/ Romansa / Skandal Perdana Pengacara Galak / 챕터 31 - 챕터 40

Skandal Perdana Pengacara Galak의 모든 챕터: 챕터 31 - 챕터 40

65 챕터

Chapter 31 - Fakta di Balik Pelecehan Clara

Caca bisa melihat interaksi keduanya dari jarak jauh. Mereka nampak seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Saat Fida menjauh dari Devaro, ia pun langsung bergegas menghampiri laki-laki itu untuk mencari tahu kebenarannya."Devaro!" seru Caca. Ia menepuk bahu lelaki itu cukup keras.Sontak, Dev kaget. Karena tiba-tiba ada yang menyentuh organ tubuhnya. Ia pun langsung menoleh ke arah gadis itu dan menatapnya kosong."Kenapa lihatin gue kayak gitu? Biasa aja kali, Dev," ujar Caca.Dev bingung ingin berkata apa, karena ia takut jika gadis bar-bar ini melihat saat ia dan Fida bertengkar tadi."Ngapain lu ke sini? Bukannya kita nggak satu fakultas?" tanya Dev penasaran.Ia menaikkan sebelah alisnya. Karena Caca menatapnya dengan mata menyipit."Emangnya gue nggak boleh jalan-jalan ke fakultas hukum? Hak asasi dong!" sahutnya."Terserah lu, deh. Bye, gue cabut duluan."Ia berbalik dan meninggalkan gadis itu sendiri. Dalam hati, Caca melontarkan sumpah serapah mengenai tingkah Dev
더 보기

Chapter 32 - Mencintai Tak Harus Memiliki

Brukkkkk! Brukkkkk! Brukkkkk!Fida mengobrak-abrik seisi kamarnya. Ia sangat frustasi karena diputuskan oleh Devaro secara tiba-tiba. Ia tak terima dipermainkan seperti boneka."Kamu pikir kamu siapa Dev? Aku nggak akan menerima semudah itu! Lihat saja apa yang akan aku perbuat terhadap perempuan yang sudah merebut kamu dari aku!" marahnya bermonolog.Ia pun menghapus air matanya. Karena menangis bukan ciri khas seorang Fida yang sekarang. Ia tidak boleh lemah hanya karena gagal dalam bercinta.Drt ... drt ... drt ....Ponsel Fida bergetar. Hal itu langsung mengalihkan perhatiannya. Ia langsung meraih benda pipih berwarna hitam itu.STARLAHARI INI LU DAPAT ORDER. CEPAT BERSIAP. ALAMATNYA UDAH GUE SHARE-LOK.Pesan dari rekannya itu membuat semangatnya membara. Karena dengan pekerjaan ini ia bisa mendapatkan kenikmatan yang tidak bisa ia dapatkan dari mantan kekasihnya, Devaro."Saatnya beraksi!"Tanpa berpikir panjang, ia langsung bersiap untuk melayani customernya. Ia harap kali ini
더 보기

Chapter 33 - Rasa yang Hilang

Clara duduk termenung sembari menatap langit-langit rumah. Ia memperhatikan sekeliling yang sedikit berantakan. Ia pun merapikan rumahnya, tepatnya rumah baru yang dihadiahkan oleh orang tua Devaro."Aku rasa gabutku akan hilang jika aku beres-beres rumah," ujarnya bermonolog.Saat ia hendak mengambil kemoceng, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya.Tok! Tok! Tok!"Astaga, siapa coba yang datang di siang bolong begini?" gerutunya.Ia pun langsung membuka pintu rumah utama. Dan betapa terkejutnya ia ternyata dia ...."Hai, Clara," sapanya ramah.Clara langsung membanting pintu hingga suara gebrakan berbunyi nyaring. Grakkkk!Ia menyenderkan tubuhnya pada pintu. Napasnya terengah-engah walaupun ia tidak habis olahraga."Astaga, ngapain dia ke sini? Bagaimana dia bisa tahu kalau aku dan Devaro pindah ke sini?" tanyanya bermonolog.Karena penasaran, ia mengintip laki-laki itu dari balik jendela kaca. "Ya Allah, kenapa masih di sini sih, Al? Padahal aku udah ngasih kode lewat gebraka
더 보기

Chapter 34 - Benci Kebohongan

Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu terdengar lagi. Padahal Algo baru saja pergi dari rumahnya. Hal itu membuatnya kesal sendiri."Astaga, ada tamu lagi."Clara yang baru selesai mencuci muka langsung pergi ke pintu utama. Sebelum membukakan pintu, ia mengintip dari jendela siapa yang datang. Karena ia tak mau sampai kecolongan seperti tadi."Oh, ternyata suami aku. Huh ... akhirnya bisa bernapas lega," ujarnya bermonolog.Krekkk ...."Welcome my cute husband."Clara menyambut suaminya dengan wajah berseri-seri. Rasanya ia bahagia bisa bertemu dengan Dev. Padahal setiap hari mereka bertemu dalam satu atap.Namun, tetap saja. Rasanya selalu rindu saat ia tak kunjung memberi kabar."Kenapa lama banget bukain pintunya? Lagi semedi di dalam?" tanya Dev.Ia langsung nyelonong masuk tanpa mengatakan pesan rindu kepada istrinya. Sangat tidak mencerminkan dirinya."Aku tadi di kamar mandi, Dev. Jadi ya butuh waktu untuk berjalan sampai sini," balas Clara."Oh iya, pasti kamu laper banget, kan?
더 보기

Chapter 35 - Jiwa Psikopat

Devaro mulai menyusun strategi untuk memberikan Arya sebuah pelajaran yang tidak akan pernah ia lupakan. Ia tidak terima dengan perlakuan kurang ajar dosen biadab itu terhadap istrinya."Menurut lu pelajaran apa yang cocok untuk hewan buas seperti Arya?" tanya Devaro penuh penekanan.Ia duduk sembari mengetukkan jari-jarinya. Otaknya terus berpikir dan menyusun rencana untuk balas dendam."Gue nggak tahu sih, Dev. Tapi kayaknya lu harus memberikan pelajaran yang tidak akan pernah binatang itu lupakan. Karena jika binatang seperti dia terus dibiarkan, akan merusak peradaban dunia ke depannya," jawab Denis."Kayaknya rencana ini bakalan berhasil," batinnya.Ia langsung beranjak dari tempat duduknya. Matanya mengisyaratkan rasa balas dendam yang begitu bergejolak."Lu mau ke mana, Dev?" tanya Denis.Ia mengerutkan keningnya tak mengerti dengan perubahan raut wajah Devaro yang begitu menakutkan seperti mafia."Jangan bilang lu mau nyamperin tuh dosen," tebaknya.Devaro tersenyum miring de
더 보기

Chapter 36 : Menjadi Papa Dadakan

Dev sebenarnya masih marah pada Clara, namun entah mengapa ia terus merasa kepikiran sebelum melihat wajah istrinya yang manis."Kenapa tiba-tiba perasaan gue nggak enak ya?" tanya Devaro bermonolog.Ia pun menambah kecepatan mobilnya agar segera sampai di taman kota. Ia takut terjadi sesuatu pada istrinya. "Ya Allah, lindungi istri hamba."Selang beberapa menit kemudian, Dev sampai di taman kota. Namun, ia sama sekali tidak melihat keberadaan istrinya. Karena di sana sangat sepi.Ia pun menepikan mobilnya dan mulai mencari Clara."Hiks ... hiks ... hiks ... Mamaaaa!" teriak gadis kecil sembari menangis dengan kencang."Astaga, anak siapa ini? Kok nggak ada yang jaga," gerutu Devaro.Ia pun menghampiri gadis kecil itu. "Hai, Dek! Mama kamu di mana? Kenapa bermain ke taman sendirian? Ini sudah hampir magrib loh.""Mamaaaaaaa ...!" teriak gadis itu.Devaro merasa bingung dengan gadis kecil yang ia temui ini. Karena malah semakin menangis kencang. "Tenang, Sayang. Om bukan orang jahat
더 보기

Chapter 37 - Salah Pilih Lawan

Fida membuka isi ponsel Clara yang didalamnya banyak terdapat foto mantan kekasihnya, Devaro. Ia sangat cemburu. Karena Clara dan Devaro terlihat sangat dekat dan bahagia. Padahal harusnya ia yang berada di posisi Clara."Dasar cewek pelakor. Bisa-bisanya lu ngerebut Dev dari gue. Nggak! Gue nggak akan biarin hidup lu tenang di atas penderitaan yang gue rasain," ujar Fida.Ia menghapus satu per satu foto mereka berdua. Karena ia sangat benci jika apa yang seharusnya ia miliki harus menjadi milik orang lain.Saat men-scroll beranda sosmed Clara, Fida menemukan sesuatu yang belum gadis itu hapus. "Kayaknya gue pernah lihat cowok ini. Tapi di mana?" tanya Fida bermonolog.Ia mencoba mengingat wajah laki-laki yang berfoto dengan Clara di sebuah pantai. "Apa dia ketua BEM kemarin? Ah ... ya, itu dia. Algo Mahesa Rahendra. Jadi, Clara pernah ada hubungan sama nih cowok. Keren, sih."Ia menyebikkan mulutnya. Ia sama sekali tidak merasa heran. Namun, ia merasa jika Clara adalah perempuan mu
더 보기

Chapter 38 - Rencana yang Gagal

Devaro sedang melacak ponsel Clara. Beruntung, ponsel itu dalam keadaan bisa dilacak olehnya. Hal ini memudahkan ia menemukan di mana Fida, si perempuan ambisius itu menyekap istrinya."Akhirnya rute ditemukan. Oke, Sayang, aku akan datang menyelamatkanmu," ucap Devaro."Papa udah nemuin keberadaan Mama?" tanya Tania yang duduk di sebelah Devaro."Iya, Cantik. Kita akan menemukan Mama kamu," balas Devaro dengan senyum mengembang.Entah mengapa, ia merasa jika gadis kecil ini membawa keberuntungan baginya. Ia pun tidak enggan untuk mengajaknya. Karena ia juga tak tega jika melihat anak kecil yang sudah tak punya orang tua."Kamu siap untuk melaju kencang?" tanya Devaro penuh semangat empat lima.Tania hanya mengangguk setuju. Wajahnya nampak sumringah, karena calon mamanya akan segera ditemukan. Ia tersenyum lebar dan merasa bahagia."Oke, Papa pakaikan dulu sabuk pengamannya.""Astaga, kenapa gue malah kebawa-bawa sama anak ini, sih?"Devaro langsung geleng-geleng kepala. Ia memasangk
더 보기

Chapter 39 - Kepergok Ciuman

Fida menyiksa Clara tanpa ampun. Ia menampar dan memukul dengan sangat keras. Ia seperti binatang buas yang kelaparan tujuh hari tujuh malam.Splassssh! Splassssh! Splassssh!Clara hanya bisa pasrah dan menahan rasa perih di area wajahnya. Sangat sakit, namun ia tak bisa berkutik. Karena Fida mengikat kedua kaki dan tangannya."Gimana rasanya Clara? Apakah sakit?" tanya Fida menyerigai.Clara meringis kesakitan. Namun, sebisa mungkin ia menguatkan diri dan hatinya. Karena jika ia menangis, Fida akan semakin menjadi-jadi."Lu nggak usah sok kuat, deh. Gue tahu pasti rasanya sakit banget. Tapi ini belum apa-apa. Masih pemanasan, hahahaha."Fida tertawa jahat melihat memar di beberapa bagian tubuh Clara. Terutama wajah mulus gadis itu yang penuh luka lebam akibat tamparan dan pukulan."Kamu harus kuat, Clara. Jangan teteskan air mata kamu hanya untuk perempuan murahan seperti Fida. Kamu harus yakin kalau suami kamu akan menyelamatkan di waktu yang tepat," ujar Clara dalam hati dengan mat
더 보기

Chapter 40 - Menyusun Strategi

Devaro dan Clara sepakat untuk mengadopsi Tania sebagai anak mereka. Karena mereka merasa kasihan pada gadis sekecil itu jika hidup terlantar di jalanan.Selain itu, Tania bisa menjadi teman untuk Clara saat suaminya tidak ada di rumah, sehingga ia tidak merasa kesepian."Dev, terima kasih karena kamu setuju mengadopsi Tania," ucap Clara.Wajahnya berbunga-bunga. Walaupun Tania bukan anak kandung mereka, tetap saja kebahagiaan menyelimuti rumah tangga mereka. "Sama-sama, Sayang. Aku senang kalau kamu senang," balas Devaro. Ia tersenyum tipis."Bagaimana kamu bisa bertemu dengan Tania di taman? Kan aku sudah memberikan kode untuknya agar dia segera meninggalkan taman?" tanya Clara penasaran."Gadis kecil itu tiba-tiba muncul di hadapanku," jawabnya."Benarkah? Waw, dia anak yang jenius," puji Clara terheran-heran."Kamu benar. Dia sangat istimewa, tidak seperti anak kecil pada umumnya. Bukankah dia unik?" Mereka melihat gadis kecil itu sedang bermain boneka yang baru saja dibelikan o
더 보기
이전
1234567
DMCA.com Protection Status