Share

BAB 89

Penulis: Chokolate_21
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tepat jam dua belas siang di mana para pekerja kantornya saatnya istirahat untuk makan dan sholat. Begitu juga dengan Afifa, wanita itu membawa bekal makanannya ke kantin yang ada di kantor, ia memilih untuk membawa bekal karena menurutnya lebih dekat dan hemat.

“Hai.” Afifa menyapa teman-teman kantornya dengans angat ramah. Wanita itu duduk bersama mereka. Namun, pada saat Afifa ingin menyantap makannya, ia ditarik oleh seseorang.

“Eh, eh, apa-apaan ini?” Afifa menghempaskan tangannya sampai cekalan seseorang itu terlepas.

“Aku lagi makan Roy, kamu nggak liat?” Afifa menatap Roy penuh protes. Di saat perutnya meronta ingin diisi datanglah sosok Roy yang mengganggunya. Suara Afifa yang keras membuat seisi kantin menatap ke arahnya.

“Maaf, tapi kamu harus ikut saya ke rumah sakit,” kata Roy, lelaki itu kembali mencekal pergelangan tangan Afifa, tapi Afifa kembali menolak.

“Kenapa aku harus ikut kamu ke rumah sakit?” tanya Afifa.

“Jasmin jatuh dari tangga,” jawab Roy kemudian lelaki itu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 90

    “Ayah.” Jasmin memanggil sang ayah dengan suara pelan dan lembut. tubuhnya yang mungil masih terbaring lemah di atas brankar rumah sakit.Dengan senyum tersungging di bibirnya Roy menghampiri putrinya dengan langkah pelan namun pasti. lelaki itu mengusap puncak kepala gadis kecil itu dengan penuh kasih sayang dan kehangatan.“Ante kemana, Yah?” tanya gadis kecil itu mencari sosok Afifa yang sejak tadi tidak ia lihat. Entah kemana perginya wanita itu sejak tadi tidak kunjung kembali.“Ante lagi cari makan sayang, nanti juga kembali kok.” Roy mencoba menenangkan hati putrinya yang gelisah mencari sosok Afifa. Entah bagaimana wanita yang baru Roy kenal beberapa hari yang lalu bisa mengambil hati putri kecilnya. Padahal yang Roy tahu putrinya itu memiliki kepribadian yang tertutup tidak terbiasa dengan kehadiran orang lain.Jasmin menganggukkan kepalanya lagi, gadis kecil itu tidak lagi bertanya karena sudah tahu tante yang sejak tadi menemaninya sedang mencari makan.“Ayah, Mbak kemana?”

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 91

    Hari minggu telah tiba saatnya Endara bermanja dengan sang istri. Seperti pagi ini lelaki itu seperti tidak ingin pergi dari pangkuan istrinya padahal Dara harus segera ke dapur untuk membuat sarapan mereka berdua. Sekarang Dara seperti memiliki bayi besar yang tidak bisa ditinggal, menggemaskan, tapi juga menjengkelkan.“Mas, Dara mau masak dulu.” sudah yang kesekian kalinya Dara mengatakan hal itu, tapi Endara tidak mendengarkan ucapan istrinya sehingga membuat lelaki itu tetap berada di tempatnya tiduran di atas paha Dara yang membuatnya sangat nyaman.“Nggak mau, pokoknya aku mau di sini.” Endara berkata dengan nada merajuk, lelaki itu benar-benar lucu sampai membuat Dara ingin mencemplungkan suaminya ke dalam kolam ikan lele.Dara menghela napasnya kasar, jika Endara sudah manja seperti ini maka tandanya Dara tidak boleh pergi kemana-mana. Wajar saja Endara bersikap manja seperti itu karena waktu berduanya bersama Dara hanya di waktu libur saja, itu pun tidak bisa satu hari full.

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 92

    Afifa pun diminta mampir terlebih dahulu oleh Marian, ya wanita itu adalah ibu dari Roy sekaligus nenek Jasmin. Di Usianya yang sudah paruh baya tapi tidak membuat wanita itu terlihat ingin diam saja buktinya keadaan rumah Roy sekarang sudah bersih dan wangi pasti karena ulah wanita paruh baya itu yang tadi baru saja selesai beres-beres padahal kondisinya belum sepenuhnya pulih.“Cantik sekali wanita itu, kamu dapat dimana Roy? Kenapa tidak bilang sama Mama?” Mariam bertanya dengan suara lirih tepat di dekat telinga sang putra. Marian heboh ketika putranya membawa seorang wanita ke dalam rumah untuk pertama kalinya setelah kepergian mendiang istri putranya itu.“Dia teman Mah,” kata Roy, sedikit malas menanggapi reaksi Mariam tadi. Bukan Roy durhaka, hanya saja Roy tahu apa yang ada di dalam pikiran Mariam saat ini, mamanya itu sedang berkhayal jika dirinya memiliki hubungan dengan Afifa.“Kenapa tidak dicoba dulu? Mama lihat Jasmin cukup dekat dengan wanita itu. Sejak kalan kalian sa

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 93

    Lima bulan kemudian ….“Sayang, badan kamu kok panas?” Endara menghampiri Dara yang sedang meringkuk di atas kasur dengan selimut menutupi seluruh tubuh wanita itu. Wajah Dara terlihat pucat dan tidak perdaya, tubuhnya lemas sampai membuat wanita itu sulit menggerakkan tubuhnya.“Aku nggak tau Mas, tiba-tiba aja jadi kaya gini,” kata Dara, wanita itu susah payah untuk menjelaskannya. Pusing di kepalanya membuat Dara tidak kuasa terus membuka mata sehingga membuat wanita itu harus terus terpejam.“Kita ke dokter saja yuk, Mas takut kamu kenapa-kenapa sayang.” Endara duduk di tepian ranjang tangannya terus mengecup puncak kepala istrinya yang terasa hangat.Dara menggeleng lemah. “Nggak mau Mas, Dara pengennya istirahat aja.”Endara menghela napas kasar, jika sudah seperti itu maka dirinya tidak bisa berbuat lebih. Ia bingung harus bagaimana membujuk Dara agar mau ke rumah sakit. Hari ini sebenarnya Endara ada pertemuan, tapi dibatalkan oleh lelaki itu karena ingin menemani Dara di ruma

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 94

    Endara kembali ke rumah dengan membawa sup buntut pesanan istrinya tadi, lelaki itu memancarkan senyum bahagia pada saat masuk ke dalam kamar karena ia sudah berhasil membawa makanan yang Dara inginkan.“Sayang, aku pulang.” Endara menyalakan lampu kamar, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa Dara ada di sana. Lelaki itu pun keluar dari kamar untuk mencari sang mama.“Ma.” Endara kembali berteriak, rumahnya itu sepi seperti tidak berpenghuni.“Mama.” Sekali lagi Endara memanggil, tapi tidak ada yang menyahut. Lelaki itu pun menaruh kantong kresek ke atas meja, kemudian kembali menaiki tangga mencari dua orang wanita yang sangat berharga dalam hidupnya.“Mama, Sayang, kalian berdua ada di mana?”HoekKe dua mata Endara mengarah pada kamar mandi karena ia mendengar suara aneh di sana. Endara pun buru-buru menghampiri kamar mandi yang setia tertutup sejak tadi.“Ya ampun, sayang.” Endara langsung membantu memijit tengkuk Dara agar wanita itu mampu memuntahkan semua isi di perutnya.“Kamu kena

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 95

    “Jadi, bagaimana Dok?” Endara menunggu dengan penuh kesabaran serta sejak tadi detak jantungnya tidak bisa ia kendalikan seluruh tubuhnya keringat dingin menunggu penjelasan yang akan diberikan dokter kepadanya nanti.Sang dokter mengarahkan alat USG pada sebuah kantong kecil yang berada di dalam rahim Dara. Dokter tersebut pun menatap Endara dengan senyum mengembang di wajahnya.“Wah, selamat ya Pak, istri Bapak positif hamil,” kata si dokter, ikut bahagia mengabarkan berita bahagia tersebut.“Yang benar Dok?” Endara tidak percaya dengan kabar yang ia dengar beberapa detik yang lalu. Apakah dirinya tidak mimpi? Itu lah yang ada di dalam pikiran Endara saat ini.“Betul Pak, usianya baru saja menginjak tiga minggu,” jawab si dokter.Endara sangat bahagia mendengar bahwa Dara kembali hamil, sementara Dara masih diam di tempatnya dengan pikiran melayang entah kemana. Bukan tidak bahagia, ia masih mencoba menyadarkan dirinya dari mimpi, tapi semakin Dara mencoba untuk bangun dari mimpi, s

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 96

    Di hari libur seperti ini biasanya Afifa hanya menghabiskan waktunya berada di dalam rumah, menonton televisi, membuat makanan, dan tidur seharian penuh, tapi untuk hari ini ia tidak bisa bermalas-malasan karena akan ada tamu yang datang ke rumahnya. Tamu itu adalah Roy dan Jasmin, sudah sejak beberapa minggu yang lalu tidak bertemu Jasmin terus merengek meminta Roy mengantarkannya ke rumah Afifa dan sekarang keinginan gadis kecil itu baru saja terpenuhi.Pagi-pagi sekali Afifa harus ke pasar membeli ayam untuk dibuat ayam kecap manis karena kata Roy, Jasmin sangat suka dengan makanan itu akhirnya Afifa pun berinisiatif untuk membuatkan gadis kecil itu makanan kesukaan.“Terima kasih.” Afifa menerima kantong kresek berukuran sedang yang berisi satu ekor ayam utuh dia sangat bahagia karena masih bisa mendapatkan daging ayam yang bagus karena biasanya jika kesiangan sedikit maka pilihannya hanya tinggal sedikit juga.“Alhamdulillah, sekarang waktunya pulang dan masak.” Afifa bergumam de

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 97

    “Emmn, macakan Ante enak cekali.” Raut wajah Jasmin semakin terlihat bahagia ketika menyantap makanan yang dimasak oleh Afifa. Gadis kecil itu sangat lahap menikmati sarapannya kali ini padahal biasanya setiap pagi Roy harus mengumpulkan kesabarannya terlebih dahulu agar Jasmin mau makan.Afifa tersenyum menanggapi ucapan Jasmin, ia juga ikut bahagia jika Jasmin suka dengan makanannya. Afifa mengusap sudut bibir Jasmin yang terdapat noda kecap di sana kemudian berkata, “Syukur lah kalau Jasmin suka dengan masakan Ante. Lain kali nanti Ante masakin lagi ya.”Jasmin mengangguk penuh semangat. “Benelan Ante?”Afifa kembali mengangguk, kemudian berkata. “Iya sayang, jadi jangan kapok ya main ke rumah Ante.”Roy hanya bisa mendengarkan secara seksama interaksi antara Jasmin dan Afifa, ia melihat putrinya sangat antusias menghabiskan makanan yang ada di dalam piringnya. Memang benar Jasmin suka dengan ayam kecap, tapi tidak biasanya lahap seperti ini.“Ayah, boleh kan kalau nanti Jasmin ma

Bab terbaru

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 116

    Beberapa hari setelah acara aqiqah Brian, Afifa dan Riy kembali pada aktivitas masing-masing apa lagi kalau bukan bekerja dari pagi sampai malam, namun entah mengapa pagi ini bos yang ada di kantor Afifa meminta agar Afifa libur saja padahal sebelumnya bosnya itu tidak pernah meminta Afifa libur. Karena Afifa sangat bosan pagi ini, ia pun memutuskan ke dapur untuk membuat makanan sebagai cemilannya hari ini kebetulan sekali di dalam kulkas masih ada sayuran untuk dijadikan bakwan. Afifa memotong kol dengan senandung kecil yang keluar dari bibirnya, namun tiba-tiba saja ponselnya berdering.“Hao, Roy.” Afifa menyapa seseorang yang ada di seberang sana. Tumben sekali Roy pagi-pagi sudah menelepon?“Aku tidak berangkat kerja, bos meminta aku untuk libur,” jawab Afifa.“Oh, tentu sangat boleh. Bawa saja Jasmin ke sini, aku juga tidak ada teman di rumah. Iya, sama-sama.”Kemudian sambungan telepon dimatikan. Sangat kebetulan sekali hari ini dirinya sedang libur dan Jasmin tidak ada teman d

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 115

    Satu minggu sudah usia buah hati Dara dan Endara dan sekarang mereka berdua akan menggelar acara aqiqah untuk sang putra sekaligus memberikan nama untuk buah hatinya itu.“Persiapannya sudah selesai semua, Mas?” Dara bertanya saat suaminya masuk ke dalam kamar. Selama beberapa hari ini Dara hanya berada di dalam kamar karena takut meninggalkan sang putra sendirian di sana. Dara takut jika putranya harus dirinya tidak ada di dekatnya.“Sudah sayang, semuanya sudah selesai kok. Mulai dari makanan dan lain sebagainya. Kamu tidak usah khawatir, kamu fokus saja mengurus si Dedek yah,” kata Endara, lelaki itu duduk di tepian ranjang memperhatikan sang putra yang sedang asyi meminum asi dari sumbernya. Melihat sang putra begitu menikmati asi dari sumbernya itu membuat Endara menelan ludah karena ia juga ingin merasakan.“Hayo, lagi mikirin apa.” Dara melambaikan tangannya di depan sang suami, sebab wajah sang suami terlihat sangat mencurigakan.“Emangnya Mas nggak boleh nyoba ya sayang? Mas

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 114

    Afifa terdiam haru pada saat melihat seorang bayi yang sedang tertidur pulas di atas pangkuan Dara. Bayi laki-laki itu baru saja tertidur pulas setelah minum asi yang Dara berikan. Afifa tidak bisa menahan air matanya, wanita itu benar-benar sangat terharu.“Dara, apa boleh Mbak menggendong anakmu?” tanya Afifa dengan sangat hati-hati. Ia takut jika Dara akan marah jika anaknya digendong olehnya karena biasanya seorang wanita yang baru saja merasakan menjadi ibu akan sangat sensitif jika anaknya digendong oleh orang lain.“Tentu saja boleh Mbak,” kata Dara, dengan senyum mengembang di wajahnya.Mendengar persetujuan dari Dara membuat Afifa bahagia sampai rasanya tidak bisa dijelaskan. Wanita itu duduk di tepian brankar rumah sakit memposisikan tubuhnya senyaman mungkin agar ia nyaman menggendong bayi laki-laki tersebut. Ke dua matanya terus menatap bayi yang sedang ada di dalam pangkuannya, rasanya Afifa seperti punya bayi kecil sekarang.“Dia sangat imut sekali,” kata Afifa, tanpa sa

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 113

    Sekarang Endara sedang berada di ruangan bersalin, karena Dara ingin lahiran secara normal, jadilah Endara harus bersiap mendengar jeritan sang istri. Sebenarnya Endara tidak mau melihat Dara kesakitan seperti ini, tapi istrinya itu adalah perempuan yang keras kepala.“Atur napasnya ya Ibu, soalnya belum pembukaan sempurna,” kata sang dokter yang akan membantu proses Dara bersalin kali ini.“Tapi saya sudah tidak tahan Dok, rasanya ingin mengejan,” kata Dara, tangan kanannya ia gunakan untuk memegang pinggiran brankar rumah sakit dan tangan yang satunya lagi setia menggenggam tangan suaminya dan tentunya bukan hanya sekedar genggaman saja tangan Endara nyaris berdarah karena Dara terlalu kencang memegangnya.“Ditahan sayang, tunggu pembukaannya lengkap dulu baru kamu boleh mengajan,” kata Endara, lelaki itu terus berada di samping Dara meskipun dirinya sendiri nyaris pingsan karena terus mendapat siksaan secara fisik oleh istrinya.“Pokoknya Dara nggak mau hamil lagi Mas, ini sakit ba

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 112

    Beberapa bulan kemudian ….“Aduh sayang, kan sudah aku bilang jangan naik turun tangga, perut kamu sudah besar banget itu,” kata Endara, lelaki itu meringis ngilu melihat Dara yag sejak tadi hanya naik turun tangga saja padahal perut wanita itu sudah sangat besar. Di usia kehamilan Dara yang sudah sembilan bulan itu membuat Endara sangat ketat menjaga gerak istrinya itu, tapi Dara tetap lah Dara yang ingin melakukan semua hal sendirian. “Habisnya kalau Dara di kamar terus nggak enak Mas, bosen,” kata Dara. “Lagian kata dokternya juga harus banyak gerak supaya biar cepat kontraksi dan pembukaannya,” sambung Dara. “Tapi kan kau bisa minta tolong sama aku.” Endara menghampiri Dara yang masih berada di tengah-tengah anak tangga lelaki itu membantu sang istri untuk naik dan mengantarkan ke kamar. “Mulesnya belum rutin sayang?” Endara bertanya sambil mengusap perut Dara yang terlihat sangat buncit dan besar. semalam Endara harus begadang karena kata Dara perutnya sudah sesekali mengalam

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 111

    Makan malam bersama dengan keluarga Roy pun sedang berlangsung, tidak ada percakapan di sana yang terdengar hanyalah denting sendok dan piring yang sesekali beradu. Afifa merasa sangat terharu karena akhirnya ia kembali merasakan kehangatan yang namanya keluarga. Jika orang tuanya masih ada pasti ia akan sering melakukan makan bersama seperti ini.“Afifa, ditambah lagi itu nasinya,” ujar Aryan, kepada Afifa. sejak tadi lelaki itu melihat Afifa seperti ada yang sedang dipikirkan terkadang tatapan mata wanita itu terlihat kosong.“Iya Om, ini saja nasinya masih banyak,” kata Afifa, dengan senyum di wajahnya. Afifa kembali terlihat baik-baik saja meskipun sebenarnya di dalam hati wanita itu menjerit ingin menumpahkan semuanya.“Afifa.” Mariam menyentuh bahu Afifa karena kebetulan posisi duduk Mariam dan Afifa hanya bersebelahan saja.“Kamu kenapa? Dari tadi Tante perhatikan wajah kamu sedih.” Mariam melihat jelas bahwa wanita yang berada di sampingnya itu sedang dalam keadaan tidak baik-

  • Istri Ketiga Mas Endara    110

    Setelah mobil Roy selesai diperbaiki, lelaki itu langsung pulang ke rumah orang tuanya dan membawa Afifa ikut bersama. Bukan tanpa alasan Roy membawa Afifa ke rumah orang tuanya, karena tadi Jasmin bilang mau bertemu dengan wanita itu katanya kangen. Wajar saja, karena sudah beberapa hari tidak bertemu.Sekarang Roy dan Afifa sudah sampai di kediaman ke dua orang tua Roy. Afifa sangat disambut baik oleh Mariam dan suami. Meskipun suami Mariam belum pernah bertemu dengan Afifa sebelumnya, tapi lelaki itu bisa sudah seperti mengenal Afifa cukup lama. Aryan, adalah nama papa Roy.“Selama kamu bersama dengan anak ini dia tidak macam-maca kan sama kamu?” tanya Aryan lelaki itu menatap Roy tajam. Bagaimana bisa putranya itu sangat ceroboh membawa seorang wanita menginap di hotel di dalam kamar yang sama? sangat gila sekali bukan? Aryan tahu Roy sudah lama menduda, tapi tidak seperti ini cara melampiaskannya.“Memangnya Papa berpikir seperti apa? Roy tidak segila itu,” kata Roy, menatap sang

  • Istri Ketiga Mas Endara    109

    Roy dan Afifa masih berada di tempat yang sama, meskipun hari sudah larut malam, tapi acara di tempat pesta itu masih terlihat ramai oleh tamu yang datang. Sejak tadi Afifa tidak pernah jauh dari Roy, wanita itu terus berada di sisi Roy karena tidak mau hal buruk terjadi padanya. Pandangan mata lelaki yang berada si sekitar Afifa masih sama, masih menatap penuh minat. Sampai-sampai membuat Afifa risih dan ingin secepatnya pergi dari tempat itu.“Apa kita masih lama di sini?” tanya Afifa dia sudah bernar-benar tidak betah berada di sana. Bukan karena banyak orang yang berkerumun, tapi tatapan mata lelaki hidung belang yang penuh minat itu seolah Afifa adalah seorang perempuan yang bisa dibawa dengan mudah.“Kamu mau pulang sekarang?” tanya Roy lelaki itu bisa melihat jelas Afifa sedang dalam keadaan gelisah. Wajar saja, karena memang sejak tadi banyak laki-laki yang memandangi Afifa. Roy tidak menyangka ternyata pesona Afifa bisa menarik perhatian para lelaki yang hadir di sana. Pesona

  • Istri Ketiga Mas Endara    BAB 108

    Tiga hari telah berlalu …. Afifa sedang mempersiapkan diri untuk istirahat karena besok ia harus semangat untuk bekerja. Pada saat wanita itu ingin memposisikan tubuhnya untuk tiduran di kasur, tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan ada telepon masuk. “Iya, halo.” Afifa menyapa seseorang yang ada di seberang sana. “Afifa, apakah besok kamu ada acara?” Roy bertanya dengan suara yang cukup tenang. Ya, yang menelepon Afifa malam-malam adalah Roy, entah kepentingan apa yang membuat lelaki itu menghubungi Afifa di saat jam tidur seperti ini. “Seperti biasa berangkat kerja,” jawab Afifa, terdengar santai. Sesekali wanita itu menahan kantuk yang sudah mulai menyerangnya, Afifa berharap Roy akan segera mengakhiri panggilannya agar Afifa segera mengistirahatkan tubuhnya. “Besok malam ada acara pesta salah satu rekan bisnis saya, saya berniat untuk mengajak kamu untuk menghapus rumor bahwa saya adalah laki-laki penyuka sesama jenis,” jelas Roy sebenarnya lelaki itu malu mengatakan hal yang

DMCA.com Protection Status