Home / Fantasi / Dewi Kultivator Langit / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Dewi Kultivator Langit: Chapter 51 - Chapter 60

177 Chapters

51. ILMU PETAPA

Xian Ling merasakan jantungnya berdegup kencang ketika hawa gelap yang mencekam memenuhi goa. Sosok gelap yang baru saja muncul di hadapannya memancarkan aura kematian, membuat udara terasa berat dan mencekik. Ia sudah bersiap-siap mengeluarkan pedang di pinggangnya, namun sebelum ia sempat bertindak, petapa tua yang duduk di depannya hanya mengangkat satu tangan. “Pergilah! Jangan ganggu kami!” seru petapa tua dengan suara yang menggema di dalam goa. Kibasan tangannya terasa seperti angin kencang yang menyapu sosok gelap itu hingga lenyap seketika. Xian Ling terpaku. Perlahan-lahan, hawa mencekam itu memudar, digantikan oleh keheningan yang nyaris magis. Udara kembali terasa ringan, dan nafasnya yang semula tersengal kini mulai normal. “Siapa yang sedang kamu cari, Putri Mahkota?” tanya petapa tua dengan nada tenang, tatapannya yang dalam seolah mampu membaca isi hati Xian Ling. Gadis itu terdiam sejenak sebelum menjawab, “Aku mencari seorang gadis muda. Apa paman melihatnya?” P
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

52. KEPUTUSAN SULIT

Xian Ling terdiam, kebimbangan tergambar jelas di wajahnya. Dalam benaknya, ia mendengar gema ajaran Dinasti Xian yang melarang keras keterlibatan dengan ilmu para petapa, dianggap sebagai pengkhianatan yang tak termaafkan. Namun, daya tarik dari ilmu yang dijanjikan petapa tua ini begitu kuat, seolah memanggilnya dari kedalaman jiwanya sendiri.“Apa yang akan paman ajarkan kepadaku jika aku menerimanya?” Xian Ling akhirnya bertanya, suaranya bergetar.“Tiga teknik utama,” jawab petapa tua itu sambil mengangkat tiga jari kurusnya. “Pertama, Teknik Pelepasan Roh, yang memungkinkanmu memisahkan roh dari tubuhmu untuk menjelajah dimensi lain. Kedua, Teknik Penguasaan Energi Alam, yang memanfaatkan kekuatan alam di sekitarmu untuk menyerang atau bertahan. Dan terakhir, Teknik Mata Bathin, yang dapat melihat kebenaran tersembunyi, bahkan membaca niat terdalam dari lawanmu.”Xian Ling menelan ludah. Ketiga teknik itu terdengar luar biasa, hampir seperti legenda yang hanya ada dalam cerita r
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

53. RED SHADOW

Xian Ling menatap makhluk itu, kemudian menoleh ke arah petapa tua. Dalam benaknya, peraturan Dinasti Xian berputar seperti mantra 'Menggunakan ilmu para petapa adalah pengkhianatan. Hukuman mati menanti siapa saja yang melakukannya.'Namun, di saat yang sama, instingnya berteriak bahwa ia tidak akan bertahan tanpa kekuatan baru ini.“Apa yang harus aku lakukan, Paman?” tanya Xian Ling dengan suara bergetar, hatinya dipenuhi kebimbangan. Makhluk itu melangkah mendekat, dan setiap langkahnya membuat goa bergetar."Kamu harus memutuskan yang terbaik bagimu, Xian Ling! Ilmu Petapa merupakan bagian dari sejarah tanah ini yang seharusnya tidak dilupakan oleh Dinasti Xian. Aku harap Kau sebagai Kaisar wanita pertama Benua Timur bisa membangkitkan Ilmu Petapa ini kembali."Xian Ling memandangi wajah Petapa Sakti yang penuh harap terhadap dirinya. "Tapi, aku tidak berminat untuk menjadi Kaisar wanita, paman ... aku ingin menjadi Cultivator dan menjelajahi dunia lain yang lebih luas!"Petapa S
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

54. TANTANGAN PETAPA SAKTI

Malam yang pekat berubah mencekam ketika cahaya merah darah menyelimuti horizon, melahap kegelapan dengan aura yang mengancam. Udara yang tadinya dingin menjadi panas, seakan diselimuti api yang tak terlihat. Energi jahat mengalir di sekitarnya seperti racun yang menyusup ke dalam tulang. Xian Ling berdiri mematung, tubuhnya kaku oleh ketegangan, sementara tangannya tanpa sadar meraih pedang di pinggangnya, jemarinya gemetar saat menyentuh gagangnya yang dingin.“Paman,” suaranya pecah di tengah ketegangan, matanya terpaku pada cahaya merah yang kian mendekat, “makhluk apa yang mendekati kita?”Petapa tua itu, yang sebelumnya duduk tenang, berdiri dengan gerakan yang tidak biasa. Tubuhnya tampak membesar, auranya berubah, seolah kekuatan yang telah lama tersembunyi kini membungkus dirinya. Mata tuanya memandang lurus ke arah cahaya itu, penuh kewaspadaan. “Itu bukan sekadar cahaya,” katanya dengan nada rendah, suaranya berat dan penuh beban. “Itu adalah Bayangan Merah yang telah berev
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

55. TAKDIR SANG PEWARIS

Cahaya merah darah itu semakin mendekat, melumatkan kegelapan malam seperti luka terbuka yang menganga. Suara gemuruh yang menyertainya mengguncang tanah di bawah kaki Xian Ling, membuat udara seolah penuh dengan bisikan-bisikan putus asa. Goa yang semula sunyi kini dipenuhi suara ratapan panjang, seperti tangisan jiwa-jiwa yang tersesat.Xian Ling mencengkeram pedangnya, dinginnya bilah perak terasa menusuk kulit telapak tangannya. Napasnya terputus-putus, namun matanya tetap fokus pada kegelapan yang terus berubah warna. Ia melirik ke arah petapa tua di sebelahnya. “Paman, apa itu?” tanyanya dengan suara yang mencoba tetap tegar, meski ketakutan mulai menyusup ke dalam nada suaranya.Petapa tua itu berdiri dengan punggung tegak, auranya seolah berubah, menjadi sosok yang tampak jauh lebih besar dari sebelumnya. “Itu bukan sekadar cahaya,” katanya pelan, tapi cukup untuk membuat bulu kuduk Xian Ling berdiri. “Itu adalah Bayangan Merah yang telah berubah menjadi Cahaya Darah, utusan k
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

56. KULTIVASI DEWA

"Nyaris saja!" Xian Ling mengusap peluh yang menetes di dahinya. Nafasnya masih tersengal-sengal, seakan paru-parunya baru saja lolos dari cengkeraman maut. Di sekelilingnya, dinding goa berwarna kelabu memantulkan suara napasnya, menciptakan gema yang nyaris menyerupai irama denyut nadi."Kau telah menerima takdirmu sebagai Sang Pewaris Ilmu Petapa, Xian Ling!" Suara Petapa Sakti memenuhi ruangan kecil itu, menggema dengan kehangatan yang mengalahkan dinginnya udara di dalam goa. "Cahaya Darah itu tidak akan mengganggumu lagi!"Xian Ling tersenyum tipis, tetapi di balik senyuman itu ada pertanyaan yang mengendap. Ia menatap pria tua di hadapannya, berjubah lusuh namun memancarkan aura kedamaian yang aneh."Maaf, tapi... apakah Paman ini Master Zen yang terkenal di masa lalu?" tanyanya hati-hati, seolah setiap kata adalah pijakan di atas es tipis.Tiba-tiba, suara tawa menggelegar mengguncang ruang sempit itu. "Ha-ha-ha-ha!" Suara tawa Petapa Sakti begitu kuat hingga butiran kecil bat
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

57. RANAH KULTIVASI DEWA

Xian Ling duduk bersila di atas tikar bambu yang sudah pudar warnanya, diletakkan tepat di tengah-tengah lingkaran batu yang tertata rapi. Udara di sekitar terasa berat, namun ada energi hangat yang berdesir, seakan dunia menyambut awal perjalanannya.Master Zen berdiri di hadapannya, tangan kirinya memegang sebuah kristal transparan yang memancarkan cahaya keemasan. "Kultivasi Dewa dimulai dari memahami kekuatan inti semesta," ujarnya, suaranya berat namun menenangkan. "Kekuatan ini mengalir di segala sesuatu—angin, tanah, bahkan dalam darahmu."Ia mengangkat kristal itu ke arah Xian Ling. Seketika, kristal tersebut mulai bersinar terang, seakan merespon keberadaan gadis muda itu. Xian Ling bisa merasakan energi hangat menjalari kulitnya, membuat bulu kuduknya berdiri. "Apa ini, Master?" tanyanya, suaranya bergetar antara rasa kagum dan takut."Ini adalah Esensi Dewa, inti dari segala energi. Ketika kau mampu menyatu dengannya, kau akan melangkah ke ranah pertama dari Kultivasi Dewa.
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

58. LEVEL AWAL ESENSI

"Tergantung pencapaian awalmu!" jawab Master Zen singkat. "Apa kamu bersedia?" Xian Ling teringat dengan Selir Song Yin, tapi ia tidak melihat selir istana ini sama sekali saat memasuki Hutan Hantu. "Biarlah, ia tidak mungkin bisa menemukan tempat ini," batinnya sambil menganggukan kepalanya.Hari pertama latihan dimulai di bawah naungan pohon bambu yang menjulang. Cahaya matahari menyelinap di antara celah-celah daun, memantulkan bayangan yang bergerak pelan seiring angin berhembus. Xian Ling duduk bersila, matanya tertutup, mencoba memusatkan pikirannya seperti yang diajarkan Master Zen."Rasakan energinya," kata Master Zen, berdiri beberapa langkah di belakangnya. Suaranya tenang namun penuh wibawa. "Biarkan dirimu menyatu dengan aliran semesta. Jangan memaksa, biarkan energi itu datang padamu."Namun, Xian Ling menggertakkan giginya. Ia sudah mencoba berkali-kali, tetapi setiap kali ia merasa mendekati sesuatu, aliran itu menghilang, seperti kabut yang lenyap sebelum bisa digengg
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

59. NECROMANCER

Xian Ling merasakan udara di sekitar goa semakin dingin, hampir menusuk hingga ke tulang. Suara gemuruh samar terdengar, seperti bisikan angin yang membawa cerita dari masa lalu. Sorot matanya yang penuh penasaran tak lepas dari petapa tua di depannya, wajahnya tampak dipahat oleh waktu, penuh dengan kerut yang menyimpan seribu rahasia."Apa Master tahu makhluk apa yang telah mengubah Hutan Hantu menjadi menyeramkan seperti ini?" tanya Xian Ling, suaranya lembut tapi mengandung desakan. Ia merasakan hawa misterius yang menyelubungi tempat itu, dan pikirannya terus dipenuhi dengan bayangan makhluk-makhluk yang menghuni hutan ini.Petapa tua itu menghela napas panjang, suara desahnya hampir seperti bisikan angin yang menabrak stalaktit di langit-langit goa. “Aku tidak tahu...” ujarnya, matanya yang redup menatap ke arah bayangan yang bergoyang di dinding. “Dulu, ketika aku pertama kali masuk ke hutan ini, tempat ini adalah surga. Peri-peri cantik mengisi udara dengan tawa dan nyanyian.
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

60. KITAB KULTIVASI DEWA DAN CINCIN RUANG

Master Zen hanya menggelengkan kepalanya. "Sudah terlambat! Necromancer sudah terbangun dari tudur panjangnya. Hanya tinggal waktu makhluk kuno ini kembali mengambil alih Benua Timur!" ucapnya tanpa ragu sedikit pun."Hufh! Aku akan cari informasi untuk mengalahkan Necromancer ini. Paman Heng dan ayah harus tahu tentang makhluk ini," gumam Xian Ling pelan.Xian Ling memejamkan mata, mencoba mendalami energi baru yang mengalir lembut dalam tubuhnya. Namun, ketenangan itu mendadak buyar ketika telinganya menangkap suara samar dari kejauhan. Suara derap kaki kuda yang semakin mendekat, disertai sorakan nyaring yang familiar—Selir Song Yin."Putri Mahkota! Apakah Anda di sini?" Suara wanita itu nyaring, nadanya penuh kewibawaan bercampur kecemasan.Xian Ling membuka mata dengan cepat, tatapannya panik. "Master, aku harus pergi!" bisiknya tergesa-gesa.Master Zen berdiri dengan tenang, ekspresi wajahnya tidak berubah sedikit pun. "Tenang, Xian Ling. Jangan tunjukkan rasa takutmu. Itu hanya
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more
PREV
1
...
45678
...
18
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status