"Akbar nanti pulang jam berapa, Nak?"Dokter Radit bertanya pada anakku. Entah kenapa hati ini merasa sungkan, pasti dokter Radit berniat untuk menjemput Akbar."Jam dua, Om.""Tungguin Om ya. Nanti Om yang antar pulang."Nah kan?"Jangan Dok--?"Tatapan Dokter Radit membuat ucapanku terpotong."Nggak papa Al, lagian kamu 'kan nggak bawa mobil. Jadi kamu juga biar skalian saya yang antar nanti."Hah?Kedua alisku terangkat. Tak mengerti."Saya bisa pulang naik taksi, Dok. Akbar juga bisa saya yang jemput. Dokter jangan repot-repot. Sudah dikasih tumpangan pagi ini saja, kami sudah sangat berterima kasih.""Yah, Mama, Akbar nggak mau naik taksi, Akbar mau dijemput sama Om Radit aja. Boleh 'kan Om?""Tentu boleh, kan tadi Om Radit yang nawari.""Yeyy!"Aku menghela napas melihat tingkah Akbar hari ini. Tidak biasanya dia dekat dengan orang lain, apalagi jika itu lelaki. Tapi, kenapa dengan dokter Radit, Akbar bersikap lain?"Kalau Mama Akbar mau naik taksi, yaudah nggak papa. Berarti Om
Read more