Home / Romansa / Skandal Perdana Pengacara Galak / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Skandal Perdana Pengacara Galak: Chapter 41 - Chapter 50

65 Chapters

Chapter 41 - Pelajaran Untuk Dosen Biadab

Clara berjalan menyusuri koridor dengan langkah tergesa-gesa. Lima menit lagi kelasnya dimulai. Sepertinya ia akan terlambat karena terjebak macet di jalan tadi.Ia melihat ke arah jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tiga sore. Itu artinya ia akan terlambat untuk kedua kalinya di pekan ini."Astaga, lima menit lagi ada kelas praktik biologi, duh ... gimana ini?" Ia pun berlari sekencang mungkin agar bisa sampai di kelas sebelum pelajaran dimulai.Brukkkkk!Tak sengaja ia menabrak tubuh seseorang. Ia pun tersungkur ke lantai."Aw," ringisnya.Ia memegangi lututnya yang sakit akibat terbentur dengan lantai. Tiba-tiba seseorang mengulurkan tangan kepadanya.Wajahnya langsung mendongak ke atas. Setelah melihat siapa orang yang menabraknya, matanya langsung membulat sempurna. Ia tak percaya jika hidupnya sering berdampingan dengan dosen mesum itu."Kenapa aku harus bertemu dia lagi, Tuhan? Aku benci wajahnya. Aku benci semua tentangnya," batin Clara.Ia pun menangkis tangan Arya de
Read more

Chapter 42 - Kembalikan Clara!

"Baiklah, untuk rapat kali ini cukup sampai di sini. Jika nanti ada perubahan akan saya jadwalkan rapat susulan."Algo Mahesa Rahendra, selaku Presdir di fakultas hukum memang selalu menampakkan kewibawaannya. Meskipun dulunya ia kurang cakap berbicara di depan orang banyak, kini keadaannya berbeda. Ia lebih percaya diri dan memiliki kemapuan public speaking yang baik."Baik, Kak.""Oke, Al.""Silakan kalian buat pertanyaan jika ada yang kurang jelas. Untuk pertanyaannya bisa dishare lewat room chat ya. Karena setelah ini saya akan mengajukan proposal ke dekan," ucapnya."Untuk Devaro, silakan menemui saya secara pribadi," pesan Algo.Dev mengeryitkan dahi bingung. Padahal mereka tidak ada masalah, tetapi mengapa Algo ingin menemuinya secara privat? Entahlah ia juga tidak tahu.Ia membereskan berkas-berkas yang harus ditandatangani oleh dekannya. Kemudian, ia keluar duluan dari ruangan itu. "Oi Dev!" panggil Naufal, selaku bendahara BEM fakultas hukum."Iya, kenapa?" tanya Devaro."A
Read more

Chapter 43 - Mantan Terindah?

Devaro hanya bungkam. Ia tak berbicara pada Clara sedikitpun. Hal itu membuat Clara semakin tercekam. Ia sama sekali tidak tahu kenapa suaminya tiba-tiba bersikap dingin seperti ini.Ia bahkan tidak tahu apa yang suaminya bicarakan dengan Algo, mantan kekasihnya. Walaupun sekarang ia sudah melupakan Algo, hal itu tidak bisa menghapus fakta jika Clara pernah membicarakan masa depan yang indah bersamanya."Kenapa Dev tidak bicara kepadaku? Apakah aku ada salah, atau ... ia memang ingin fokus menyetir?" tanya Clara dalam hati.Ia melirik suaminya sekilas. Wajahnya sangat datar, tidak ada eskpresi sama sekali. Hal itu semakin membuat Clara bingung."Positive thingking aja, Clara, mungkin suami kamu sedang fokus nyetir," batinnya.Ia pun menatap jalanan yang lenggang. Tidak ada kendaraan yang berlalu lalang. Wajar saja sangat sepi. Rupanya jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari.Tania yang duduk di belakang sudah nampak tertidur pulas. Clara bisa melihatnya dari cermin depan. Ia pun men
Read more

Chapter 44 - Bagai Air dan Minyak

Fida melihat segerombolan mahasiswi yang sedang membuli adik angkatannya. Hal itu membuatnya geram. Pasalnya ia benci dengan perundungan yang terjadi di lingkup mahasiswa.Menurutnya, perundungan adalah salah satu tindak kekerasan yang harus segera dibasmi agar tidak menjatuhkan banyak korban. Ia benci dengan pembulian. Karena ia sering mendapat perlakuan tak menyenangkan itu sejak di bangku sekolah dasar."Kayaknya gue harus ngasih pelajaran ke tuh bocah!"Ia pun berjalan menghampiri antek-antek Anne yang sedang membuli adik angkatannya."Woi!" seru Fida.Semua pasang mata langsung tertuju ke arahnya. Termasuk Anne beserta antek-anteknya. Anne pun menaikkan sebelah alisnya. "Siapa sih dia? Berani banget bicara dengan nada tinggi?" tanya Martha."Duh, kayaknya dia bakal jadi saingan Anne, deh. Lihat tuh ... lagaknya aja kayak pemberani gitu," sahut Serly.Sedangkan gadis yang dibuli oleh Anne, langsung menggunakan kesempatan itu untuk lari dari sana. Jika tidak, maka Anne akan membu
Read more

Chapter 45 - Apa Rasa Itu Kembali?

Devaro tak sengaja menabrak seseorang yang membawa setumpuk buku dari perpustakaan. Akibatnya, gadis itu terjatuh bersama dengan buku-buku yang ia bawa.Sedangkan Dev, ia tak peduli dan memilih untuk tetap melanjutkan langkahnya. "Heh, kalau jalan lihat-lihat dong! Punya mata nggak, sih?!" teriak Fida tak terima.Namun, Devaro tak mendengar apa yang gadis itu lontarkan. Pasalnya telinganya menggunakan earphone. "Wah, minta dihajar tuh bocah!" cicit Fida. Emosinya semakin melunjak.Ia pun mengejar laki-laki itu. Ia tak menyadari jika laki-laki yang baru saja menabraknya adalah mantan kekasihnya sendiri, Devaro Mahardika Sanjaya.Saat posisinya sudah sejajar dengan laki-laki itu, Fida langsung mencabut earphone yang Dev kenakan dengan paksa. Saat laki-laki itu menoleh, Fida terkejut bukan main."Devaro!" pekiknya.Dev hanya menaikkan sebelah alisnya. Sepertinya laki-laki itu sama sekali tak merasa bersalah setelah membuat buku-buku Fida berserakan di lantai."Kamu tahu nggak, karena u
Read more

Chapter 46 - Aku Membencimu

Clara duduk manis sembari menikmati camilan kesukaannya, keripik pisang. Ia sempat membelinya saat sepulang dari kampus. Walaupun jam sudah menunjukkan pukul lima sore, ia tetap menunggu Devaro selesai meeting dengan para pengurus BEM.Ia juga sudah menitipkan anak angkatnya, Tania, pada tetangganya. Hal ini terpaksa ia lakukan. Karena ia tak bisa mengajak gadis kecil itu saat kuliah."Clara!" teriak seseorang dari arah belakang.Clara yang asik menikmati camilan sembari mendengarkan musik dengan headset tidak bisa mendengar panggilan itu.Lantas, gadis itu menghampiri sahabatnya dengan perasaan kesal."Claraaaaaa!" teriak Caca dengan lantangnya.Ia menarik headset milik Clara dan berkacak pinggang di depan gadis manis itu. Namun, ia sama sekali tidak peduli akan kemarahan Caca yang seperti Buto Ijo."Caca, kembaliin nggak?!" "Nggak. Karena headset ini, kamu jadi mengabaikan aku. Apa ini yang dinamakan sahabat?" tanya Caca dengan wajah kesal."Sahabat kamu bilang? Tapi kamu nggak per
Read more

Chapter 47- Aku yang Salah

Fida tersenyum miring melihat rasa kecewa di wajah Clara. Ia merasa puas bisa membuat perempuan itu menangis. Walaupun sebenarnya tidak ada niat dalam benaknya."Padahal gue nggak berpikir kalau lu bakal dateng dan ngerusak semuanya. Tapi it's okey, lah. Gue sedikit terhibur dengan drama ini," batin Fida.Sedangkan Devaro masih mengejar istrinya yang berlari sambil menangis."Aku harap kamu nggak berpikir macam-macam, Ra," lirihnya."Ra! Claraaa! Berhenti! Dengerin penjelasan aku, Ra!" teriak Devaro.Namun, gadis itu tetap berjalan tanpa memperdulikan apa yang ingin Dev jelaskan. Jika dibilang baperan, ia memang orang yang mudah baper. Tapi jika dibilang salah, ia tak sepenuhnya salah. Ia seorang perempuan. Juga seorang istri yang memiliki rasa cemburu. Apalagi saat mantan kekasih suaminya sendiri, mengungkapkan perasaan di depan mata kepalanya sendiri. Sungguh menyakitkan."Claraaa! Dengerin aku dulu!"Dev mengejar istrinya dan mengehentikan langkahnya dengan menarik tangan Clara. I
Read more

Chapter 48 - Lebih Baik Cerai

"Dev, aku ingin mengatakan sesuatu," ucap Clara. Ia mengaitkan kedua tangannya dan memejamkan mata sejenak."Mau ngomong apa?" tanya Dev penasaran. Ia menaikkan sebelah alisnya.Clara terdiam, memandang manik mata milik suaminya yang nampak tulus. Ia bingung harus memulai semuanya dari mana. Tapi, ia harus segera mengatakan isi hatinya pada laki-laki itu sebelum semuanya semakin runyam."Kenapa malah bengong, Ra?" Devaro geleng-geleng kepala."Aku mau kita pisah."Deg!Apa? Berpisah? Nggak ada angin, nggak ada badai, tiba-tiba minta pisah. Devaro tak mengerti apa yang gadis itu pikirkan hingga ingin mengakhiri semuanya.Bebeapa detik kemudian ...."Hahahaha!""Kamu ngelawak, Ra? Please, bercandanya nggak lucu," ucap Dev. Ia geleng-geleng kepala. Tak habis pikir dengan istrinya itu."Aku serius, Dev," sahutnya mencoba meyakinkan."Cukup." Dev menghentikan pembicaraan yang sama sekali tak berguna itu. Ia meraih tangan Clara."Kamu nggak usah ngomong yang aneh-aneh, Sayang. Aku nggak aka
Read more

Chapter 49 - Orang Ketiga

"Apa lu yakin Clara nggak akan benci sama lu nantinya? Rencana ini sangat berisiko, Dev," ujar Denis. Ia menyeruput seteguk kopi hitam.Dev tersenyum simpul. "Lu nggak usah khawatir. Gue lakuin ini demi dia. Gue cinta banget sama dia," jawabnya."Tapi lu harus ingat satu hal, walaupun semua bukti kejahatan Arya sudah terkumpul, hal itu tidak akan merubah pandangan dunia terhadap Clara," peringat Denis penuh penekanan.Tangannya mengepal. "Gue yang akan merubah dunia demi cinta!"Denis geleng-geleng kepala. "Pesan gue, jangan sampai lu buta karena cinta. Karena cinta yang lu perjuangin saat ini, bisa jadi seseorang yang akan membuat kehancuran dalam hidup lu." Denis beranjak dari kursinya. Ia menepuk pundak Dev ala laki-laki. "Gue cabut dulu, Dev. Good luck!" "Oke, hati-hati." Mereka berpelukan ala pria sejati. Dev masih memikirkan apa yang Denis katakan. Entah mengapa pikirannya menjadi tak tenang. Seperti ada ketakutan yang akan menghancurkan hatinya kelak."Apa yang dibilang Den
Read more

Chapter 50 - Best Graduation Gift

Dua tahun kemudian ...."Devaro Mahardika Sanjaya!" panggil MC dengan mikrofon.Devaro berjalan dengan langkah tegap. Wajahnya nan tampan menyita perhatian semua warga kampus yang akan wisuda. Ia terlihat modis dengan kemeja hitam bernuansa Korea."Akhirnya, gue lulus juga," lirih Dev.Ia berjalan ke arah panggung dengan ekspresi yang datar. Meski begitu, tak mengurangi aura ketampanan yang ia miliki sejak lahir.Sang dosen menjabat tangan Dev sembari memberikan tanda kelulusannya sebagai seorang magister hukum. "Selamat Devaro!"Devaro membalas jabatan tangan itu dan menerima tanda kelulusannya. "Terimakasih, Pak." Sang fotografer mengabadikan momen bersejarah itu. Begitupun dengan Clara yang sedari tadi memotret setiap adegan yang suaminya lakukan. Mulai dari saat ia berjalan hingga Dev tiba di atas panggung."Dev!" teriak Clara dari bawah panggung. Karena jaraknya terlalu jauh, Dev tak mendengarnya. Ia malah diajak fotbar dengan teman kampusnya. Hal itu membuat Clara cemburu. Seb
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status