Share

BAB 80

Penulis: Chokolate_21
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah kondisinya dinyatakan membaik pun Dara diizinkan pulang ke rumah dan sekarang wanita itu sudah tiba di kediaman suaminya dan disambut penuh rasa bahagia oleh orang-orang di dalam sana. Julian juga sudah berada di sana untuk menyambut kedatangan menantunya, tidak hanya Julian Afifa juga berada di sana sebagai teman dan sahabat Dara. Sama sekali Afifa tidak ada niatan untuk kembali, karena wanita itu sekarang sudah menemukan kebahagiaannya sendiri.

“Pelan-pelan,” kata Julian, saat Endara membantu Dara untuk turun dari mobil. Endara terlihat sangat telaten sekali mengurus Dara di saat sakit, bahkan lelaki itu yang menggantikan baju sekaligus mengelap basah seluruh tubuh Dara.

Endara segera membawa Dara masuk ke dalam rumah karena lelaki itu mau Dara bisa istirahat dengan nyaman di sana. Selama berada di rumah sakit Endara melihat Dara tidak bisa tidur dengan tenang karena suasananya sangat berbeda dengan rumah jika di rumah lebih tenang.

“Ssshh, aw.” Dara meringis menahan sakit s
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 81

    Tiga minggu kemudian ….Sekarang Endara sedang mempersiapkan resepsi untuk pernikahan mereka. Tidak hanya itu, Endara berniat untuk mengundang semua rekan bisnis beserta semua karyawannya untuk menghadiri resepsi pernikahannya. Endara sudah menyiapkan tempat yang besar dan juga megah untuk menyambut para tamu yang akan datang nanti.“Sayang, lebih baik kamu duduk saja pasti nanti kamu lelah berkeliling di sini,” kata Endara, kepada Dara yang selalu setia mengekor di belakangnya. Tidak hanya itu, Dara juga ikut serta memeriksa dekorasi acara resepsi pernikahan mereka yang akan di selenggarakan beberapa hari lagi.“Nggak kok Mas, Dara masih kuat.” Dara sengaja menolak, karena ia ingin ikut serta menjadi saksi dari awal sampai akhir dekorasi pernikahan mereka selesai. Dara sangat bahagia, karena akhirnya ia bisa memiliki pendamping hidup yang bisa menyayangi dan mencintainya dengan tulus, tidak hanya itu, Julian yang merupakan mertuanya sangat menyayangi Dara apa adanya.“Sayang, jangan

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 82

    Hari pesta pernikahan pun tiba, Dara terlihat anggun dan cantik menggunakan gaun bak putri di negeri dongeng sementara Endara terlihat tampan dan gagah terlihat lebih muda dari usianya. Ke duanya terlihat sangat bahagia menyambut hari bahagia mereka yang sempat tertunda.“Tamunya yang datang banyak sekali Mas.” Dara berbisik tepat di depan telinga Endara, wanita itu sempat terkejut dengan tamu undangan yang hadir sangat banyak. Entah berapa ratus atau bahkan ribu orang yang diundang suaminya untuk menghadiri acara pesta pernikahan mereka.Endara tersenyum mendengar ucapan istrinya, sudah Endara duga Dara pasti akan terkejut dengan tamu undangan yang hadir. Sebenarnya Endara belum sepenuhnya mengundang temannya, yang datang hari ini hanyalah sebagian saja. bayangkan jika semua teman Endara yang hadir di hari itu, pasti tempat yang sudah ia siapkan akan sesak dan penuh.“Kan teman aku banyak sayang, jadi wajar saja kalau tamu yang aku undang juga banyak,” kata Endara, lelaki itu terus

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 83

    Waktunya berfoto dengan Dara dan juga Endara. Masih memakai jas di pundaknya Afifa dengan percaya dirinya naik ke atas pelaminan bersama dengan lelaki asing yang berjalan di belakangnya bahkan sampai detik ini Afifa belum mengetahui nama lelaki itu.“Mbak, itu siapa? Kenapa Mbak Afifa pakai jas? Apa jas ini milik lelaki itu?” rentetan pertanyaan bak kereta api itu Dara layangkan untuk Afifa. Rasa penasarannya pun meronta-ronta ingin segera dijawab.“Aku tidak tahu lelaki itu, dia tadi tidak sengaja membuat kuah santan tumpah di bajuku,” jawab Afifa, sedikit berbisik agar lelaki yang sejak tadi setia mengekor di belakangnya tidak dengar.Dara menganggukkan kepalanya paham, tapi tidak sepenuhnya membuat rasa penasaran Dara hilang. Sesi foto pun masih berlangsung, sepertinya Endara kenal dengan lelaki yang datang bersama Afifa, terbukti dari keakraban mereka yang sudah tidak lagi dibatasi oleh dinding penghalang. Dara semakin penasaran sebenarnya siapa lelaki gagah dan tampan yang datang

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 84

    84Sepulang dari hotel Dara langsung dibawa oleh Endara ke rumah baru, rumah lama akan segera dijual untuk membuang semua kenangan pahit di sana. Sekarang Endara dan Dara akan membuka lembaran baru maka dari itu Endara memutuskan untuk membeli rumah baru. Meksipun di rumah baru ini tidak luas seperti rumah lama, tapi Dara sudah sangat bahagia. Bahkan di sana tidak ada asisten rumah tangga, padahal Endara sudah menyiapkan semuanya, tapi Dara menolak dengan alasan ingin mengerjakan semuanya, Endara pun tidak bisa menolaknya.Kegiatan Dara saat ini di rumah baru adalah membuat cemilan untuk suaminya yang sedang bekerja di ruang khusus yang sudah lelaki itu siapkan sebelumnya. Bakwan jagung yang sekarang berada di dalam wajan sebentar lagi akan matang dan siap untuk disajikan. Entah mengapa Dara merasa tinggal di rumah baru ini membuatnya sangat bahagia, selain mengerjakan semuanya sendirian ia juga hanya berdua dengan Endara saja di dalam rumah, jadi privasi akan tetap terjaga sempurna.

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 85

    Ke esokan harinya ….Dara baru saja menerima telepon dari Afifa, wanita itu meminta agar Dara ikut bersamanya untuk berbelanja keperluan dapur, namun Dara belum bisa menyetujui karena ia belum izin suaminya.“Kenapa sayang?” tanya Endara pada saat lelaki itu baru saja keluar dari dalam kamar mandi masih menggunakan handuk di pinggangnya. Lelaki itu menghampiri Dara yang sedang duduk di tepian ranjang, lelaki itu penasaran siapa yang baru saja menelpon istrinya.“Siapa yang telepon?” tanya Endara lelaki itu duduk di tepian ranjang tepat di samping Dara sambil melirik ponsel sang istri yang baru saja menerima telepon.“Mbak Afifa, Mas,” jawab Dara. “Oh iya Mas, tadi Mbak Afifa bilang mau belanja keperluan dapur, terus Dara diminta untuk menemani, apa boleh Dara menemani Mbak Afifa sekalian belanja keperluan rumah kita Mas?”Endara nampak berpikir beberapa saat. Sebenarnya ketakutan akan kehilangan Dara masih ada di dalam dirinya, tapi jika ketakutan itu terus bersemayam di dalam sana ma

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 86

    “Capek sayang?” tanya Endara sambil menghampiri Dara sambil membawakan susu hangat untuk istrinya.Dara yang sedang selonjoran di atas kasur pun mengangguk dengan senyum penuh kehangatan. “Lumayan Mas.”“Diminum dulu nih susu hangatnya.” Endara memberikan gelas itu kepada Dara kemudian wanita itu meneguknya sampai tidak tersisa. Endara meletakkan gelas kosong itu ke ata smeja lalu lelaki itu fokus menatap istrinya.“Bagaimana tadi belanjanya? Seru?” Endara bertanya sambil memijat kaki Dara yang terasa pegal akibat berjalan kaki mengelilingi supermarket yang cukup besar di daerahnya tinggal.“Seru banget Mas, tadi aku juga ketemu sama temen Mas yang datang ke pesta pernikahan kita kemarin.” Dara menceritakannya penuh antusias terlihat dari wajahnya yang begitu bersinar.“Teman? Siapa? Teman Mas kan banyak sayang yang datang kemarin.” Endara mengerutkan keningnya mencoba berpikir siapa temannya yang Dara temui di supermarket tadi.“Yang duda tiga tahun itu loh Mas, yang punya anak cewek

  • Istri Ketiga Mas Endara    BA 87

    “Terima kasih sudah menemukan Jasmin untuk yang ke dua kalinya,” kata Roy, kali ini ada sedikit senyum hangat yang terpancar di wajah lelaki itu. Tidak seperti awal pertama kali mereka bertemu di pesta pernikahan Dara dan Endara yang terkesan dingin seperti kulkas dua pintu.Setelah pertemuan tadi Roy memutuskan untuk mengajak Afifa makan malam bersama sebagai tanda terima kasih karena sudah menyelamatkan Jasmin untuk yang ke dua kalinya.“Iya sama-sama. Lagian kalau di luar kamu itu ngapain aja sih? Bisa-bisanya Jasmin bisa ditinggal begitu saja, untung aku yang menemukan kalau orang yang berniat jahat bagaimana?” Afifa masih merasa kesal dengan Roy yang sangat ceroboh sekali meninggalkan anak sekecil Jasmin sendirian di tengah jalan.“Tadi saya hanya menerima telepon sebentar dari rakan bisnis, tapi beberapa menit kemudian Jasmin sudah hilang,” jelas Roy. Apakah lelaki itu tidak takut jika Jasmin hilang? Atau lebih parahnya lagi tertabrak kendaraan yang melintas? Afifa rasa otak Roy

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 88

    “Mas Endara nanti pulang jam berapa?” tanya Dara sambil memakaikan jas berwarna hitam ke tubuh suaminya. Pagi ini Endara mendapat telepon dari sekretarisnya bahwa ada jadwal meeting yang sudah diatur sejak lama dan tidak bisa ditinggal.“Mungkin tidak sampai jam delapan malam sayang.” Endara memutar tubuhnya menghadap Dara, jadi kini mereka berdua saling berhadapan.Cup. Endara mengecup bibir Dara singkat, namun cukup membuat jantung Dara berdebar hebat pagi ini. Endara tersenyum kecil saat melihat seluruh wajah Dara merah merona, pasti wanita itu sekarang sedang menahan malu. Begitulah Endara menebak di dalam hati.“Kita berdua sudah sepiring seperti ini, tapi kenapa wajahnya masih merah sih?” Jika tidak menggoda bukan Endara namanya. Sudah tahu Dara sedang menahan malu, tapi dengan jahilnya Endara malah menggoda wanita itu.“Kalau mau cium itu bilang-bilang dulu Mas,” kata Dara, wajahnya terlihat sebal, tapi di dalam hatinya berbunga-bunga penuh kebahagiaan. Siapa sih wanita yang ti

Bab terbaru

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 116

    Beberapa hari setelah acara aqiqah Brian, Afifa dan Riy kembali pada aktivitas masing-masing apa lagi kalau bukan bekerja dari pagi sampai malam, namun entah mengapa pagi ini bos yang ada di kantor Afifa meminta agar Afifa libur saja padahal sebelumnya bosnya itu tidak pernah meminta Afifa libur. Karena Afifa sangat bosan pagi ini, ia pun memutuskan ke dapur untuk membuat makanan sebagai cemilannya hari ini kebetulan sekali di dalam kulkas masih ada sayuran untuk dijadikan bakwan. Afifa memotong kol dengan senandung kecil yang keluar dari bibirnya, namun tiba-tiba saja ponselnya berdering.“Hao, Roy.” Afifa menyapa seseorang yang ada di seberang sana. Tumben sekali Roy pagi-pagi sudah menelepon?“Aku tidak berangkat kerja, bos meminta aku untuk libur,” jawab Afifa.“Oh, tentu sangat boleh. Bawa saja Jasmin ke sini, aku juga tidak ada teman di rumah. Iya, sama-sama.”Kemudian sambungan telepon dimatikan. Sangat kebetulan sekali hari ini dirinya sedang libur dan Jasmin tidak ada teman d

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 115

    Satu minggu sudah usia buah hati Dara dan Endara dan sekarang mereka berdua akan menggelar acara aqiqah untuk sang putra sekaligus memberikan nama untuk buah hatinya itu.“Persiapannya sudah selesai semua, Mas?” Dara bertanya saat suaminya masuk ke dalam kamar. Selama beberapa hari ini Dara hanya berada di dalam kamar karena takut meninggalkan sang putra sendirian di sana. Dara takut jika putranya harus dirinya tidak ada di dekatnya.“Sudah sayang, semuanya sudah selesai kok. Mulai dari makanan dan lain sebagainya. Kamu tidak usah khawatir, kamu fokus saja mengurus si Dedek yah,” kata Endara, lelaki itu duduk di tepian ranjang memperhatikan sang putra yang sedang asyi meminum asi dari sumbernya. Melihat sang putra begitu menikmati asi dari sumbernya itu membuat Endara menelan ludah karena ia juga ingin merasakan.“Hayo, lagi mikirin apa.” Dara melambaikan tangannya di depan sang suami, sebab wajah sang suami terlihat sangat mencurigakan.“Emangnya Mas nggak boleh nyoba ya sayang? Mas

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 114

    Afifa terdiam haru pada saat melihat seorang bayi yang sedang tertidur pulas di atas pangkuan Dara. Bayi laki-laki itu baru saja tertidur pulas setelah minum asi yang Dara berikan. Afifa tidak bisa menahan air matanya, wanita itu benar-benar sangat terharu.“Dara, apa boleh Mbak menggendong anakmu?” tanya Afifa dengan sangat hati-hati. Ia takut jika Dara akan marah jika anaknya digendong olehnya karena biasanya seorang wanita yang baru saja merasakan menjadi ibu akan sangat sensitif jika anaknya digendong oleh orang lain.“Tentu saja boleh Mbak,” kata Dara, dengan senyum mengembang di wajahnya.Mendengar persetujuan dari Dara membuat Afifa bahagia sampai rasanya tidak bisa dijelaskan. Wanita itu duduk di tepian brankar rumah sakit memposisikan tubuhnya senyaman mungkin agar ia nyaman menggendong bayi laki-laki tersebut. Ke dua matanya terus menatap bayi yang sedang ada di dalam pangkuannya, rasanya Afifa seperti punya bayi kecil sekarang.“Dia sangat imut sekali,” kata Afifa, tanpa sa

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 113

    Sekarang Endara sedang berada di ruangan bersalin, karena Dara ingin lahiran secara normal, jadilah Endara harus bersiap mendengar jeritan sang istri. Sebenarnya Endara tidak mau melihat Dara kesakitan seperti ini, tapi istrinya itu adalah perempuan yang keras kepala.“Atur napasnya ya Ibu, soalnya belum pembukaan sempurna,” kata sang dokter yang akan membantu proses Dara bersalin kali ini.“Tapi saya sudah tidak tahan Dok, rasanya ingin mengejan,” kata Dara, tangan kanannya ia gunakan untuk memegang pinggiran brankar rumah sakit dan tangan yang satunya lagi setia menggenggam tangan suaminya dan tentunya bukan hanya sekedar genggaman saja tangan Endara nyaris berdarah karena Dara terlalu kencang memegangnya.“Ditahan sayang, tunggu pembukaannya lengkap dulu baru kamu boleh mengajan,” kata Endara, lelaki itu terus berada di samping Dara meskipun dirinya sendiri nyaris pingsan karena terus mendapat siksaan secara fisik oleh istrinya.“Pokoknya Dara nggak mau hamil lagi Mas, ini sakit ba

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 112

    Beberapa bulan kemudian ….“Aduh sayang, kan sudah aku bilang jangan naik turun tangga, perut kamu sudah besar banget itu,” kata Endara, lelaki itu meringis ngilu melihat Dara yag sejak tadi hanya naik turun tangga saja padahal perut wanita itu sudah sangat besar. Di usia kehamilan Dara yang sudah sembilan bulan itu membuat Endara sangat ketat menjaga gerak istrinya itu, tapi Dara tetap lah Dara yang ingin melakukan semua hal sendirian. “Habisnya kalau Dara di kamar terus nggak enak Mas, bosen,” kata Dara. “Lagian kata dokternya juga harus banyak gerak supaya biar cepat kontraksi dan pembukaannya,” sambung Dara. “Tapi kan kau bisa minta tolong sama aku.” Endara menghampiri Dara yang masih berada di tengah-tengah anak tangga lelaki itu membantu sang istri untuk naik dan mengantarkan ke kamar. “Mulesnya belum rutin sayang?” Endara bertanya sambil mengusap perut Dara yang terlihat sangat buncit dan besar. semalam Endara harus begadang karena kata Dara perutnya sudah sesekali mengalam

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 111

    Makan malam bersama dengan keluarga Roy pun sedang berlangsung, tidak ada percakapan di sana yang terdengar hanyalah denting sendok dan piring yang sesekali beradu. Afifa merasa sangat terharu karena akhirnya ia kembali merasakan kehangatan yang namanya keluarga. Jika orang tuanya masih ada pasti ia akan sering melakukan makan bersama seperti ini.“Afifa, ditambah lagi itu nasinya,” ujar Aryan, kepada Afifa. sejak tadi lelaki itu melihat Afifa seperti ada yang sedang dipikirkan terkadang tatapan mata wanita itu terlihat kosong.“Iya Om, ini saja nasinya masih banyak,” kata Afifa, dengan senyum di wajahnya. Afifa kembali terlihat baik-baik saja meskipun sebenarnya di dalam hati wanita itu menjerit ingin menumpahkan semuanya.“Afifa.” Mariam menyentuh bahu Afifa karena kebetulan posisi duduk Mariam dan Afifa hanya bersebelahan saja.“Kamu kenapa? Dari tadi Tante perhatikan wajah kamu sedih.” Mariam melihat jelas bahwa wanita yang berada di sampingnya itu sedang dalam keadaan tidak baik-

  • Istri Ketiga Mas Endara    110

    Setelah mobil Roy selesai diperbaiki, lelaki itu langsung pulang ke rumah orang tuanya dan membawa Afifa ikut bersama. Bukan tanpa alasan Roy membawa Afifa ke rumah orang tuanya, karena tadi Jasmin bilang mau bertemu dengan wanita itu katanya kangen. Wajar saja, karena sudah beberapa hari tidak bertemu.Sekarang Roy dan Afifa sudah sampai di kediaman ke dua orang tua Roy. Afifa sangat disambut baik oleh Mariam dan suami. Meskipun suami Mariam belum pernah bertemu dengan Afifa sebelumnya, tapi lelaki itu bisa sudah seperti mengenal Afifa cukup lama. Aryan, adalah nama papa Roy.“Selama kamu bersama dengan anak ini dia tidak macam-maca kan sama kamu?” tanya Aryan lelaki itu menatap Roy tajam. Bagaimana bisa putranya itu sangat ceroboh membawa seorang wanita menginap di hotel di dalam kamar yang sama? sangat gila sekali bukan? Aryan tahu Roy sudah lama menduda, tapi tidak seperti ini cara melampiaskannya.“Memangnya Papa berpikir seperti apa? Roy tidak segila itu,” kata Roy, menatap sang

  • Istri Ketiga Mas Endara    109

    Roy dan Afifa masih berada di tempat yang sama, meskipun hari sudah larut malam, tapi acara di tempat pesta itu masih terlihat ramai oleh tamu yang datang. Sejak tadi Afifa tidak pernah jauh dari Roy, wanita itu terus berada di sisi Roy karena tidak mau hal buruk terjadi padanya. Pandangan mata lelaki yang berada si sekitar Afifa masih sama, masih menatap penuh minat. Sampai-sampai membuat Afifa risih dan ingin secepatnya pergi dari tempat itu.“Apa kita masih lama di sini?” tanya Afifa dia sudah bernar-benar tidak betah berada di sana. Bukan karena banyak orang yang berkerumun, tapi tatapan mata lelaki hidung belang yang penuh minat itu seolah Afifa adalah seorang perempuan yang bisa dibawa dengan mudah.“Kamu mau pulang sekarang?” tanya Roy lelaki itu bisa melihat jelas Afifa sedang dalam keadaan gelisah. Wajar saja, karena memang sejak tadi banyak laki-laki yang memandangi Afifa. Roy tidak menyangka ternyata pesona Afifa bisa menarik perhatian para lelaki yang hadir di sana. Pesona

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 108

    Tiga hari telah berlalu …. Afifa sedang mempersiapkan diri untuk istirahat karena besok ia harus semangat untuk bekerja. Pada saat wanita itu ingin memposisikan tubuhnya untuk tiduran di kasur, tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan ada telepon masuk. “Iya, halo.” Afifa menyapa seseorang yang ada di seberang sana. “Afifa, apakah besok kamu ada acara?” Roy bertanya dengan suara yang cukup tenang. Ya, yang menelepon Afifa malam-malam adalah Roy, entah kepentingan apa yang membuat lelaki itu menghubungi Afifa di saat jam tidur seperti ini. “Seperti biasa berangkat kerja,” jawab Afifa, terdengar santai. Sesekali wanita itu menahan kantuk yang sudah mulai menyerangnya, Afifa berharap Roy akan segera mengakhiri panggilannya agar Afifa segera mengistirahatkan tubuhnya. “Besok malam ada acara pesta salah satu rekan bisnis saya, saya berniat untuk mengajak kamu untuk menghapus rumor bahwa saya adalah laki-laki penyuka sesama jenis,” jelas Roy sebenarnya lelaki itu malu mengatakan hal yang

DMCA.com Protection Status