Home / Romansa / Pacar Kedua & Istri Rahasia / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Pacar Kedua & Istri Rahasia : Chapter 101 - Chapter 110

148 Chapters

Part 101 Perhatian

Agatha merasa gelisah saat ia selesai menyiapkan makan malam. Pandangannya terkadang teralih ke arah pintu kamar tempat Rafka berada, dan perlahan suasana hatinya menjadi tidak tenang. Tidak butuh waktu lama sebelum Rafka keluar dari kamarnya, diikuti oleh Ivan tak lama kemudian. Obrolan di antara Ivan dan Rafka terjadi secara alami, menciptakan sedikit kehangatan dalam ruangan. Namun, meskipun mereka berbicara, Agatha merasa pikirannya melayang-layang. Sesekali, matanya tak bisa menahan diri untuk mencuri pandang ke arah Rafka. Setiap kali pandangannya menyentuh sosok pria itu, getaran aneh terasa di hatinya. Agatha merasa seperti ada semacam magnet yang menarik perhatiannya, dan ia tak dapat menghindarinya.Namun, perasaan Agatha justru berubah menjadi gugup dan canggung. Ia merasa sangat tidak nyaman dengan perasaannya sendiri. Seakan ingin melawan gejolak dalam hatinya, Agatha tanpa sadar menggigit bibirnya dengan kuat. Rasa sakit itu membuatnya meringis perlahan, dan Ivan yang d
last updateLast Updated : 2023-08-19
Read more

Part 102

Dalam suasana kamar yang tenang, pintu perlahan terbuka, dan masuklah Ayra dengan langkah-langkah kecil yang penuh keceriaan. Wajahnya yang polos dan mata yang berbinar langsung mengundang senyuman pada Rafka.“Ayra, kenapa belum tidur, Sayang?” tanya Rafka sambil menatap wajah putrinya.“Ayra nggak bisa tidur, Pa. Ayra mau dengar cerita dari Papa. Boleh nggak, Pa?” tanya Ayra dengan suara lembut, membuat mata Rafka terpana sejenak.Rafka menjawab dengan senyum hangat, "Tentu saja, Ayra. Ayo sini!" Dia memanggil gadis kecil itu dengan penuh ramah, dan Ayra dengan cepat mematuhi, melompat-lompat dengan gembira menuju tempat tidur yang nyaman.Rafka mendekat dan berbaring di samping Ayra. "Baik, sekarang dengarkan baik-baik," ujarnya dengan suara tenang. Ayra duduk berbaring, matanya tak lepas dari wajah Rafka. Rafka mengusap lembut rambut Ayra, membuat gadis kecil itu merasa nyaman dan tenang. Lalu, dengan nada lembut dan penuh kehangatan, Rafka mulai menceritakan sebuah cerita ajaib.
last updateLast Updated : 2023-08-19
Read more

Part 103 Keinginan Besar

Hari itu, suasana sekolah Ayra tampak begitu ramai dengan kegiatan siswa dan orangtua yang datang menjemput anak-anak mereka. Rafka dan Agatha tiba hampir secara bersamaan. Mobil mereka berhenti di samping lain, dan keduanya turun dengan langkah mantap. Rafka tersenyum lembut dan berjalan mendekati Ayra yang tengah menunggu di depan pintu sekolah. Begitu pun dengan Agatha, yang langkahnya juga mengarah pada gadis kecil yang penuh keceriaan itu.Rafka menghampiri Ayra dengan penuh kehangatan, sementara Agatha melangkah mendekat dari sisi lain. Rafka membungkuk sedikit dan menyapukan rambut Ayra dengan lembut, menciptakan senyuman di wajah gadis kecil itu. Sementara itu, Agatha memandang pemandangan itu dengan perasaan campuran antara kehangatan dan perasaan khawatir yang mulai merayap di dalam hatinya.Tiba-tiba, Rafka mengajak Agatha beberapa langkah menjauh dari Ayra. Suara mereka terdengar seperti bisikan yang penuh dengan ketegasan. Agatha mendengarkan dengan ekspresi tegang, meras
last updateLast Updated : 2023-08-19
Read more

Part 104

Setelah beberapa menit perjalanan, mobil yang dikemudikan Rafka akhirnya memasuki halaman parkir sebuah restoran. Mereka bertiga keluar dari mobil, dan Agatha segera merasa familiar dengan tempat ini. Mata Agatha berkedip cepat saat dia menyadari bahwa restoran ini tidak jauh dari rumah sakit tempat Ivan bekerja. Kecamuk pikiran dan perasaan yang tak terduga menghampirinya. Dalam diam, dia mengelus pergelangan tangannya, merasa getaran perasaan yang tak bisa dijelaskan."Kenapa kamu memilih restoran ini?" tanya Agatha dengan suara hati-hati saat Rafka melangkah di sampingnya.Rafka mengangkat bahu dengan santai, senyumnya yang selalu misterius terukir di wajahnya.. "Aku lapar, dan aku lihat restoran ini. Tempatnya kelihatan bagus," jawabnya sederhana, tanpa keraguan.Agatha memandang sekeliling dengan keraguan yang samar-samar. Dia merasa bahwa pilihan tempat ini mungkin tidak semata-mata kebetulan. Namun, Rafka tetap tenang dan santai, dan tidak ada alasan konkret bagi Agatha untuk m
last updateLast Updated : 2023-08-19
Read more

Part 105

Perjalanan berlanjut dengan suasana yang semakin canggung, Agatha merasa bahwa hawa tegang semakin menyelimuti ruang di dalam mobil. Agatha, yang menyadari perubahan sikap Rafka, hanya bisa menghela napas dengan perasaan pasrah, merasa takut bahwa kata-kata yang salah bisa membuat situasi semakin rumit.Agatha menatap keluar jendela, membiarkan pikirannya melayang jauh sambil mencoba meredakan detak jantungnya yang semakin cepat. Dia merasa jalan yang mereka lalui tidak searah dengan sekolah. Ketika mereka semakin menjauh, kekhawatiran dalam dirinya semakin besar. Agatha akhirnya bertanya, “Rafka, kamu mau bawa aku pergi kemana?"Rafka tetap diam, tapi matanya melirik sekilas ke arah Agatha dengan pandangan yang dingin dan serius. Agatha merasa tegang karena reaksi Rafka yang semakin tidak dapat diprediksi. Dia mencoba sekali lagi, "Rafka, kita mau kemana? Mobil aku masih di sekolah."Rafka masih tetap diam, dan Agatha merasa frustrasi dengan sikap pria itu. Dia mencoba mengatasi kebi
last updateLast Updated : 2023-08-19
Read more

Part 106 Kebimbangan

Agatha merasa kesal dan marah atas semua kata-kata yang dilemparkan oleh Rafka. Kata-kata Rafka menusuk hati Agatha dengan tajam. Setiap kalimat yang diucapkan pria itu seperti pedang yang menusuk perasaannya. Rasa kesal dan marah meluap di dalam dirinya, karena Rafka seakan dengan sengaja mengganggu ketenangan dan kehidupannya. Bagaimana bisa pria itu begitu berani untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang begitu dalam dan pribadi?Namun, di tengah kekesalan dan amarah itu, Agatha juga merasa adanya benang kebenaran dalam kata-kata Rafka. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh pria itu seolah menggetarkan hatinya. Agatha pun tidak bisa menghindari pertanyaan tersebut. Ia merenung dalam diam, merasa seolah terjebak dalam perangkap emosional yang rumit.Agatha hanya terdiam di tempatnya, memandangi pintu rumah yang Rafka masuki. Pria itu meninggalkannya dengan pikiran-pikiran yang berkecamuk di dalam kepalanya. Dalam keheningan yang mengelilinginya, Agatha mulai mempertanyakan pera
last updateLast Updated : 2023-08-20
Read more

Part 107 Perasaan yang Sesungguhnya

Agatha duduk menunggu dengan kesabaran yang mulai menipis. Matanya mulai berat dan akhirnya tertutup dalam tidur yang mendalam. Ketika ia membuka matanya, Agatha terkejut melihat Rafka telah kembali dan tengah sibuk menelepon seseorang. Ia melirik jam tangannya dengan khawatir, dan raut wajahnya menunjukkan rasa keterkejutan saat menyadari bahwa hari sudah beranjak gelap. Ia mengusap wajahnya dengan kasar, seakan mencoba untuk mengusir rasa lelah yang menghinggapinya.Agatha memeriksa ponselnya dan mendapati beberapa panggilan tak terjawab dari Ivan. Ia merasa sedikit bersalah karena tidak menjawab panggilan suaminya. Ponselnya masih dalam genggaman, ia merasa kebingungan tentang apa yang harus dia katakan pada Ivan nanti.Dengan langkah yang tegas, Agatha bangkit dari sofa dan melangkah mendekati Rafka. Ia ingin berbicara dengannya dan meminta penjelasannya. Namun, sebelum ia sempat mengucapkan sepatah kata pun, Rafka mengangkat satu jari dengan lembut, memberi isyarat agar Agatha me
last updateLast Updated : 2023-08-20
Read more

Part 108 Bersatu Kembali

Rafka melontarkan kata-kata yang menggelegar dalam keheningan, mengguncangkan bumi di bawah kaki Agatha. Hatinya berdetak semakin cepat saat ia mendengar pernyataan Rafka. Kecuali suara berdebar-debar, hening menyelimuti ruangan saat kedua pandangan mereka terkunci. Rafka menyadari, dan Agatha pun tahu, bahwa hasrat yang sebelumnya hanya tersirat kini terungkap dengan jelas di antara mereka.Dalam sekejap, Rafka maju dengan tiba-tiba, menyapu bibir Agatha dengan keputusasaan yang bertenaga. Kecupan itu, sama seperti ciuman terakhir mereka, tetapi berbeda secara mendalam. Tidak ada lagi amarah yang saling menyalahkan yang menyelimutinya. Kali ini, ada kerinduan yang tak terungkap, ada hasrat yang terbakar dalam setiap sentuhan bibir mereka.Agatha merasa seakan-akan dia sedang melompat dari tepi jurang, siap menyambut kematian, tetapi dalam kasus ini, kematian adalah keinginan yang terpendam. Ia merasa ditarik dalam sensasi ini, tidak bisa lagi menahan diri dari hasrat yang selama ini
last updateLast Updated : 2023-08-20
Read more

Part 93 Mengambil Kendali

Rafka menyeringai lalu mengangkat dagu Agatha. Ia menangkap wajah Agatha dengan kasar, membuatnya merasa rentan dan terkepung. Dia merasakan sentuhan yang tajam dan tidak terduga saat Rafka menciumnya dengan marah dan kasar. Walaupun Agatha berusaha mendorong Rafka untuk melepaskan cengkramannya, dia merasa kekuatannya kalah oleh intensitas emosi pria itu. Jari-jari Rafka meremas pipinya dengan keras, memberikan pesan bahwa dia sedang mengambil kendali atas situasi ini. Agatha mencoba untuk melepaskan diri, tetapi cengkaman Rafka semakin kuat dan tak terelakkan. Saat ciuman Rafka semakin dalam dan menuntut, Agatha merasakan dirinya hampir kehilangan kendali atas emosinya. Bibir mereka menyatu dalam keintiman yang tak terduga, dan perasaan yang bercampur aduk merambat dalam diri Agatha. Dia merasakan napas Rafka di bibirnya, mengirimkan getaran aneh ke seluruh tubuhnya. Tangan Rafka turun dan mencengkeram lengan Agatha dengan erat, menciptakan rasa sakit yang menyatu dengan gairah da
last updateLast Updated : 2023-08-21
Read more

Part 109 Pertentangan

Rafka bangkit setelah momen penuh gairah yang mereka alami, dan dengan cekatan, ia mulai memakai pakaiannya. Sementara Agatha masih berbaring di sofa, terengah-engah dan mencoba untuk mengatur nafasnya yang masih terasa berat. Pandangannya tertuju pada Rafka yang sedang memakai pakaian, dan ada campuran perasaan kepuasan dan ketidakpastian di dalam hatinya.Rafka menatap Agatha dengan intensitas, mata mereka bertemu dalam keadaan yang penuh makna. Dengan suara yang tenang, Rafka mengatakan kepada Agatha, "Kita nggak pakai pengaman."Mendengar kata-kata itu, Agatha merasa jantungnya berdegup lebih cepat. Walaupun saat ini perasaannya masih dihantui oleh kehangatan momen yang baru saja mereka alami, tidak bisa dipungkiri ada rasa cemas yang tiba-tiba muncul dalam dirinya. Pikirannya menjadi kacau, dan ia merasakan keraguan yang tiba-tiba merayap masuk.Sambil meringis karena otot-ototnya terasa nyeri akibat momen sebelumnya, Agatha bangkit dari sofa dengan tubuh yang gemetar. Ia meraih
last updateLast Updated : 2023-08-21
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status