All Chapters of Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh: Chapter 41 - Chapter 50

82 Chapters

Bab 41. Jiwa Muda 2

“Jangan pernah menyalahkan Mama, Yah. Ini semua fitnah. Tante Sinta yang sudah bohong dan membuat drama ini,” hardikku lalu menoleh ke arah wanita yang tengah kesakitan dan mulai dipangku Ayah.“Tan. Katakan yang sebenarnya! Jangan memfitnahku seperti ini!”“Bayiku, Mas! Bayiku ...!” racaunya kembali membuat semua orang melihat dengan iba.Tak lama setelah itu Tante Sinta tak sadarkan diri dalam gendongan. Membuat Ayah panik dan cepat membawanya ke dalam mobil. Kemudian, bergegas meninggalkan tempat di mana kami berada. Tanpa memedulikan penjelasanku sama sekali. “Tante Sinta berbohong, dia memfitnahku!” kembali aku berteriak!“Mama harus percaya sama aku. Dia bohong, Ma. Itu gak seperti yang Mama lihat.”Plak!“Mama kecewa sama kamu. Mama sudah bilang sebelumnya, Ras. Ikhlaskan semuanya. Hentikan semua kekonyolan ini. Mama enggak pernah mengajarkan kamu berbuat kasar sama orang termasuk orang yang tak disuka sekali pun. “Lihat Mama, Ras. Apa yang kamu dapatkan dengan berbuat semua
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Bab 42. Jiwa Muda

“Lo siapa? Jangan ikut campur sama urusan Gue!” bentaknya dengan gaya angkuh. “Enggak penting siapa aku. Pastinya yang ingin kulakukan sekarang adalah menghentikan kamu untuk bolos sekolah,” sahutku langsung mendapat lirikan sinis dari orang di hadapanku.“Terserah gue mau bolos atau enggak. Memangnya apa urusan Lo. Jangan pernah atur hidup gue.”“Tapi yang kamu lakukan ini salah. Kasihan orang tua kamu kalau tahu kamu begini.”Namun, ia hanya tertawa dengan hambar.“Tahu apa Lo tentang orang tua gue? Mereka mana peduli sama kehidupan yang gue lalui. Kalau pun mati, mereka tak akan pernah berduka.” Aku terkejut mendengar apa yang sudah dia katakan. Kenapa diri ini merasa dia senasib denganku? Apa dia juga sama korban perceraian orang tuanya? Untungnya, aku masih mempunyai Mama yang menyayangi dan peduli.“Oh iya. Gue inget. Lo bukannya anak yang ada di video viral beberapa bulan yang lalu kan? Lo juga korban keegoisan orang tua Lo? Sebaiknya, urus hidup Lo sendiri dan nasib Lo setel
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Bab 43. Tertampar Kenyataan

POV Laras.“Dagangannya rusak begini. Gimana aku bisa ganti semuanya ke Bude Lilik dan beli makan buat adik?”Serasa ada sesuatu yang menampar jiwaku. Benarkah anak sekecil ini harus berjuang demi mendapatkan sesuap nasi dan menghidupi adiknya? Lalu, ke mana orang tuanya?Aku dan Lea saling bertatapan satu sama lain. Tanpa kata, kami berjongkok dan membantu anak kecil tadi memungut satu persatu kue basah di tangannya.“Kami bantu, ya, Dek,” tegurku. Bocah itu langsung mendongak. Menatapku dengan mata yang masih berlinang.“Iya, Kak. Makasih banyak,” jawabnya masih dengan isakan. Mendengar tangis pilu adik kecil ini membuatku semakin terenyuh. Tiba-tiba saja, rasa sesak mulai merayapi hati. Tak tega rasanya melihat hal menyakitkan seperti ini.“Sama-sama, Dek.” Aku mengelus pucuk kepala anak itu dengan mata berair. Lalu, melirik ke arah sekitar. Terdapat beberapa orang lewat dan melihat dari kejauhan apa yang telah terjadi. Hati ini kembali miris. Rendah sekali kesadaran untuk memban
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Bab 44. Tertampar Kenyataan

Ya, tadinya kupikir hanya aku saja dan Lea yang menderita di dunia ini. Akan tetapi, setelah mendengar cerita adik ini, aku merasa kesedihan kami tak sebanding dengannya. Seorang bocah tujuh tahun yang harus menghidupi adiknya yang masih kecil karena Bapak sama Emaknya meninggal dunia. Terlebih lagi, kedua bocah yatim piatu itu harus tinggal sendirian, tanpa saudara dari pihak kedua orang tuanya. Mereka berdua hanya sebatang kara.“Kamu kuat banget sih, Dek. Boleh Kakak berdua ketemu sama adikmu? Sekalian nganterin dagangan yang udah rusak ini,” pinta Lea. Wajah adik tersebut langsung menatap sedih pada sekeranjang makanan yang rusak di depannya. Setetes cairan bening jatuh di pipi anak itu.“Kenapa kamu jadi sedih lagi?”“Aku enggak bisa pulang dulu ke rumah. Mau nyari uang dulu buat ganti kue yang rusak sama nyari makan buat adik. Pasti, dia udah nunggu di rumah. Kami belum makan dari kemarin,” papar anak tersebut, membuatku dan Lea saling berpandangan. Seolah sedang berkomunikasi
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Bab 45. Tertampar Kenyataan 3

Kuyakin, kalau tidur di atasnya tubuh akan terasa sakit. Rumah ini pun tak memiliki lantai keramik. Hanya tembok dari semen untuk alas kasur tipis tadi. Tanpa tikar, atau pun alas lain.Seketika diriku ngilu membayangkannya. Bagaimana mereka bisa kuat tinggal di tempat yang seperti ini? Bahkan, dapat kubayangkan setiap malam tidur dengan kedinginan, apalagi diri ini yakin angin malam akan masuk dari celah-celah bilik yang bolong. Semakin membuat udara semakin menusuk.Bagaimana, jika turun hujan dengan genting yang bocor? Dapatkah mereka bisa tidur dengan nyenyak? Bahkan, selimut pun tak ada yang hangat. Hanya tersedia kain jarik tipis yang telah pudar warnanya.Aku meringis dalam hati. Tak kuat netra ini kembali berkaca-kaca. Ya Allah, maafkan Laras yang selama ini tak pernah bersyukur dengan apa Engkau berikan. Pun, diriku langsung teringat dengan Mama. Maafkan aku, Ma. Laras mungkin sering banyak mengeluh dan terlena dengan kesedihan karena pengkhianatan Ayah. Merasa diriku seora
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Bab 46. Kebimbangan Seorang Ibu

“Memangnya ada apa, ya, Pak mengenai putri saya sampai-sampai Bapak menyuruh saya datang ke sini? Itu bukan sesuatu yang tak mengenakkan, kan, Pak?” tanyaku, tetapi dibalas helaan napas Pak Bimo yang tengah duduk di kursi seberangku.“Justru itu, Bu. Saya meminta ibu datang ke sini, karena ingin mengatakan sesuatu tentang Laras. Sudah tercatat tiga kali Laras bolos sekolah. Menurut temannya yang satu kelas, Laras sudah sampai di sekolah, tapi saat pelajaran dimulai, dia sudah tak ada. Satu kali juga, putri ibu pergi tanpa izin di jam belajar. Saya sangat menyayangkan dengan kejadian ini, Bu. Laras anak yang rajin dan pintar, tetapi akhir-akhir ini, dia berubah drastis. Apa ada sesuatu yang membuatnya menjadi seperti itu? Atau mungkin Laras sedang ada masalah?” tanya Pak Bimo hati-hati.Pria tambun berusia paruh baya tersebut, memang guru yang baik, pun perhatian terhadap para muridnya, terutama Laras yang menurut beliau menjadi salah satu siswa berprestasi di sekolah ini. Namun, mend
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Bab 47. Kebimbangan Seorang Ibu 2

“Jangan coba untuk melempar batu sembunyi tangan, Mas. Kamu tak sadar? Menyalahkan orang lain untuk menutupi kesalahan dirimu sendiri,” hardikku.“Kamu sungguh-sungguh menyedihkan semenjak hidup bersama Sinta, Mas. Nuranimu seakan sudah hilang,” sindirku membuat wajah Mas Ezran memerah. Ia seperti ingin membantah, sampai suara pesan masuk terdengar di ponselnya.Mas Ezran melotot, seolah terkejut dengan informasi yang haru saja dia dapatkan. Dia bilang, ada seseorang yang mengirim foto Sinta dan Laras sedang berhadapan di depan gerbang sekolah. Kami bergegas datang ke lokasi dengan mobil masing-masing. Untunglah jarak dari rumah ke sekolah tak begitu jauh, hanya membutuhkan sekitar sepuluh menit saja untuk sampai di sana.Aku gelisah tak menentu sepanjang perjalanan. Merasa tak enak dan firasatku akan ada sesuatu yang terjadi antara Sinta dan Laras.Benar saja, begitu sampai aku disuguhi pemandangan yang begitu tak mengenakkan. Sinta sudah mengerang kesakitan dengan darah mengalir di
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Bab 48. Lebih Baik Tanpamu, Mas!

“Maaf, Ma. Maaf. Laras sudah salah. Laras menyesal sudah buat Mama sedih. Laras janji bakalan jadi anak yang baik lagi. Aku sayang banget sama Mama,” lontarnya sambil terus saja mengeratkan pelukannya di tubuhku.“Ada apa, Sayang?” **Laras semakin memeluk tubuhku dengan erat. Hampir setengah jam dia terus menangis tanpa menjawab pertanyaan dariku tadi. Maka dari itu, kuberikan putriku waktu sampai saat dirinya siap untuk bercerita.Kubelai surai miliknya yang hitam legam dengan lembut, sembari menyalurkan kasih sayang serta penyesalan dari lubuk hati yang terdalam. Setelah tangisnya mereda, Laras melonggarkan dekapan. Ia mendongak dengan mata yang memerah dan bengkak. Masih ada jejak-jejak tangis di wajah manisnya.“Ma ...,” akhirnya putriku kembali bersua meski masih dengan suara parau.“Ya, Sayang.”“Hmm ... La-laras mau bikin pengakuan sama Mama. Mungkin, ini semua terlambat. Mama pasti udah tahu dari Pak Bimo. Sebenarnya ... selama beberapa Minggu ini aku berkali-kali membolos d
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Bab 49. Lebih Baik Tanpamu 2

“Aku ambil minum dulu buat Non Laras deh, Nya. Pasti Non Laras haus.” Kiki pamit ke dapur untuk menyiapkan minuman untuk Putriku.Kulihat, jari-jari Laras bertautan seolah sedang gugup. Seperti ada yang masih ingin dia ceritakan, tetapi aku tak tahu itu apa.“Ma. Maafin Laras juga. Ada lagi yang belum aku ceritakan sama Mama. Tapi, Mama jangan marah sama Laras, ya.” Aku mengerutkan alis tak mengerti, tetapi tak ayal membuatku merasa penasaran. Aku hanya mengangguk saja menunggu Laras bercerita.“Tadi pagi, aku sama Lea habis dari acara nikahan Ayah di rumah Tante Sinta,” terang putriku sambil dengan kepala yang tertunduk dan aku masih menyimak dalam diam. Sebenarnya, aku cukup terkejut dengan yang dia katakan. Untuk apa Laras ke acara pernikahan ayahnya? Bukankah putriku tak pernah suka dengan hubungan dua sejoli tersebut?“Maafin Laras, Ma. Tadi aku sama Lea udah bikin ulah di pernikahan Ayah sama Tante Sinta. Laras beli ular dan tikus dari seseorang, terus kami lepas saat menjelang
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more

Bab 50. Kemarahan Nana

“Dari mana kamu tahu Kakak dan Abangmu sudah berpisah, Na?”“Itu enggak penting. Pokoknya Kak Rasti mesti jelasin kenapa kalian bisa bercerai? Aku kecewa. Mama sama Papa juga. Kalau saja Mama sedang tak dalam masa pengobatan, pasti mereka akan pulang dan menagih penjelasan sama kalian berdua, terutama Bang Ezran.”Aku mendesah berat, lalu berbalik dan berjalan ke arah tepi balkon tempat kami berada. Setelah cecaran Nana yang meminta penjelasan saat kita baru saja bertemu, kuajak dia ke atas balkon untuk mengobrol berdua saja agar bisa lebih leluasa.“Kakak enggak bisa jelasin banyak ke kamu, Na. Kakak juga tak tahu harus memulai ceritanya dari mana? Yang jelas, hubungan aku dan Abangmu sekarang sudah tak seperti dulu lagi. Ya, kami sudah berpisah. Ada hal kuat yang membuat Kakak memilih legowo untuk tak mempertahankan pernikahan ini lagi. Meski ... Laraslah yang menjadi korban keegoisan kami berdua sebagai orang tuanya,” paparku sambil memandang langit yang cukup berawan dan kulihat m
last updateLast Updated : 2023-01-02
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status