Mataku mengerjap beberapa kali masih mencoba menormalkan penglihatan. Rasa ngilu dan perih terasa di kepala. Rupanya, kejadian beberapa waktu lalu ternyata benar adanya. Apalagi, ketika kuraba ternyata ada sebuah perban yang menempel di kepala yang tak terbalut kerudung. Aku tak menyangka, Sinta bisa seberingas itu. “Alhamdulillah Mama udah sadar.”Suara lantang Laras terdengar. Benar, putriku satu-satunya itu baru saja keluar dari kamar mandi yang ada di dalam kamar milikku, lalu dirinya langsung memelukku dengan erat. Kentara sekali kekhawatiran di raut wajahnya untukku.“Bentar, ya, Ma. Laras panggilin Tante Nana dulu, dari tadi Tante khawatir sama Mama,”Laras berteriak dari pintu memanggil mantan adik Iparku. Tak lama, dengan tergesa Nana datang dan langsung memelukku erat. Dia menangis dalam pelukanku seolah aku sedang terluka parah saja.“Jangan cengeng. Kakak enggak apa-apa, kok. Ini hanya luka kecil,” imbuhku.“Idih, Tante Nana nangis. Cengeng kek anak kecil aja,” goda Lara
Last Updated : 2023-01-03 Read more