All Chapters of Ketika Putriku Tahu Ayahnya Selingkuh: Chapter 61 - Chapter 70

82 Chapters

Bab 61. Perhatian Egi

Aku langsung memangku bocah balita tersebut, dan menghujaninya dengan pelukan dan ciuman di pipi. Sungguh gemas, melihat pipinya yang semakin lama kian gembul.Ya, siapa lagi kalau bukan putra dari Mas Egi. Hanya dia satu-satunya yang memanggilku Mama selain Laras.Beberapa bulan kami tak bertemu, ternyata membuat Fian semakin menggemaskan.“Fian sama siapa datang ke sini?” tanyaku dan dia hanya menjawab dengan cara mengarahkan telunjuknya saja ke arah ruang tamu.“Sama Oma?” tanyaku kembali, tetapi dia hanya menggeleng.“Terus sama siapa, dong?”“Papa ....” jawab Fiandra dengan aksen cadelnya. Aku tak percaya Mas Egi datang ke sini. Pasalnya, menurut Tante Ambar, sepupuku itu sedang ditugaskan di luar kota sementara. Akan tetapi, kenapa dia sudah ada di kota ini? Apakah pekerjaannya telah selesai?“Mas Egi udah balik lagi ke kota ini?” semburku dengan pertanyaan begitu sampai di ruang tamu.“Astagfirullah, Ras. Aku sampai kaget kamu datang tiba-tiba begitu.”Aku meringis ketika meli
last updateLast Updated : 2023-01-03
Read more

Bab 62. Lamaran Tak Terduga

“Ras. Apa kamu ada keinginan untuk menikah kembali?”“Maksud Mas Egi apa?”“Ya enggak apa-apa. Mas kan mau tahu aja. Kalau ada pria yang melamarmu untuk jadi suami dan ayah dari anakmu apa kamu mau terima apa enggak?” tanya Mas Egi membuatku terkekeh.“Siapa yang mau sama wanita tua seperti aku, Mas. Umurku saja sudah hampir kepala empat. Lagi pula, menikah tak sesederhana yang dipikirkan. Setelah kegagalanku bersama Mas Ezran. Entahlah, aku bisa menerima laki-laki untuk jadi suami atau tidak. Yang kupikirkan sekarang hanya ingin fokus sama masa depan Laras,” balasku panjang lebar.Mas Egi mengembuskan napas berat. Aku merasa ada kekecewaan di helaan napasnya. Ada apa dengan Mas Egi?“Harusnya, Mas Egi aja yang cari istri dan Ibu buat Fiandra. Lagian, sampai kapan Mas akan melajang. Apa enggak mau setiap pagi ada yang siapkan sarapan, menyiapkan pakaian kerja, mengurus rumah, bantu Mas Egi didik Fian dan nemenin di tempat tidur,” godaku dengan alis naik turun.“Kau ini. Malah membalik
last updateLast Updated : 2023-01-03
Read more

Bab 63. Lamaran Tak Terduga 2

Pasalnya, aku tak ingin memberikan harapan yang akan membuat Mas Egi kecewa. Kuharap, penolakan ini takkan membuat hubungan kami merenggang.“Mas. Aku minta maaf ....”Aku menyesal kenapa kami harus berada di situasi tak nyaman seperti ini. Tatapan Mas Egi kembali meredup. Aku tak enak telah mematahkan harapannya.“Maaf ....”Kata maaf terus saja aku lontarkan. Namun, reaksi Mas Egi membuat diri ini mengerutkan dahi. Ia tertawa terbahak-bahak sampai mengeluarkan air mata dari sudut matanya.“Jangan tegang begitu. Aku hanya bercanda barusan. Sudah kutebak, kamu pasti akan menolakku. Tapi, aku suka melihat ekspresi wajahmu yang terlihat syok begini. Itu lucu sekali. Jadi ingat masa-masa muda dulu saat aku kita masih remaja. Kamu sering kujahili dengan pura-pura kesakitan hanya karena kamu dorong. Ya, seperti sekarang kamu bikin aku pengen ketawa.”Aku syok bukan main mendengar pengakuan Mas Egi yang hanya menjahiliku. Bagaimana aku bisa lupa kalau sepupuku itu luar biasa usil, dan kali
last updateLast Updated : 2023-01-03
Read more

Bab 64. Kenyataan yang Sebenarnya

POV Ezran“Kamu enggak bisa perlakuan aku kek gini, Mas. Memangnya kau siapa hah?” teriak Sinta mulai meradang di kantor polisi ini. Ia tak terima aku sudah melaporkan dia dan hendak menjebloskan dirinya ke penjara atas sesuatu yang telah dia lakukan terhadap Rasti beberapa hari yang lalu.“Memangnya mau kamu bagaimana? Aku harus diam saja ketika anak, mantan istri dan adikku terancam gara-gara kau? Tidak akan pernah kubiarkan kau berbuat seenaknya lagi! Aku sudah cukup mengikuti segala permainanmu! Aku muak!” tekanku dengan nada sedingin mungkin.Ya, aku sudah muak berpura-pura bahagia hidup bersama Sinta dan mengikuti segala perintah wanita ini. Diriku memang pernah tertarik dengannya dan sampai bermain hati di belakang Rasti dulu. Namun, ketika sadar dan mencoba mengakhiri hubungan kami. Sesuatu telah terjadi serta terpaksa membuatku tetap bertahan untuk menjadi kekasih Sinta.“Ah. Kau sudah bosan hidup damai rupanya. Kau tahu, Mas. Mantan suamiku takkan pernah membiarkan kamu hidu
last updateLast Updated : 2023-01-03
Read more

Bab 65. Kenyataan yang Sebenarnya

Di hadapan orang-orang, aku sungguh terpaksa untuk membentak Rasti dan Laras. Pun, menghunjamkan kata-kata menyakitkan sesuai keinginan Sinta. Berat, sungguh-sungguh berat ketika aku harus melakukan sandiwara yang begitu menyesakkan dada.Bagaimana mungkin aku bisa menyakiti wanita-wanita yang kusayangi. Meski nurani memberontak, tetapi aku tak bisa berbuat apa-apa.Jika kalian mengatakan aku bodoh! Ya, dengan tegas aku memang seperti itu. Kenapa aku tak melawan wanita seperti Sinta dan memperbaiki keadaan serta berterus-terang terhadap Rasti?Sudah kulakukan cara agar bisa terbebas dari belenggunya dan mencoba memperbaiki semua. Ingin kukatakan kepada Rasti kalau aku masih sangat mencintainya, pun untuk Laras kalau ayahnya ini sungguh merindukan dia.Namun, ini tak sesederhana itu. Sinta ternyata kuketahui memiliki dukungan seseorang di belakangnya yang saat itu aku tak tahu siapa. Yang pasti bukan orang biasa dan memiliki kekuasaan. Setiap aku akan berbuat sesuatu, wanita itu pasti
last updateLast Updated : 2023-01-03
Read more

Bab 66. Kedatangan Ezran

Karta berkata jika Mas Ezran datang ke rumah ini. Akan tetapi, aku tak menemukannya di mana pun. Aneh sekali. Ke mana mantan suamiku itu pergi?Aku segera berlari ke depan rumah, benar saja mobil Mas Ezran terparkir tak jauh dari rumah ini. Kulihat juga seorang pria hendak masuk ke dalam mobil tersebut.“Mas ...,” teriakku memanggil. Mas Ezran menoleh dan menghentikan gerakannya.“Karta bilang Mas Ezran datang, tapi pas kulihat enggak ada. Kenapa Mas Ezran pergi?” cecarku saat telah berdiri di hadapannya.“Tidak apa-apa, Ras. Hmm ... aku hanya takut kedatanganku mengganggu kesenangan kalian saja. Makanya aku mengurungkan diri untuk menemui kalian,” jawabnya. “Oh enggak apa-apa, Mas. Enggak ganggu kok. Kebetulan Tante Ambar dan Mas Egi sedang berkunjung ke sini. Kalau Mas Ezran mau ikutan silakan. Laras pasti senang Mas datang,” cakapku. Mantan suamiku tersenyum. Ia menggelengkan kepalanya.“Aku ke sini untuk bertemu kamu, Ras,” gumam Mas Ezran dengan lirih. Terdengar pelan diteling
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Bab 67. Niat mengadopsi

Mungkin saja karena sepupuku itu tak suka kepada Mas Ezran karena mengingat pengkhianatannya padaku dulu. Ya, bisa jadi.“Ya sudah, Ras. Mas pulang dulu. Nitip salam untuk Laras dan semua orang.”Aku mengangguk. Mas Ezran langsung memasuki mobilnya dan melajukan kendaraan tersebut meninggalkan rumah ini. “Apa kamu masih punya perasaan sama mantan suami kamu, Ras?” tanya Mas Egi menyusulku masuk ke dalam rumah.Aku menoleh sambil menaikkan alis sebelah.“Kenapa Mas Egi bertanya seperti itu?”“Ya tanya aja, Ras. Kulihat si Ezran itu sepertinya masih mengharapkan kembali sama kamu. Dari cara dia menatap itu beda.”Aku terkekeh mendengar ucapan Mas Egi. Lalu, menggeleng beberapa kali sambil tak bisa menyembunyikan tawa geli.“Dia masih punya istri, Mas. Sinta masih menjadi istrinya meski katanya sudah dilaporkan ke kantor polisi.”“Kalau dia sudah bercerai dengan Sinta, apa kamu bersedia kalau dia minta rujuk lagi?” Pertanyaan apa itu? Aku sama sekali tak berpikiran sampai ke sana. Aku
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Bab 68. Keadaan Fadil

“Ana?” pekik Laras langsung menghampiri anak tersebut disusul olehku.“Fadil kenapa?”“Fadil sakit, Kak. Badannya panas banget. Tapi Ana enggak punya uang buat bawa dia ke dokter. Hari ini Ana enggak jualan soalnya kemarin aja dagangan sisa banyak. Makanya, belum dikasih izin jualan lagi,” papar bocah tersebut membuatku tak kuasa menahan pilu. Ya Allah. Kasihan sekali kedua anak ini. Bagaimana mungkin mereka bisa bertahan hidup berdua dalam garis kemiskinan begini? Sebagai seorang ibu, hatiku kembali terenyuh. Perih, melihat anak sekecil ini harus berjuang sendiri tanpa Keluarganya satu pun.“Kita bawa ke rumah sakit, ya. Biar Fadil bisa diobati sama dokter,” ajakku langsung memangku tubuh kecil balita laki-laki tersebut yang masih saja kejang-kejang.Saat tanganku tak sengaja menyentuh kulitnya, ternyata suhu tubuh balita ini sungguh panas. Ana menatapku bimbang, sepertinya anak itu bingung sebenarnya siapa aku?“Tenang saja, Na. Ini Mama kakak yang kemarin kakak ceritakan,” ujar La
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Bab 69. Rumah Sakit

“Ana suka salat enggak?”Anak itu mengangguk, membuatku mengelus puncak kepalanya dengan lembut.“Berdoa sama Allah, ya. Biar adik Fadil cepat sembuh kembali,” sambungku. Laras yang bersebelahan dengan Ana langsung mengiyakan ucapanku. Dia mengajak Ana untuk pergi ke Musala untuk salat dhuhur bersama dan berdoa untuk kesembuhan sang adik.Kebetulan, aku memang sudah melaksanakannya tadi sebelum menjemput Laras.Gadis kecil itu antusias mendengar ajakan Laras, membuatku tersenyum sekaligus sedih mengingat Fadil masih dalam kondisi yang belum stabil. Ya Allah, sembuhkanlah bocah balita tersebut. Setelah, sembuh aku berniat untuk mengadopsi mereka dan menjadikan keduanya anak angkatku, sehingga aku yakin rumah akan semakin ramai setelah kehadiran mereka.**“Sayang. Habis ini kamu ajak Ana pulang ke rumah, ya. Sebentar lagi hari mulai sore,” perintahku membuat Laras mengangguk.Saat ini, kami tengah makan sesuatu di kantin rumah sakit untuk sekedar mengisi perut karena seharian belum m
last updateLast Updated : 2023-01-04
Read more

Bab 70. Satu Keluarga

“Assalamualaikum.”“Waalaikumsallam.”Aku menoleh ke arah pintu masuk. Melirik ke asal suara pria yang datang barusan. Terlihat Mas Egi datang menghampiri dengan tersenyum. Tak lupa, sebuah kantong keresek penuh sudah dijinjing di tangan kanannya.Aku sudah dapat menebak apa yang ada di dalam plastik putih transparan tersebut.“Lho, Mas. Kenapa masih berseragam?” tanyaku heran dengan penampilannya yang masih memakai seragam polisi.“Tadi, ada sebuah kasus yang harus kutangani, Ras. Kebetulan, tak jauh dari sekolah SMA kita dulu. Pas pulang, tidak sengaja lewat sana dan teringat nasi pecel kesukaan kamu. Jadinya, mampir dulu dan langsung berkunjung ke sini,” jawab Mas Egi.Pria yang masih terlihat tegap meski telah memasuki usia kepala empat itu menyodorkan plastik di tangannya kepadaku.“Duduk dulu, Mas,” titahku mempersilahkan sepupuku tersebut duduk di sofa yang tersedia.Mas Egi mengangguk, lalu dia menghempaskan bobot tubuhnya dan duduk bersandar terlihat kelelahan sangat kentara
last updateLast Updated : 2023-01-05
Read more
PREV
1
...
456789
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status