Home / Pernikahan / Istri Ketiga Mas Endara / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Istri Ketiga Mas Endara : Chapter 71 - Chapter 80

116 Chapters

BAB 71

Dara merasa sangat bosan karena terus berada di dalam kamar sementara Endara sedang berada di ruang kerja untuk mengerjakan pekerjaan yang selama beberapa hari ia tinggal. Sejak tadi Dara hanya melihat ponsel, menonton tv, dan rebahan, Dara ingin melakukan sesuatu yang menyenangkan tapi ia tidak mempunyai teman di sana. Akhirnya Dara pun ke ruangan Endara untuk melihat sedang apa lelaki itu di sana.“Mas lagi apa?” Dara masuk ke dalam ruangan Endara dan melihat lelaki itu sedang sibuk bergelut dengan laptop dan beberapa berkas di sana.“Kok berkasnya semakin banyak sih Mas?” padahal pada saat Dara terakhir masuk ruangan Endara berkasnya tidak sebanyak yang ia lihat sekarang.“Iya, saya yang meminta agar pekerjaan saya di bawa ke rumah karena saya tidak akan meninggalkan kamu di rumah sendirian,” jawab Endara, tanpa menatap Dara karena matanya masih fokus menatap layar laptop.“Loh, kenapa Mas Endara nggak berangkat aja ke kantor? Di rumah kan ada si Mbok dan yang lainnya.” Dara duduk
Read more

BAB 72

“Mas, boleh ya Dara keluar sebentar sama Mbak Afifa. Cuma sebentar aja kok nggak lama.” Dara memohon dengan cara menelungkupkan tangan di depan serta ke dua matanya menatap Endara memelas.“Tidak Dara! Sudah berapa kali saya bilang tidak ya tidak!” Endara memberi peringatan lebih tegas kali ini agar Dara tidak membantah ucapannya. Bukan Endara tidak percaya dengan Afifa, tapi demi keselamatan Dara.“Mas, izinkan Dara untuk keluar sebentar. Lagian kan keluarnya sama Afifa. Kasihan dia seharian penuh di dalam kamar terus.” Kali ini yang angkat bicara adalah Afifa. Wanita itu ikut sedih karena Dara tidak boleh keluar dari kamar, meskipun Afifa tahu alasan apa yang membuat Endara sampai melakukan larangan itu.“Memangnya kalian berdua mau pergi kemana?” tanya Endara, rasanya ikut tidak tega karena sejak tadi Dara ia kurung di dalam kamar. Pasti bagi Dara sangat membosankan karena hanya itu itu saya yang wanita itu lihat.“Kita hanya keliling komplek saja Mas, sambil lihat pemandangan di l
Read more

BAB 73

Sejak sore tadi sampai saat ini padahal matahari sudah tenggelam seutuhnya digantikan bulan dan bintang yang menghiasi malam hari, tapi Dara belum juga berhasil ditemukan. Endara juga sudah minta tolong kepada pihak kepolisian untuk mencari keberadaan Dara, tapi sayangnya pihak polisi juga belum bergerak karena hilangnya Dara belum ada dua puluh empat jam. Endara tidak bisa menunggu sampai esok hari, perasaannya sudah gelisah tidak karuan, di tambah lagi memikirkan janin yang ada di dalam kandungan Dara apakah Dara bisa tidur dengan nyenyak di tempat yang nyaman? itu lah pertanyaan yang muncul di kepala Endara saat ini. Sampai pada akhirnya Endara memutuskan untuk terus bekerja sampai menunggu hari esok karena lelaki itu tidak akan bisa tidur dengan nyenyak.***Keesokan harinya, semua keluarga Endara berkumpul setelah mendengar kabar Dara menghilang. Julian sangat syok mendengar kabar hilangnya Dara itu, mengingat Dara sekarang sedang mengandung darah daging sang putra. Semalam penuh
Read more

BAB 74

“Hey, jangan buang-buang air matamu itu karena aku tidak akan pernah luluh dengan wajah melasmu ini.” Wanita yang memakai topeng hitam dan pakaian serba hitam itu menyusuri seluruh wajah Dara menggunakan ujung pisau yang terlihat sangat runcing. Bahkan wanita itu tidak ragu sedikit menekan ujung pisau itu ke pipi Dara sampai meninggalkan bekas di sana, meskipun tidak sampai berdarah, tapi Dara cukup merasa kesakitan.“Tapi, tidak apa sih kamu menangis seperti ini karena kan sebentar lagi usiamu tidak akan lama lagi,” sambung wanita itu, masih menjalankan aksi kejamnya.“Kenapa kamu tega berbuat seperti ini sama aku?” dara bertanya, dengan sisa isak tangis yang masih mengiringinya. Rasanya Dara sudah tidak sanggup lagi menahan siksaan yang diberikan oleh wanita itu. Tidak hanya siksaan batin, tapi siksaan fisik juga Dara rasakan.“Aku tidak akan pernah berhenti sebelum kamu benar-benar lenyap dari muka bumi ini,” kata si wanita itu, dengan mata yang membulat besar karena di hatinya ter
Read more

BAB 75

Endara dan para pengawalnya sedang menuju ke lokasi di mana tempat Dara di sekap. Lelaki itu baru saja mengetahui dari salah satu pengawalnya yang sudah ia sebar ke seluruh daerah Bandung yang terdapat bekas pabriknya. Tidak hanya Endara dan pengawalnya saja, tapi juga ada sekelompok polisi yang sudah dia bawa untuk mengawal perjalanannya agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Julian sengaja tidak Endara bawa, karena wanita itu sudah cukup tertekan dengan kabar menghilangnya Dara.“Kepung tempatnya dan jangan ada yang mengambil tindakan sebelum saya sampai di sana!” perintah Endara, dari telepon genggam yang ia gunakan untuk berkomunikasi dengan yang lainnya.“Tuan, apa tidak sebaiknya anggota kami dulu yang bergerak untuk melumpuhkan orang-orang yang ada di sana? Kami tidak mau Tuan dan Nona terjadi suatu hal yang buruk,” kata salah satu orang yang ada di dalam mobil bersama Endara. Niatnya sangat baik, tapi bukan itu yang Endara rencanakan.“Aku ingin menyelamatkan is
Read more

BAB 76

Endara terlihat mengendap masuk ke dalam salah satu ruangan kosong untuk memeriksa apakah di dalamnya terdapat Dara di sana, namun nyatanya Endara tidak menemukan siapa pun di sana. Endara tidak mau menyerah begitu saja, lelaki itu tetap terus mencari Dara di seluruh ruangan kosong yang ada, meskipun hasilnya tetap sama, tapi lelaki itu tetap tidak menyerah.“Bagaimana, apa kalian menemukan istri saya?” tanya Endara, kepada anak buahnya yang baru saja datang menghampirinya dengan napas terengah. Mereka juga ikut mencari keberadaan Dara, sementara untuk anggota yang lain berada di luar untuk menyelesaikan masalah di sana.“Coba kita naik ke atas, siapa tahu Dara ada di sana.” Endara melihat tepat di seberang ada tangga menuju kearah lantai selanjutnya. Endara mempunyai firasat jika Dara berada di sana. Semua anak buahnya pun mengangguk mengikuti langkah kaki Endara menuju lantai selanjutnya.Keadaan di sana sama, sama-sama berdebu dan banyak barang-barang tidak terpakai. Bahkan Endara
Read more

BAB 77

Hampir saja Dara dan Endara sampai di pintu keluar, angkah mereka harus berhenti ketika melihat Vega sedang berdiri tidak jauh dari mereka masih dengan topeng yang menutupi wajahnya. Endara sigap berdiri di depan Dara untuk melindungi istrinya dari serangan Vega.“Mau kemana?” tanya Vega, nadanya dibuat sangat ramah seolah ia adalah sosok wanita yang baik, padahal di dalam hatinya tersimpan sosok iblis yang sangat kejam dan tidak mempunyai hati nurani. Di balik topengnya Vega tersenyum licik saat melihat raut wajah Dara dan Endara seperti ketakutan. Baru kali ini Vega sangat puas melihat ekspresi orang yang sedang berdiri di depannya saat ini. Vega semakin melangkah maju, sementara Endara dan Dara melangkah mundur untuk menjauh dari Vega.“Stop, jangan mendekat!” perintah Endara, ke dua tangan lelaki itu membentang untuk melindungi Dara yang masih setia berada di belakangnya. Sampai mati pun Endara akan tetap melindungi Dara, apa pun itu yang terjadi Endara harus menjadi temang utama
Read more

BAB 78

Di saat Endara lengah, di saat itu juga Vega memanfaatkan keadaan untuk menusuk mantan suaminya itu, tapi untunglah Endara cepat menghindar sehingga hanya lengannya saja yang tersayat.“Belum puas juga kamu Vega padahal kamu sudah membuat Dara tidak berdaya seperti itu,” kata Endara, menatap Vega sengit. Endara tidak lagi memperdulikan lengannya, lelaki itu berusaha keras agar bisa sampai di tempat Dara untuk menolong istrinya itu yang sedang tidak berdaya.“Sebelum kamu mati aku tidak akan pernah puas. Lihat lah istrimu itu yang sudah tidak berdaya, apakah kamu juga tidak mau menyusulnya, Mas?” Vega tertawa bahagia, bahagia melihat penderitaan orang lain. wanita itu mendekati Endara, masih berusaha untuk melumpuhkan mantan suaminya.“Berhenti di sana atau kamu akan menyesal.” Endara terus melangkah dengan tatapan waspada kearah Vega. Meskipun badannya sudah terluka, tapi Endara tidak takut untuk menghadapi Vega sendirian.“Sebelum aku menyesal kamu yang akan lebih dulu lenyap dari mu
Read more

BAB 79

Kesedihan pun masih menyelimuti hari Endara danjuga Dara, ke duanya sangat kehilangan bauh hati mereka. Bahkan tidak hanya Dara dan Endara, semua orang yang dekat dengan mereka pun juga ikut merasakannya. Terlebih lagi Julian, wanita itu betul-betul terpukul karena kehilangan cucu pertama yang sudah dia nantikan sejak lama. Sampai detik ini wanita paruh baya itu masih terduduk lemas dengan perasaan yang tidak karuan.“Mah.” Endara berjalan mendekati Julian yang sedang menangis tersedu di sana. Memegang bahu sang mama mencoba untuk menguatkan meskipun dirinya sendiri tidak baik-baik saja. keluarganya sekarang sedang diselimuti kabut kesedihan, cobaan yang sangat berat bagi Endara adalah kehilangan sang calon bayi.“Mama tidak apa, Mama baik-baik saja,” kata Julian, mulutnya memang bisa berkata demikian, tapi di dalam hatinya teramat hancir sampai tidak bisa dijelaskan oleh kata-kata. Semua calon nenek pasti akan merasakannya ketika cucu pertama yang sudah dinantikan sejak lama dinyatak
Read more

BAB 80

Setelah kondisinya dinyatakan membaik pun Dara diizinkan pulang ke rumah dan sekarang wanita itu sudah tiba di kediaman suaminya dan disambut penuh rasa bahagia oleh orang-orang di dalam sana. Julian juga sudah berada di sana untuk menyambut kedatangan menantunya, tidak hanya Julian Afifa juga berada di sana sebagai teman dan sahabat Dara. Sama sekali Afifa tidak ada niatan untuk kembali, karena wanita itu sekarang sudah menemukan kebahagiaannya sendiri.“Pelan-pelan,” kata Julian, saat Endara membantu Dara untuk turun dari mobil. Endara terlihat sangat telaten sekali mengurus Dara di saat sakit, bahkan lelaki itu yang menggantikan baju sekaligus mengelap basah seluruh tubuh Dara.Endara segera membawa Dara masuk ke dalam rumah karena lelaki itu mau Dara bisa istirahat dengan nyaman di sana. Selama berada di rumah sakit Endara melihat Dara tidak bisa tidur dengan tenang karena suasananya sangat berbeda dengan rumah jika di rumah lebih tenang.“Ssshh, aw.” Dara meringis menahan sakit s
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status