “Saya bisa,” jawab Bella seraya berdiri. Pria itu mengangguk. Pandangan matanya tetap tertuju pada Dayana. “Day, kamu tunggu di sini dulu. Biar aku menghadap ke hrd dulu.” “Mas, tapi …  aku mau sekarang,” lirih Dayana menatap Sagara, sebelah tangannya meraih lengan kekar Sagara. Pria itu berjongkok menyamakan tingginya dengan Dayana.
Baca selengkapnya

Menepi Sejenak

Sagara tersenyum dan menggeleng sebagai  jawaban tawaran Dayana. “Mas harus coba ini enak sekali. Mas juga belum makan, ‘kan? Soalnya bekal aku tertinggal di mobil hitam.” Tanpa menunggu persetujuan dari Sagara, Dayana mengulurkan tangan yang menggenggam burger berukuran besar itu. “Aaa mas,” perintah Dayana dengan nada suara berusaha untuk tegas. Sagara tersenyum dan menggeleng pria itu lantas menggigit sebagian burger yang justru terdapat bekas gigitan Dayana. Wanita di sampingnya terkejut namun detik selanjutnya ia menetralkan kembali air mukanya. “Enak ‘kan?” tanya Dayana. Sagara pria itu mengangguk dan tersenyum dengan mulut yang masih mengunyah. Dayana kembali melanjutkan makannya, sesekali ia mengulurkan burger itu ke arah Sagara dan membiarkan pria itu mengganjal perutnya juga. Perjalanan Dayana masih separuh jalan, ia baru saja keluar dari tol cipali dan saat
Baca selengkapnya

Kunci Pintunya

“Mas kapan kita ketemu Ayah?” tanya Dayana lirih ia bahkan tak berani menatap mata Sagara. Pria itu tersenyum menunjukkan lesung pipi di wajah tampannya. “Sekarang juga bisa.” “Sungguh? Mas ngak capek?” “Tidak sama sekali, ayok. Kamu pamit dulu sama Rai. Mas tunggu di depan ya.” Sagara agak terkejut dengan kalimat terakhirnya, ia menyebut dirinya dengan sebutan ‘mas’ sebutan yang tak pernah ia gunakan. Dayana mengukir senyum dan mengangguk, ia berjalan menghampiri adiknya yang masih sibuk dengan dus dan isolasi. Setelah berpamitan Dayana pun segera berjalan menuju teras rumah. “Kunci pintunya yah. Jika ada tamu siapapun itu jangan dibukakan. Mbak gak akan lama, mba hanya mengantar ambulance.” Rai dan Rara mengangguk serta menjalankan perintah dan pesan Dayana. Sagara kembali mengemudikan mobilnya menuju rumah
Baca selengkapnya

Bukan Kesempatan

Seakan mengerti apa yang sedang terjadi, Dayana sudah menutup mulutnya dan tubuhnya terhuyung ke belakang. Sagara dengan sigap menangkap tubuh wanita itu dan mendekapnya erat. Dayana menangis dan meraung-raung memanggil nama ayahnya. Hati Sagara teriris iya tak sanggup melihat wanita menangis. Tubuh wanita itu limbung dan jatuh dalam dekapan Sagara. “Sus, tetap bawa ke rumah sakit.” Perawat itu mengangguk dan kembali masuk ke dalam ambulance. Sedangkan Sagara, ia membawa tubuh Dayana dalam gendongannya masuk ke dalam mobil. Sagara mengolesi minyak angin ke arah hidung Dayana. Ia memijit lembut punggung tangan Dayana. Perlahan Dayana pun tersadar, wajahnya datar dan tatapan matanya kosong. Hanya bulir bening dan dada yang naik turun menandakan jika Dayana sedang dalam keadaan tak baik-baik saja. Berulang kali ia memejamkan matanya menetralkan segala rasa yang sedang berkecamuk di dalam benaknya. 
Baca selengkapnya

Terlambat?

Dayana hanya diam, ia menatap wajah keriput wanita yang melahirkannya. Berulang kali ia menghela napas berat, lidahnya kelu dan tak sanggup menjawab pertanyaan ibunya. Tak lama pandangan wanita itu mengabur, ia pun merasa kunang-kunang berputar di kepalanya. Dan setiap orang yang ia lihat bak memiliki kembaran. “Nduk?” panggil ibunya sekali lagi. Dayana mendongak dan seketika pandangan matanya menggelap. Tubuh wanita itu terhuyung ke samping dan nyaris menyentuh kerasnya lantai ubin rumah masa kecilnya jika saja Sagara tak sigap menangkap tubuh itu. “Dayana!” pekik siapa saja yang ada di sana. “Bu, maaf saya izin membawa Dayana masuk,” pamit Sagara dengan tangan menggendong tubuh Dayana ala bridal style. Sebelum masuk ia memanggil salah seorang perawat dan dokter untuk memeriksa keadaan Dayana. Ibu Dayana mengikuti langkah perawat itu, ia khawa
Baca selengkapnya

Mengandung Anakmu?

"Maksudnya Bude?” tanya Dayana bingung. “Kalian bukannya pacaran?” Pertanyaan istri Pakde Waryu mengundang kerutan di kening Dayana semakin dalam. “Sudah-sudah ini bukan saat yang  tepat untuk membicarakan hal ini. Lebih baik kita fokus pada proses pemakaman Mas Sandi,” lerai Bude Murni, wanita itu mengajak Ratih juga istri Pak Waryo ke ruang tamu untuk menyambut para pelayat yang datang. Dayana tak ikut serta, karena wanita itu harus memberikan kabar pada pihak hotel untuk memperpanjang masa cutinya. Ia juga memilih untuk menunggu di kamar Rai bersama dengan adiknya. Di lain tempat, Aidan baru saja melenguh panjang sebagai pelepasan terakhirnya malam itu. Sedangkan wanita di bawahnya justru menatapnya dengan senyum yang mengembang. “Kamu memang selalu luar biasa, Mas. Kamu buat aku candu,” puji wanita itu seraya memainkan jemarinya di dada bidang Aidan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status