Home / Pernikahan / Istri Ketiga Mas Endara / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Istri Ketiga Mas Endara : Chapter 81 - Chapter 90

116 Chapters

BAB 81

Tiga minggu kemudian ….Sekarang Endara sedang mempersiapkan resepsi untuk pernikahan mereka. Tidak hanya itu, Endara berniat untuk mengundang semua rekan bisnis beserta semua karyawannya untuk menghadiri resepsi pernikahannya. Endara sudah menyiapkan tempat yang besar dan juga megah untuk menyambut para tamu yang akan datang nanti.“Sayang, lebih baik kamu duduk saja pasti nanti kamu lelah berkeliling di sini,” kata Endara, kepada Dara yang selalu setia mengekor di belakangnya. Tidak hanya itu, Dara juga ikut serta memeriksa dekorasi acara resepsi pernikahan mereka yang akan di selenggarakan beberapa hari lagi.“Nggak kok Mas, Dara masih kuat.” Dara sengaja menolak, karena ia ingin ikut serta menjadi saksi dari awal sampai akhir dekorasi pernikahan mereka selesai. Dara sangat bahagia, karena akhirnya ia bisa memiliki pendamping hidup yang bisa menyayangi dan mencintainya dengan tulus, tidak hanya itu, Julian yang merupakan mertuanya sangat menyayangi Dara apa adanya.“Sayang, jangan
Read more

BAB 82

Hari pesta pernikahan pun tiba, Dara terlihat anggun dan cantik menggunakan gaun bak putri di negeri dongeng sementara Endara terlihat tampan dan gagah terlihat lebih muda dari usianya. Ke duanya terlihat sangat bahagia menyambut hari bahagia mereka yang sempat tertunda.“Tamunya yang datang banyak sekali Mas.” Dara berbisik tepat di depan telinga Endara, wanita itu sempat terkejut dengan tamu undangan yang hadir sangat banyak. Entah berapa ratus atau bahkan ribu orang yang diundang suaminya untuk menghadiri acara pesta pernikahan mereka.Endara tersenyum mendengar ucapan istrinya, sudah Endara duga Dara pasti akan terkejut dengan tamu undangan yang hadir. Sebenarnya Endara belum sepenuhnya mengundang temannya, yang datang hari ini hanyalah sebagian saja. bayangkan jika semua teman Endara yang hadir di hari itu, pasti tempat yang sudah ia siapkan akan sesak dan penuh.“Kan teman aku banyak sayang, jadi wajar saja kalau tamu yang aku undang juga banyak,” kata Endara, lelaki itu terus
Read more

BAB 83

Waktunya berfoto dengan Dara dan juga Endara. Masih memakai jas di pundaknya Afifa dengan percaya dirinya naik ke atas pelaminan bersama dengan lelaki asing yang berjalan di belakangnya bahkan sampai detik ini Afifa belum mengetahui nama lelaki itu.“Mbak, itu siapa? Kenapa Mbak Afifa pakai jas? Apa jas ini milik lelaki itu?” rentetan pertanyaan bak kereta api itu Dara layangkan untuk Afifa. Rasa penasarannya pun meronta-ronta ingin segera dijawab.“Aku tidak tahu lelaki itu, dia tadi tidak sengaja membuat kuah santan tumpah di bajuku,” jawab Afifa, sedikit berbisik agar lelaki yang sejak tadi setia mengekor di belakangnya tidak dengar.Dara menganggukkan kepalanya paham, tapi tidak sepenuhnya membuat rasa penasaran Dara hilang. Sesi foto pun masih berlangsung, sepertinya Endara kenal dengan lelaki yang datang bersama Afifa, terbukti dari keakraban mereka yang sudah tidak lagi dibatasi oleh dinding penghalang. Dara semakin penasaran sebenarnya siapa lelaki gagah dan tampan yang datang
Read more

BAB 84

84Sepulang dari hotel Dara langsung dibawa oleh Endara ke rumah baru, rumah lama akan segera dijual untuk membuang semua kenangan pahit di sana. Sekarang Endara dan Dara akan membuka lembaran baru maka dari itu Endara memutuskan untuk membeli rumah baru. Meksipun di rumah baru ini tidak luas seperti rumah lama, tapi Dara sudah sangat bahagia. Bahkan di sana tidak ada asisten rumah tangga, padahal Endara sudah menyiapkan semuanya, tapi Dara menolak dengan alasan ingin mengerjakan semuanya, Endara pun tidak bisa menolaknya.Kegiatan Dara saat ini di rumah baru adalah membuat cemilan untuk suaminya yang sedang bekerja di ruang khusus yang sudah lelaki itu siapkan sebelumnya. Bakwan jagung yang sekarang berada di dalam wajan sebentar lagi akan matang dan siap untuk disajikan. Entah mengapa Dara merasa tinggal di rumah baru ini membuatnya sangat bahagia, selain mengerjakan semuanya sendirian ia juga hanya berdua dengan Endara saja di dalam rumah, jadi privasi akan tetap terjaga sempurna.
Read more

BAB 85

Ke esokan harinya ….Dara baru saja menerima telepon dari Afifa, wanita itu meminta agar Dara ikut bersamanya untuk berbelanja keperluan dapur, namun Dara belum bisa menyetujui karena ia belum izin suaminya.“Kenapa sayang?” tanya Endara pada saat lelaki itu baru saja keluar dari dalam kamar mandi masih menggunakan handuk di pinggangnya. Lelaki itu menghampiri Dara yang sedang duduk di tepian ranjang, lelaki itu penasaran siapa yang baru saja menelpon istrinya.“Siapa yang telepon?” tanya Endara lelaki itu duduk di tepian ranjang tepat di samping Dara sambil melirik ponsel sang istri yang baru saja menerima telepon.“Mbak Afifa, Mas,” jawab Dara. “Oh iya Mas, tadi Mbak Afifa bilang mau belanja keperluan dapur, terus Dara diminta untuk menemani, apa boleh Dara menemani Mbak Afifa sekalian belanja keperluan rumah kita Mas?”Endara nampak berpikir beberapa saat. Sebenarnya ketakutan akan kehilangan Dara masih ada di dalam dirinya, tapi jika ketakutan itu terus bersemayam di dalam sana ma
Read more

BAB 86

“Capek sayang?” tanya Endara sambil menghampiri Dara sambil membawakan susu hangat untuk istrinya.Dara yang sedang selonjoran di atas kasur pun mengangguk dengan senyum penuh kehangatan. “Lumayan Mas.”“Diminum dulu nih susu hangatnya.” Endara memberikan gelas itu kepada Dara kemudian wanita itu meneguknya sampai tidak tersisa. Endara meletakkan gelas kosong itu ke ata smeja lalu lelaki itu fokus menatap istrinya.“Bagaimana tadi belanjanya? Seru?” Endara bertanya sambil memijat kaki Dara yang terasa pegal akibat berjalan kaki mengelilingi supermarket yang cukup besar di daerahnya tinggal.“Seru banget Mas, tadi aku juga ketemu sama temen Mas yang datang ke pesta pernikahan kita kemarin.” Dara menceritakannya penuh antusias terlihat dari wajahnya yang begitu bersinar.“Teman? Siapa? Teman Mas kan banyak sayang yang datang kemarin.” Endara mengerutkan keningnya mencoba berpikir siapa temannya yang Dara temui di supermarket tadi.“Yang duda tiga tahun itu loh Mas, yang punya anak cewek
Read more

BA 87

“Terima kasih sudah menemukan Jasmin untuk yang ke dua kalinya,” kata Roy, kali ini ada sedikit senyum hangat yang terpancar di wajah lelaki itu. Tidak seperti awal pertama kali mereka bertemu di pesta pernikahan Dara dan Endara yang terkesan dingin seperti kulkas dua pintu.Setelah pertemuan tadi Roy memutuskan untuk mengajak Afifa makan malam bersama sebagai tanda terima kasih karena sudah menyelamatkan Jasmin untuk yang ke dua kalinya.“Iya sama-sama. Lagian kalau di luar kamu itu ngapain aja sih? Bisa-bisanya Jasmin bisa ditinggal begitu saja, untung aku yang menemukan kalau orang yang berniat jahat bagaimana?” Afifa masih merasa kesal dengan Roy yang sangat ceroboh sekali meninggalkan anak sekecil Jasmin sendirian di tengah jalan.“Tadi saya hanya menerima telepon sebentar dari rakan bisnis, tapi beberapa menit kemudian Jasmin sudah hilang,” jelas Roy. Apakah lelaki itu tidak takut jika Jasmin hilang? Atau lebih parahnya lagi tertabrak kendaraan yang melintas? Afifa rasa otak Roy
Read more

BAB 88

“Mas Endara nanti pulang jam berapa?” tanya Dara sambil memakaikan jas berwarna hitam ke tubuh suaminya. Pagi ini Endara mendapat telepon dari sekretarisnya bahwa ada jadwal meeting yang sudah diatur sejak lama dan tidak bisa ditinggal.“Mungkin tidak sampai jam delapan malam sayang.” Endara memutar tubuhnya menghadap Dara, jadi kini mereka berdua saling berhadapan.Cup. Endara mengecup bibir Dara singkat, namun cukup membuat jantung Dara berdebar hebat pagi ini. Endara tersenyum kecil saat melihat seluruh wajah Dara merah merona, pasti wanita itu sekarang sedang menahan malu. Begitulah Endara menebak di dalam hati.“Kita berdua sudah sepiring seperti ini, tapi kenapa wajahnya masih merah sih?” Jika tidak menggoda bukan Endara namanya. Sudah tahu Dara sedang menahan malu, tapi dengan jahilnya Endara malah menggoda wanita itu.“Kalau mau cium itu bilang-bilang dulu Mas,” kata Dara, wajahnya terlihat sebal, tapi di dalam hatinya berbunga-bunga penuh kebahagiaan. Siapa sih wanita yang ti
Read more

BAB 89

Tepat jam dua belas siang di mana para pekerja kantornya saatnya istirahat untuk makan dan sholat. Begitu juga dengan Afifa, wanita itu membawa bekal makanannya ke kantin yang ada di kantor, ia memilih untuk membawa bekal karena menurutnya lebih dekat dan hemat.“Hai.” Afifa menyapa teman-teman kantornya dengans angat ramah. Wanita itu duduk bersama mereka. Namun, pada saat Afifa ingin menyantap makannya, ia ditarik oleh seseorang.“Eh, eh, apa-apaan ini?” Afifa menghempaskan tangannya sampai cekalan seseorang itu terlepas.“Aku lagi makan Roy, kamu nggak liat?” Afifa menatap Roy penuh protes. Di saat perutnya meronta ingin diisi datanglah sosok Roy yang mengganggunya. Suara Afifa yang keras membuat seisi kantin menatap ke arahnya.“Maaf, tapi kamu harus ikut saya ke rumah sakit,” kata Roy, lelaki itu kembali mencekal pergelangan tangan Afifa, tapi Afifa kembali menolak.“Kenapa aku harus ikut kamu ke rumah sakit?” tanya Afifa.“Jasmin jatuh dari tangga,” jawab Roy kemudian lelaki itu
Read more

BAB 90

“Ayah.” Jasmin memanggil sang ayah dengan suara pelan dan lembut. tubuhnya yang mungil masih terbaring lemah di atas brankar rumah sakit.Dengan senyum tersungging di bibirnya Roy menghampiri putrinya dengan langkah pelan namun pasti. lelaki itu mengusap puncak kepala gadis kecil itu dengan penuh kasih sayang dan kehangatan.“Ante kemana, Yah?” tanya gadis kecil itu mencari sosok Afifa yang sejak tadi tidak ia lihat. Entah kemana perginya wanita itu sejak tadi tidak kunjung kembali.“Ante lagi cari makan sayang, nanti juga kembali kok.” Roy mencoba menenangkan hati putrinya yang gelisah mencari sosok Afifa. Entah bagaimana wanita yang baru Roy kenal beberapa hari yang lalu bisa mengambil hati putri kecilnya. Padahal yang Roy tahu putrinya itu memiliki kepribadian yang tertutup tidak terbiasa dengan kehadiran orang lain.Jasmin menganggukkan kepalanya lagi, gadis kecil itu tidak lagi bertanya karena sudah tahu tante yang sejak tadi menemaninya sedang mencari makan.“Ayah, Mbak kemana?”
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status