All Chapters of Kuceraikan Suamiku, Kunikahi Pengacaramu: Chapter 61 - Chapter 70

102 Chapters

Gak Nafsu, Mas!

“Maksudnya?” “Sikapmu seperti seorang istri.” Dayana hanya tersenyum tipis dan berlalu dari hadapan sepupunya. Dayana sebenarnya tak mengerti kenapa pria itu bisa menyimpulkan begitu namun, Dayana tak mau ambil pusing. Wanita itu berjalan mendekati jasad ayahnya, ia menghela napas berat sebelah tangannya menyentuh tubuh kaku pria pertama di hidupnya. “Ayah, Dayana sudah ikhlas. Semoga kita bisa kembali berkumpul di surga nanti,” ujar wanita itu pada sosok yang terbaring tanpa napas. Mendengar iqomah berkumandang, Dayana bergegas mengambil air wudhu sekaligus membersihkan tubuhnya. Ia memutuskan untuk langsung mandi, agar nanti ia bisa bergantian dengan ibunya menjaga jasad pahlawan di hatinya. Selepas salat shubuh, beberapa warga mulai datang silih berganti. Mereka mengucapkan turut berduka cita serta mengulurkan bantuan untuk mempersiapkan pemakaman Ayah Dayana. I
Read more

Ayo Masuk

“Dayana?” panggil suara perempuan yang mengalun di indranya. Dengan gerakan lamban, dua insan itu memutar tubunya dan menatap bingung pada empat perempuan yang ada di depannya. “Kalian kok bisa ada di sini?” “Kita turut berduka cita ya, Day. Kamu kenapa gak kirim kabar ke kita?” tanya Lala berjalan menghampiri Dayana. Dayana tersenyum tipis, terdapat kantung mata di bawah matanya, hidung mancungnya memerah bekas tangisannya kemarin. Dayana tak menjawab pertanyaan Lala ia hanya mengulas senyum dan menganggukkan kepalanya. Pandangan keempat temannya itu teralihkan pada genggaman tangan yang masih betah bertaut. “Mas langsung ke surau saja,” tutur Sagara mengurai genggaman mereka. Dayana mengangguk lirih. Ia pun membiarkan pria itu berangkat ke surau bersama dengan Pakde Waryo yang baru saja keluar dari rumah. “Ayo masuk,”
Read more

Sudah Sadar?

“Dayana‼” pekik Lala menyadari tubuh wanita itu terjatuh di atas pusara ayahnya. Tanpa banyak kata, satu-satunya pria yang berada di sana, Sagara menggendong tubuh Dayana. Ia bahkan melepas sarungnya untuk melindungi dan menutup bentuk tubuh Dayana yang tercetak jelas karena basah air hujan. Beruntung pria itu memakai celana selutut yang menjadi lapisan sarungnya. Sagara mengabaikan kehadiran empat sahabat Dayana yang berjalan di belakangnya. Langkah lebar disertai lari kecil itu sulit terkejar untuk empat wanita di belakangnya. Beruntung jarak pemakaman dengan rumah Dayana tak terlalu jauh sehingga pria itu tak perlu waktu lama untuk tiba di sana. Setibanya di kediaman Dayana, Sagara pun melasak masuk ke dalam rumah dan membawa Dayana ke dalam kamarnya. “Astagfirullah, Mba!” pekik Ratih terkejut. Tanpa dipinta, wanita paruh baya itu mencarikan baju ganti untuk Sagara. Ia juga
Read more

Dayana yang Aku Kenal!

Sagara terus teringat pertanyaan Pakde Waryo, ia juga teringat  dengan permintaan terakhir Sandi yang diwasiatkan pada sesepuh desa juga Kakak dari Sandi. Ia menatap layar ponselnya kosong, di sana terlihat gambar yang menunjukkan seorang pria sedang berbincang di depan gerobak cilok dengan seorang wanita mengenakan pakaian kantoran. Ia terbayang dengan ucapan Pakde Waryo yang akan menjodohkan Dayana jika saja di hari ulang tahunnya tak kunjung menikah. Ada rasa tak rela jika harus melihat Dayana bersanding dengan pria lain. Namun, ia juga tak bisa menentukan pilihan secepat itu. Masalah hati harus dipikirkan masak-masak, begitu pikir Sagara. “Mas?” panggil seorang wanita dengan suara lembut nan parau. Sagara menoleh ia menatap wajah wanita yang berdiri membelakangi sinar matahari terbenam itu membuat pahatan wajah Dayana terlihat begitu cantik. Sagara terkagum-kagum melihat kecantikan Dayana, walau terl
Read more

Aktor Hebat!

“Itu Pak,” balas Aidan tergagap ia tak tahu harus menjawab apa. Karena pada kenyataannya mereka memang sudah berpisah dan Aidan tak lagi berkomunikasi dengan wanita itu. “Itu apa Pak?” tuntut salah seorang pria yang duduk berdiri di ambang pintu. “Kami mendengar kabar tidak baik, Bapak dan Bu Dayana bercerai?” tembak seorang notaris yang membawa map dan tas kantoran. Tubuh pria tegap itu mendadak kaku, lidahnya seakan tak berfungsi dengan baik. Ia tak menyangka jika berita itu begitu cepat sampai di pihak notaris yang memegang surat wasiat ibunya. “Kenapa diam saja Pak?” “Lebih baik kita bicarakan di dalam, Pak.” Aidan pun mempersilakan tiga tamunya untuk duduk di kursi tamu. “Jadi begini ceritanya, memang benar saya dan Dayana sudah bercerai. Itu karena memang permintaannya. Beberapa minggu lalu ia kabur dari rumah dan ternyata ia sud
Read more

Mengalir dan Bermuara?

“Aku gak peduli dia siapa, Daya.” Dayana memejamkan matanya, ia terkejut mendengar nada bicara Sagara yang meninggi. “Daya maaf, aku tidak bermaksud membentakmu. Kamu tahu … aku tak suka melihat orang lain menindas dan menghinamu terus menerus.” Pengakuan Sagara membuat tubuh Dayana membeku. Ia tak tahu harus merespon senang atau bagaimana. “Sudah mas lupakan saja,” jawab Dayana setelah menimbang beberapa saat. “Untuk pria itu aku akan tetap mengurusnya, Day. Jangan cegah aku, setidaknya sebelum kamu pergi dari kampung itu kamu harus tunjukkan kalau kamu tak seperti yang mereka tuduhkan.” Dayana mengangguk, menurutnya percuma jika melawan Sagara karena pria itu tentu akan tetap bersikeras dengan cara apapun. Dua insan berbeda gender itu kembali melanjutkan kegiatannya, mereka berbelanja dan mencari sesuai dengan list yang diberikan oleh Bude Murni. Tepat pukul 11 Day
Read more

Pamit?

“Seperti yang sudah dijelaskan kepolisian tadi, Bude. Supriyatno menghina Dayana di pasar tadi.” “Ih benar-benar ya itu lakik! Ditolak lamarannya sampai segitunya dia dendam. Lagian kalau ditolak itu harusnya introspeksi diri bukan justru nyalahin orang lain. Memang kalau dari akarnya jelek mah jelek saja,” gerutu Lala ketika mendengar ulang rekaman suara Supriyatno. “Ya sudahlah, toh sudah diurus sama pihak berwajib. Ya sudah kita istirahat dulu. Ayo!” ajak Ratih menghentikan pembicaraan mereka. Dayana membaringkan tubuhnya di atas ranjang netranya menatap langit-langit kamar, ia teringat akan ucapan Sagara siang tadi. Hingga tak sadar ia pun terlelap dan berselancar di alam mimpinya. Waktu terus bergulir, sudah sepuluh hari Dayana tinggal di kampung halamannya. Pagi ini kediaman rumah Dayana terasa ramai dan ricuh. Sejak pagi tadi, Dayana dan ibunya bergantian me
Read more

Kapan Baliknya?

Setelah berjibaku selama 3 jam di jalan raya, kini mobil Sagara terparkir di halaman parkir rest area. Ia mengajak Dayana dan keluarganya untuk menikmati makan siang terlebih dahulu. Pilihan mereka jatuh pada sebuah restaurant yang menyajikan makanan khas indonesia. Setelah memesan makananya, Sagara mengajak keluarga Dayana duduk di saung yang menghadap langsung ke hamparan laut. “Mas, terima kasih ya,” ujar Dayana seraya memandang keceriaan Rai dan Rara yang sedang bermain kaki di air laut. “Karena kehadiran mas di sini memberikan sedikit tawa untuk kami yang sedang ….” “Tidak perlu berterima kasih, Day. Semua sudah ditakdirkan dan digariskan. Aku justru berterima kasih, karena berada di tengah kalian itu seperti menemukan kebahagian baru dan kehangatan keluarga yang sudah lama terpendam.” Dua insan berbeda jenis kelamin itu menatap lurus ke deburan ombak yang sesekali menggulu
Read more

Mahkota yang Terjaga

“Kamu sudah menikah? Dan kamu tidak memberi tahu ibu? Kamu anggap ibu apa?” ujar Ratih dengan raut wajah kecewa. Dayana hanya terdiam, rahasia yang selama ia pendam akhirnya mencuat juga. Wanita itu tahu jika dirinya memang salah namun, ia tak menyangka jika akan terbongkar secepat ini. “Em bu, maaf lebih baik kita duduk dulu.” Sagara mencoba menengahi ketegangan yang terjadi. Wanita paruh baya itu menurut, ia duduk di kursi tamu di depannya Dayana tengah tertunduk malu. “Jadi?” tanya Ratih menagih janji dari Sagara. Pria itu menatap Dayana sejenak, meminta izin untuk menjelaskan kejadian yang sebenarnya. “Setahun lalu, Dayana memang sudah menikah dengan seorang pria. Namun bu, itu semua Dayana lakukan untuk menyelamatkan nyawa orang lain.” “Maksudnya kamu hamil?” potong Ratih. “Tidak bu, bukan
Read more

Bujuk Rayu Saja?

Aidan mengabaikan sambungan telepon itu, ia bahkan mematikan ponselnya dan menyimpan di bawah bantal. Saat ini ia tak lagi mempedulikan Shana, karena sekarang ia sudah tahu jika wanita yang dipuja-pujanya tak lebih dari wanita malam yang menjadi bahan cicipan pria hidung belang. Ia semakin yakin jika bayi yang dikandung Shana bukanlah buah hatinya, melainkan pria lain yang menjadi teman tidurnya juga. “Enghhh,” lenguh Tania seraya merenggangkan ototnya. Aidan mengusap rambut wanita itu, ia menyambut dengan senyuman manis. “Tania, aku semakin yakin untuk meminangmu.” Tania mengerjapkan mata tak percaya. “Mas yakin?” tanyanya seraya bangkit dan duduk di samping tubuh Aidan. “Mengapa tidak? Bagaimana jika setelah rencana kita berakhir, kita menikah?” tanya Aidan mengenggam tangan Tania. Tania gelisah, ia tak tahu apakah ucapan pria di
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status