Share

21. Ada Apa Dengan Mas Radit

Kami menuruni bus lalu menaiki taksi agar sampai di rumah sakit. Di setengah perjalanan, ponselku tiba-tiba berdering. Kurogoh benda itu lalu lekas mencari tahu siapa yang kini sedang menelpon.

Dokter Adam.

Kuluangkah waktu untuk mengangkat panggilan tersebut.

[Assalamualaikum Dok.]

[Waalaikum salam. Maaf saya tidak menemukanmu di ruangan, kamu sakit?]

Kuhela napas panjang. Dokter Adam membuat perasaanku kembali bergejolak.

[Saya ijin ke Jakarta, Dok.]

[Ke Jakarta?]

Sejenak bibir ini terasa kelu.

[Saya ke Jakarta menjenguk Ayahnya Akbar yang di rawat di rumah sakit, Dokter.]

Dia terdiam.

[Kamu kembali padanya?]

[Belum, Dok.]

[Hem ... Harusnya saya bisa ikut mengantar?]

[Tidak usah repot-repot, Dok. Saya bisa pergi berdua dengan Akbar.]

[Boleh saya menyusul?]

[Untuk apa, Dok?]

[Hanya untuk memastikan kalian tidak kembali pulang dengan menaiki bus.]

[Tidak usah, Dok. Kami tidak apa-apa naik bus.]

Dia tampak menghela napas.

[Yasudah, berhati-hatilah.]

[Iya.]

Kututup telpon dari dokter Ad
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status