All Chapters of Kuceraikan Suamiku, Kunikahi Pengacaramu: Chapter 71 - Chapter 80

102 Chapters

Cocok Gak Mas?

“Belum tetapi akan,” jawab Sagara tenang dan santai. Berbeda dengan Dayana yang sudah dirundung kegelisahan dan salah tingkah. Tim marketing itu hanya tersenyum tipis dan kembali melanjutkan penjelasannya tentang ruangan lain juga taman belakang yang masih kosong. Wanita itu juga mengajak Dayana untuk melihat unit lain yang masih satu ukuran hanya berbeda type bangunannya. Rumah terakhir yang Dayana singgahi bergaya minimalis namun lebih terlihat nyaman dengan taman kecil di sudut rumah dengan air mancul kecil. Satu hal yang Dayana sukai dari bangunan itu adalah tangga yang mengantarkan ke pintu utama. Di lantai pertama, terdapat sebuah kamar utama, ruang tamu, ruang keluarga, dapur serta ruang makan dan kamar mandi. Sedangkan di lantai dua terdapat tiga buah kamar tambahan dengan ruang keluarga yang menghadap langsung ke arah hamparan taman komplek. “Jadi ibu suka unit yang mana?” tanya marketing
Read more

Dapat juga, Pak?

“Kamu di sini?” tanya Lala seraya menatap Dayana terkejut. “Eh iya, sama ibu, adik sama ….” “Pak Sagara, ‘kan?” lanjut Nabila dengan senyum menggoda. Bella menyenggol bahu Dayana dan meliriknya. “Cie udah makin dekat saja nih.” Dayana berusaha mengelak namun, semakin ia mengelak semakin gencar pula sahabatnya menggoda dirinya. Akhirnya, keempat sahabat Dayana ikut serta bermain di arena permainan bersama dengan adik-adik Dayana. sedangkan Dayana lebih memilih duduk di kursi tunggu bersama dengan Ratih. “Terima kasih ya, Mba. Kamu sudah menyenangkan adik-adikmu. Setidaknya Rai gak sedih lagi, ibu juga gak lihat Rai dibully. Setiap pagi, Rai selalu bantu ibu membuat jajanan pasar atau nasi kuning untuk dijual di sekolahan. Sudah lama ibu mendengar cerita tentang pembullyan itu dari Rara. Tetapi kamu tahu sendiri mba
Read more

Hati dan Harimu

Sejak pengakuan Sagara di teras rumahnya beberapa jam yang lalu membuat Dayana tak bisa tidur hingga jarum jam menunjukkan pukul 12 malam. Dayana hanya berguling ke kanan dan kiri seraya menghela napas berulang kali. Ia menyalakan ponselnya lantas menutupnya kembali. Dayana membaringkan tubuhnya menatap plafon rumah berwarna putih. Terlintas raut wajah Sagara pria yang belakangan ini selalu ada di dekatnya. Wajah pria itu ketika tersenyum, serius bahkan ketika ia sedang jahil. “Apa aku jatuh cinta padanya? Seperti ia kepadaku? Apa kali ini perasaanku terbalaskan?” Begitu banyak pertanyaan yang terlintas di benak Dayana. Dering di ponselnya mengalihkan perhatian Dayana, wanita itu meraih gawainya dan menatap nama yang tertera di layar berukuran 6,5 inc. Dayana tampak ragu, ia bingung harus menggeser tombol hijau atau merah. Hingga entah bagaimana terdengar suara barithon yang menyapanya. &
Read more

First Kiss?

“Mas kenapa makin pelosok ya?”  tanya Tania mengedarkan pandangan ke arah sekitar. “Perasaan dulu jalannya gak gini deh. Apa kita nyasar Mas?” wanita itu tampak panik, apalagi di samping kiri dan kananya hanya terdapat tebing berbatu yang curam. “Tenang dulu, siapa tahu di depan sana ada rumah warga yang bisa kita tanyai.” Aidan mencoba tetap tenang walau di dalam hatinya timbul rasa panik dan bingung. Tania tampak gelisah di dalam duduknya berulang kali ia menegok ke arah belakang dan samping mobil. “Mas gimana kalau habis bensin di tengah jalan?” Ucapan wanita itu menyadarkan Aidan, sejak kemarin ia belum mengisi bahan bakar mobilnya. “Mas kita putar balik saja. Kita cari lokasi lain yang tidak di sini.” “Tidak apa. Bensinnya masih ada kok.” Tania mendesah pelan, di depan sana terlihat gelap dan berkab
Read more

Sudah Bangun?

Sagara menyimpan kembali surat itu ke dalam kotak dan meletakkannya di atas nakas. Pria itu membaringkan tubuhnya di atas kasur berukuran king size yang dibalut bedcover tebal bermotif salah satu club bola favoritnya. Lambat laun rasa kantuk pun menyerang pria kelahiran 95 itu. Ia memejamkan mata dan masuk ke alam mimpinya. Suara adzan shubuh yang berkumandang memanggil umat muslim untuk menjalankan tugasnya pun terdengar sayup di teling Dayana. Wanita itu bergegas bangun dari tidurnya, ia terduduk di pinggir ranjang, netranya menatap ke sekeliling kamar yang baru saja ia tempati. Rumah yang terasa nyaman dan teduh, terlebih ia bisa berkumpul dengan adik juga ibunya. “Nduk, sudah bangun?” panggil Ratih mengetuk pintu kamar Dayana. “Sudah bu,” sahut Dayana dari balik kamarnya, ia masih mengumpulkan nyawa yang tertinggal di alam mimpi. “Ya sudah ibu tunggu di bawah ya, kit
Read more

Hamil Nganggur Mba?

Byurrrrr Semua orang menatap kejadian di atas tangga hotel. Tubuh wanita itu kaku, ia terdiam dalam dekapan seorang pria yang menyemapirkan jasnya melindungi tubuh Dayana. “Sa –sa –sa –sagara …,” ujar wanita yang melakukan penyiraman pada Dayana. Tubuh tegap Sagara tampak basah dan berbau amis. Ia mengabaikan panggilan wanita buncit di belakangnya. “Kamu gak papa?” tanya Sagara dengan suara lembut mengalun di indra pendengaran Dayana. Wanita itu masih memproses kejadian yang menimpa dirinya. “Day? Sayang?” Untuk pertama kalinya, Sagara memanggilnya dengan sapaan sayang. Dayana mengangguk lirih ia menahan tangisnya, ia tak menyangka keberangkatannya disambut dengan kejadian tak terduga seperti sekarang ini. Sagara melepas jas yang menutupi tubuhnya dan Dayana. Pria itu berdiri tegap tanganny
Read more

Membersihkan Sudut Bibir?

“Saya teriak kalau bapak macam-macam ya,” ujar Bella terus meronta dari kurungan Randi. Pria itu menyungging senyum di wajahnya tatapan mata pria itu tertuju pada bibir merah Bella.  “Coba saja, ruangan ini kedap suara bukan? Dan di lantai ini hanya ada kita berdua.” Bella merutuki kebodohannya, wanita itu terus memikirkan cara untuk lepas dari pria di depannya. Bella lantas tersenyum ia berkata, “Memangnya bapak mau sama saya?” Randi lagi-lagi tertawa sebelah tangannya bergerak mengusap dagu Bella, sejujurnya tubuh wanita itu meremang merasakan kulitnya tersentuh telapak tangan Randi. “Kenapa tidak?” Randi mengikis jarak, ia merasa di atas angin, Bella berpura-bura memejamkan mata. Namun, saat bibir Randi hampir menyentuh bibirnya Bella menginjak kaki Randi dengan high heelsnya membuat pria itu menjerit dan melepaskan kurungannya. 
Read more

Pengukuhan Hati

Dayana mengendikkan bahunya, ia sendiri juga tak tahu banyak tentang menaklukkan pria. Bella hendak bersuara namun ia urungkan kala ponsel Dayana berdering nyaring. “Hallo Mas?” ujar Dayana setelah gawai berwarna sage green itu menempel di indra pendengarannya. “…” “Oh, iya. Sebentar ya Mas.” Dayana meraih totebagnya, setelah itu memutuskan sambungan telepon. Dayana merapikan kursi kerjanya dan menata file yang akan ia kerjakan di rumah nanti. “Sudah Bell. Ikutin saja alurnya. Yang penting jaga diri saja, jangan sampai tergiur. Coba deh mulai besuk pakai baju yang longgar dan gak kekurangan bahan siapa tahu Pak Randy jadi berubah pikiran.” Bella tersenyum mendengar ucapan Dayana, ia seakan tahu cara agar bos barunya itu tak melulu memandangnya nafsu. Wanita berusia 22 tahun itu memeluk Dayana dan mengucapkan terima kasih beru
Read more

Kucing dan Ikannya

“Ganes?” tanya Aidan menebak nama wanita itu. “Masih ingat saja sih, jangan-jangan ingat yang lain juga nih,” ujarnya dengan nada menggoda. Aidan tersenyum simpul. “Kenapa?” “Mobilku mogok, mana gelap banget lagi.” Wanita itu merapatkan tubuhnya pada Aidan, membuat Aidan merasakan darahnya mendidih. “Aku sih sudah telepon bengkel katanya gak bisa ambil sekarang. Aku cari ojek online gak ada yang ambil ordernya. Karena sudah malam kali ya.” “Mau aku antar?” tawar Aidan, wanita di depannya mengangguk membuat bagian depannya bergoyang. Tanpa babibu wanita itu segera masuk ke dalam mobil Aidan, setelah ia mengambil barang di dalam mobil dan mengunci mobilnya. Sekuat tenaga Aidan menahan hasratnya untuk tak berbuat macam-macam namun, wanita itu justru memancingnya. Di dalam mobil ketika Aidan
Read more

Bukan Lari

Dayana membeku, ia melihat bagaimana wanita itu mendekap erat tubuh tegap Sagara. Dayana memperkirakan wanita itu berusia dua tahun lebih muda darinya. Dayana membalik tubuhnya ia berpura-pura tak kenal dengan Sagara, hatinya terasa sakit. Namun, Dayana tak mampu mengutarakan itu semua. Wanita berusia 22 tahun itu berjalan seraya menahan tangisnya, rasanya ia ingin cepat-cepat meninggalkan mall tersebut. Dayana merealisasikan keinginannya ia mendorong troli dengan cepat dan bergegas menuju kasir. Saat dirinya akan berbelok ke arah kasir sebuah tangan kekar menahan laju troli itu. “Kenapa ninggalin aku?” Suara yang sebelumnya menjadi candu dan menenangkan itu tak lagi berdampak baik, yang Dayana ingin lakukan justru menangis dan berlari dari sana. Namun, kaki wanita itu seakan berat untuk melangkah. “Ini Mba Dayana, Bang?” tanya wanita muda yang masih melingkarkan tangannya di lengan Sagara.
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status