All Chapters of Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku): Chapter 11 - Chapter 20

153 Chapters

Bab 11. Undangan

POV Arum“Sayang, Mas berangkat dulu, ya. Kalau perlu sesuatu minta antar saja ke Mang Mansur. Nanti kalau sudah sampai Mas hubungi lagi, ya,” ucap Mas Arga di ambang pintu. Aku mengantarnya ke teras, saat suamiku itu pamit untuk menghadiri acara seminar di Bandung.“Iya, Mas. Hati-hati di jalan, ya, Mas. Jangan ngebut, pelan-pelan saja asal selamat.” Aku mengingatkan Mas Arga.Entah kenapa hati ini merasa tidak tenang ketika suamiku itu akan pergi. Aku rasanya takut kehilangan dia. Entahlah, kenapa aku sampai bisa berpikiran begitu?Berat sekali hati ini untuk mengizinkan dia pergi. Akan tetapi, semoga ini hanya perasaanku saja. “Tentu, Sayang. Tunggu Mas pulang, ya. Enggak lama, kok, hanya dua hari Mas di sana,” jelasnya sambil mengecup kening dan bibirku sekilas. Dia masuk ke dalam mobil lalu menghidupkannya. Sebelum pergi Mas Arga membuka kaca jendela di sebelahnya. Aku memberikan senyum terbaik sambil melambaikan tangan ketika mobil Mas Arga melaju dengan pelan, semakin lama se
last updateLast Updated : 2022-11-02
Read more

Bab 12. Undangan 2

POV Arum 2Aku terharu dengan yang diucapkan Bi Surmi. Kupeluk beliau dan menyalurkan kasih sayang yang tulus kurasakan. Kami saling berpelukan sampai tercium bau gosong dari tungku pembakaran.“Ya Allah, Neng. Ayam bakarnya gosong. Untung Cuma sedikit terus Bibi masih ada stok buat dibakar lagi. Biar yang ini Mang Mansur saja yang makan.”Aku terkekeh melihat kejadian barusan.“Enggak usah, Bi. Jangan kasih Mang Mansur yang gosong kek gini. Bikin baru aja lagi buat kita bertiga. Yang ini biar kasih ke kucing liar saja, supaya mereka enggak pada kelaparan,” jelasku. Bi Surmi mengangguk mengiyakan ucapanku.“Oh iya, Bi. Nanti siang kita bikin kue nastar kesukaan Mas Arga, ya. Sekalian juga buat dikirim ke Panti, pasti banyak anak-anak yang seneng.”“Iya, Neng. Nanti bibi siapkan bahan-bahannya. Sekarang Neng Arum makan dulu. Tapi, tunggu ayam bakarnya matang sebentar lagi.”Saat aku sedang duduk di meja makan menunggu Bi Surmi beres memasak, suara notifikasi di ponsel terdengar. Ternya
last updateLast Updated : 2022-11-02
Read more

Bab 13. Akhir

POV ArumSetelah makan, kuhubungi travel yang biasa disewa ketika anak panti pergi untuk berlibur. Kali ini, kendaraan tersebut akan mengantarku ke Bandung. Aku pergi sendiri dari rumah dengan alasan akan menginap di Panti Asuhan kepada Bi Surmi dan Mang Mansur.Setelah berjam-jam melakukan perjalanan, akhirnya aku sampai di sebuah mesjid di kota Bandung. Dari luar, terlihat sangat ramai para pengiring pengantin dan sepertinya tamu undangan. Berarti benar acara ini memang ada? Aku masih berharap kalau mempelai pria itu bukanlah suamiku. Kemudian, terdengar suara laki-laki menggema sambil mengucapkan akad nikah dengan lantang. Bahkan, suaranya terdengar jelas dari luar tempat ibadah ini.“Saya terima nikah dan kawinnya Erika Rakhma Putri binti Taufik Lesmana dengan mas kawin seperangkat alat salat dan uang senilai seratus juta rupiah dibayar tunai.” Terdengar riuh semua orang mengucapkan hamdalah. Aku hanya mematung di tempat, mengingat kembali suara yang tertangkap telingaku tadi. S
last updateLast Updated : 2022-11-03
Read more

Bab 14. Akhir 2

Dua hari ini kuputuskan untuk berpura-pura tak tahu di hadapan Mas Arga. Seolah tak tahu dengan segala pengkhianatannya untukku. Meski rasa sakit kerap hadir ketika mengingat semua itu. Akan tetapi, aku masih berharap Mas Arha akan sadar. Selain itu kutunggu kejujuran suamiku tersebut. Apa dia akan jujur mengenai pernikahan keduanya kepadaku?Aku memang bodoh telah memberikan Mas Arga kesempatan. Namun, karena rasa cinta yang masih bersemayam. Aku tak mau mengorbankan hubungan yang sudah lama terjalin. Seorang Arum akan berusaha berubah sesuai selera Mas Arga. Aku masih berharap, akhirnya dia akan memutuskan meninggalkan wanita itu. Seseorang yang telah tega menjadi duri dalam rumah tanggaku dan Mas Arga.Hampir sebulan aku menunggu Mas Arga menyadari kesalahannya. Namun, itu sepertinya hanya harapan semu. Kulihat dia sering sekali menerima pesan dan telepon dari wanita secara diam-diam. Aku tahu itu siapa. Kalau bukan istri muda Mas Arga siapa lagi? Padahal diri ini sudah berusaha u
last updateLast Updated : 2022-11-03
Read more

Bab 15. Pergi

“Aku tahu, pergi tanpa izin suami itu salah. Namun, diri ini sudah tak kuat. Hatiku merasakan sakit dan berat sekaligus. Sakit karena pengkhianatan suamiku, tetapi juga berat saat perpisahan menyapa.” POV Arum Setelah kejadian di malam kelam itu, Mas Arga seolah tak peduli dengan perubahanku yang lebih pendiam. Membuat diri ini sering pergi ke luar rumah tanpa seizinnya. Aku selalu ke Panti Asuhan menemui Bu Rina. Di sana secara tak langsung, selalu meminta nasihat serta pendapatnya tentang perceraian. Tak jarang beliau selalu menegurku ketika kukatakan kalau pergi ke sana tanpa izin dari Mas Arga. Bukannya aku tak menghargai suamiku lagi, tetapi jujur saja semakin hari hatiku tak bisa dibohongi. Aku sudah tak nyaman berada di dekatnya. Ketika bersama Mas Arga, ucapannya di malam itu selalu terngiang, apalagi mengingat setiap pesannya bersama wanita yang kutahu bernama Erika tersebut. Sejujurnya, memendam segalanya sendiri itu sangat menyakitkan. Terkadang, ada rasa ingin mencerita
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

Bab 16. Solo 1

POV Arum Apa yang terjadi? Ke mana dompetku yang kusimpan di tas? Jangan-jangan?Aku kembali ke tempat di mana wanita tadi duduk. Namun, dia sudah tak ada, kabur membawa sisa uang di dompetku. Tubuhku terkulai lemas, bagaimana aku bisa pergi ke Solo dan memulai hidup di sana kalau tak membawa uang sepeser pun? Di dompet tersebut ada uang tabunganku senilai lima juta rupiah, tadinya akan kupakai untuk membayar kontrakan dan modal usaha kecil-kecilan, sisanya menyambung hidup sehari-hari. Akan tetapi, jika sudah seperti ini, apa yang harus kulakukan?Kembali ke rumah Mas Arga, itu tak mungkin. Tekadku sudah bulat untuk pergi dari kehidupannya. Kutitipkan kantong yang berisi baju dan tas selempang milikku ke petugas di sana. Setelah menceritakan apa yang barusan kualami kepada petugas keamanan lalu meminta bantuan meminjam uang untuk ongkos angkutan. Sebagai jaminan, semua tas dan KTP kusimpan di pos. Untunglah masih ada orang baik yang mau membantuku. Pria paruh baya tersebut meminjam
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

Bab 17. Amplop 1

Keesokan harinya menjelang siang, aku berpamitan untuk kembali ke kota Jakarta. Cutiku telah habis besok. Jadi, aku harus sudah masuk kerja kembali. “Sayang, Mas pulang dulu, ya. Jaga kesehatan, jangan lupa makan dan minum obat dengan teratur, biar cepat pulih. Nanti Mas akan usahakan menemuimu ke sini,” ujarku menenangkan Erika.“Kenapa sih, Mas, kalau aku tinggal di Jakarta? Ngontrak juga enggak apa-apa, asal kita bisa sering ketemu. Aku kan suka kangen,” rayu Erika.Aku mengelus pipinya dengan sayang, “ Sabar, ya. Nanti pasti akan Mas ajak ke sana, biar kita bisa sering ketemu.”Erika mengerucutkan bibirnya, itu membuatku semakin gemas. Tak tahan kusergap bibir gincu tersebut. Saling bertukar napas cukup lama dan dalam.“Setelah kamu sembuh dan pulih kuusahakan kita akan pindah ke Jakarta, ya. Sebelumnya kita akan liburan ke Bali sesuai yang kamu minta. Itung-itung bulan madu kita, Sayang,” jelasku membuat wajahnya langsung berbinar.“Makasih, ya, Mas,” ucapnya dengan rona bahagia
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

Bab 18. Amplop 2

Selang beberapa jam aku sampai di Jakarta dan langsung menuju rumah Mama. Setelah sampai kuminta Mang Mansur untuk masuk bersamaku. Bu Erni asisten rumah tangga di sini, menyambut kedatangan dengan binar bahagia di wajahnya.“Ya Allah, Den. Akhirnya, Den Arga pulang juga. Apa kabar, Den?” tanya Bu Erni sambil meraba pipiku.“Alhamdulillah, Bu. Aku baik-baik saja. Gimana kabar semuanya?”“Baik, Den. Sudah lama sekali dari terakhir Den Arga kemari. Ibu sampai kangen pengen ketemu, Den Arga. Apalagi Nyonya, beliau suka melamun dan terlihat kesepian,” jelas Bu Erni sambil berkaca-kaca.Kupeluk asisten rumah tangga Mama itu, beliau sudah kuanggap ibu kandungku sendiri. Bu Erni lah yang mengasuhku sedari kecil, saat Mama selalu sibuk dengan arisan dan kegiatan sosialitanya.Selanjutnya, Bu Erni menyeka air matanya sesaat setelah melerai pelukan kami. Gegas dia memanggil Mama yang sedang duduk di taman belakang rumah, dekat kolam renang bersama Papa.“Nyonya, Tuan, ada Den Arga,” teriak Bu
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

Bab 19. Reaksi Orang Tua

Alquran surat An Nisaa ayat 3, Allah berfirman “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”🥀🥀🥀“Sebenarnya ada sesuatu yang aku sembunyikan dari kalian. Bahwa sebenarnya a-aku ... kalau aku sudah menikah lagi, Ma, Pa.”“Apa...?” Mama dan Papa terkejut karena pengakuanku. Mulutnya menganga tak percaya.“Jangan bercanda, Ga,” hardik Papa.“Iya, Ga. Kamu nikah lagi sama siapa?” tanya Mama dengan wajah yang masih terlihat syok.“Namanya Erika, Ma, Pa. Dia suster saat aku ditugaskan di desa terpencil dulu. Istriku itu tinggal di Bandung dengan orang tuanya sekarang,” jelasku dengan wajah menunduk.“Mama enggak habis pikir sama kamu, Ga. Bisa-bisanya kamu
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more

Bab 20. Reaksi Orang Tua 2

“Kenapa Papa malah membela si Arum, sih?” tanya Mama tak terima.“Lho, memangnya apa yang Papa katakan salah? Sekarang Papa tanya sama Mama kalau misalkan Mama yang dimadu bagaimana? Apa yang dirasakan kalau Papa nikah lagi?” Kata-kata Papa membuat Mama bungkam seketika.Aku yang hanya bisa mendengar pertengkaran Mama dan Papa hanya menunduk dengan rasa bersalah di hati. Segalanya telah kacau. Hidup damai dan bahagia yang kuidam-idamkan sirna sudah.“Maafkan Arga, Pa,” sesalku. “Jangan minta maaf sama Papa. Cari istrimu sampai ketemu. Bagaimanapun akhir rumah tangga kalian. Sebaiknya diselesaikan dengan cara baik-baik. Kalau memang Arum tak ingin lagi bertahan, biarkan dia pergi, Ga. Papa kasihan sama dia, hidupnya sudah menderita, lalu sekarang kamu mau menambahnya dengan sakit yang sama? Bahkan mungkin saja itu lebih menyakitkan.”Benar juga kata Papa. Arum pasti merasa sakit hati mengetahui aku mengkhianatinya, lalu bagaimana caraku agar meminta maaf padanya? Sedangkan keberadaann
last updateLast Updated : 2022-11-04
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status