All Chapters of Sesal (Alasan Menghilangnya Istriku): Chapter 31 - Chapter 40

153 Chapters

Bab 31. Curahan Hati Arum

Dengan berat hati kutinggalkan Arum lalu mengangkat telepon dari Erika. Suara istri mudaku itu berteriak memekakkan telinga saat kuangkat. Bahkan, belum kuucapkan salam dia sudah nyerocos terlebih dahulu. “Mas, kenapa baru diangkat sih telepon dariku. Mas keterlaluan kenapa ponsel Mas Arga enggak diaktifkan seharian? Aku sampai berkali-kali hubungi tapi enggak bisa,” omel Erika di seberang sana. “Iya, Sayang. Maafkan Mas. Ponsel Mas mati dari pagi habis baterai. Ini baru hidup lagi. Jangan marah-marah terus, Sayang. Ada masalah apa kok sampai nelepon?” “Mas ini kenapa, sih? Aku kan kangen. Memangnya Mas Arga enggak. Aku masih marah, lho Mas ditinggalin gitu aja sama Mas,” ucapnya manja dapat kubayangkan seperti apa muka Erika saat menelepon begini. “Maaf, ya. Mas kan sedang ada keperluan di sini. Kamu sabar untuk beberapa hari. Nanti kita ketemu lagi.” Semoga saja Erika bisa mengerti kalau aku tak bisa pulang cepat. “Mas, aku minta uang dong. Mau belanja, nih. Uangku yang Mas kasi
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

Bab 32. Curahan Hati Arum 2

Awalnya, saat masuk ke rumah ini mengikuti Arum. Dapat kulihat istri pertamaku itu terlihat tak setuju kalau aku menginap di rumah ini. Akan tetapi, dia tak menolak saat kubilang akan menjaganya karena khawatir pingsan lagi nanti. Setidaknya, sebagai dokter suaminya ini bisa mengurusnya serta tahu apa yang dia butuhkan. Apalagi, dengan tegas kubilang akan memastikan kesehatannya dan bayi kami yang masih dalam kandungan. Arum tidak mengatakan apa pun, tak menolak atau pun mengizinkan. Dia terus saja diam seribu bahasa. Kuhampiri Arum yang sedang termenung di dekat jendela yang mengarah keluar. Memandang rintik hujan yang membasahi kampung Laweyan ini. Wajahnya terlihat sendu, tetapi saat kudekati raut mukanya berubah menjadi tegas. Seolah dia menyembunyikan lukanya dengan sempurna di hadapanku. “Sayang, Mas, mohon. Kembalilah ke Jakarta lagi. Bi Surmi dan Mang Mansur tadi ada menelepon. Mereka ingin ketemu. Apalagi, yang paling penting sekarang kesehatanmu. Dokter kan sudah bilang ka
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

Bab 33. Cemburu

POV Arum “Sayang, ada orang yang cari kamu di depan,” ucap Mas Arga menghampiriku saat sedang merebahkan badan di kasur. “Siapa, Mas?” Suamiku menggeleng. Gegas aku keluar dari kamar untuk melihat siapa yang datang ke rumah. Aku tersenyum kala kulihat Shofie datang menjengukku. “Rum, maafin aku kemarin enggak jenguk kamu di Rumah Sakit. Maklum aku ada kerjaan di luar kota. Jadi, aku pulang ke rumah udah malam. Tapi, aku lega kamu enggak kenapa-kenapa,” jelas temanku itu sambil merangkul serta memeluk. “Iya, enggak apa-apa, Shof. Aku ngerti, kok. Lagi pula aku baik-baik saja. Kamu enggak perlu khawatir, Shof.” Shofie duduk di kursi yang sama denganku, setelah itu kupersilahkan pria yang datang bersamanya untuk duduk di kursi tunggal sebelah kiri temanku. “Rum, pria itu suamimu?” tanya temanku itu sambil berbisik. “Iya,” jawabku tak panjang lebar. Saat ini Shofie hanya membulatkan matanya, mungkin terkejut kenapa Mas Arga bisa menemukanku di sini. “Eh, iya. Kamu masih ingat, kan,
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

Bab 34. Cemburu 2

Aku begitu bingung harus bagaimana lagi. Untunglah Shofie membuat suasana di antara kami mencair. Temanku yang satu ini memang pandai bertutur kata. Dia memintaku untuk beristirahat terlebih dahulu. Jangan memikirkan tugasku di tokonya. Kata Shofie, dia sudah meminta saudaranya untuk menghandle pekerjaan ini. Aku merasa tak enak, karena sebagai orang yang dia percaya, dengan seenaknya meninggalkan kewajiban yang temanku itu berikan. Namun, berulang kali Shofie memintaku jangan memikirkan hal tidak penting dahulu. Dia menyuruh untuk menjaga kehamilanku agar tetap sehat. Akan tetapi, aku tak bisa berdiam diri di rumah terus menerus. Aku tak tahu pernikahanku dengan Mas Arga akan bertahan sampai kapan. Jujur, saat ini aku merasa tak ada harapan untuk mempertahankan hubungan kami. Tak lama Shofie dan Bang Satria pamit untuk pulang dengan alasan ada pekerjaan. Mereka memang sedang ada kerja sama. Aku tak tahu Bang Satria memiliki pekerjaan seperti apa. Yang jelas yang kudengar dari obro
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

Bab 35. Bimbang

“Rum, mama ngerti apa yang kamu rasakan saat ini. Maafkan Arga, ya. Berikan kesempatan untuk putra kami untuk memperbaiki rumah tangga kalian. Menebus kesalahannya selama ini. Kasihan cucu Mama kalau dia lahir tanpa sosok ayah.”Aku terkejut dengan apa yang Mama ucapkan. Tidak bisa kupungkiri, hati ini merasa senang mendengarnya. Apalagi, melihat beliau berubah lebih menyayangi Arum setelah istriku itu dikabarkan hamil. Ini memberikan angin segar ke dalam rumah tangga kami.Tidak ada jawaban apa pun dari Arum. Dia hanya diam membisu di tempat. “Ma, jangan paksa Arum. Mama tahu, kan? Apa kesalahan putra kita saat ini.” Ucapan Papa membuat Arum yang sedari tadi menunduk sambil Memilin ujung hijab miliknya kembali mendongak. Memandang dengan raut wajah penuh pertanyaan.Apa sebenarnya yang ada di dalam hati istriku? Namun, Mama terus saja mencoba membujuk Arum, meski tak ada jawaban apa pun darinya. Sampai, ucapan istriku membuat semua orang tercengang.“Aku sangat terharu Mama sekarang
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

Bab 36. Keputusan Memilih

Hingga semalaman, kuputuskan untuk mempertahankan Arum dan melepaskan Erika. Meski ada rasa tak rela meninggalkan istri mudaku itu. Dia masih wanita yang kucintai selain Arum.Pagi harinya saat sarapan, kucoba untuk berbicara pada Arum. Mengatakan keputusanku kali ini.“Sayang, ada hal yang mau Mas katakan,” Arum mendongak memandangku. Tatapan kami terkunci. Meski tanpa bicara dia tetap mendengarkan.“Mas sudah memikirkan segalanya. Dan memilih mempertahankan rumah tangga kita. Mas mau kita seperti dulu lagi,” ucapku mantap. Saat memandang wajah Arum, dia tersenyum samar. Akan tetapi, bukan senyuman yang biasa. Seolah dia tak percaya dengan ucapanku.“Mas yakin? Mas pikir semuanya akan kembali seperti semula?” Pertanyaan Arum seolah meremehkan tanpa rasa percaya.“Itu yang Mas harapkan.” Membuatnya menghela napas kasar, seolah merasa berat saat dia akan menjawabnya.“Baik, akan kuberikan kesempatan kalau memang itu sudah keputusan Mas Arga. Ini yang terakhir kalinya, bila Mas melangga
last updateLast Updated : 2022-11-06
Read more

Bab 37. Kesempatan Kedua

POV Arum.Aku merenung di sudut kamar, memikirkan keputusan yang kuberikan kepada Mas Arga. Apa yang kulakukan sudah tepat dengan memberinya kesempatan kedua? Lantas, benarkah suamiku itu akan rela melepaskan istri mudanya hanya untuk kembali bersamaku?Kupandangi langit malam ini yang terlihat gelap, tidak ada sinar rembulan ataupun bintang yang gemerlapan seperti biasanya. Hanya kegelapan yang dapat tertangkap oleh netra. Suara angin berembus menggoyangkan dedaunan di luar sana. Rintik hujan membasahi malam kota Solo ini.Semalaman ini aku tak bisa tidur dengan nyenyak, menunggu janji Mas Arga yang akan memberi kabar jika sudah sampai di Jakarta. Namun, sudah hampir tengah malam, suamiku sama sekali belum menghubungi. Mungkinkah dia sedang bersama dengan istri mudanya itu? Melepaskan rindu seperti sebelumnya? Untunglah, Arum yang sekarang bukan yang dulu lagi. Diri ini sudah siap untuk menghadapi kemungkinan terburuk dari Mas Arga.Tiba-tiba perasaan ragu bergelayut semakin berat d
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

Bab 38. 7 Bulanan

Ah! Mengapa hati ini selalu dipenuhi rasa curiga kepada Mas Arga? Semoga saja kali ini dia takkan pernah menyia-nyiakan kesempatan dariku lagi.Tidak! Sekarang suamiku tidak pernah pulang larut atau terlambat kalau bukan karena ada panggilan darurat. Pun, tak pernah kulihat bermain ponsel seperti yang selalu dilakukannya dulu. Dia ada di rumah menemaniku seperti biasa. Bahkan, untuk menyiapkan segala keperluanku, dia yang atur termasuk makanan. Memiliki suami seorang dokter memang begini rasanya. Selalu sangat protektif dalam memilih apa saja yang akan kukomsumsi.Hubungan dengan mertua pun semakin hari kian membaik. Mama menerimaku, apalagi setelah mengetahui jika aku akan memberikan mereka cucu laki-laki. Ya, aku dan Mas Arga memang sudah mengetahui jenis kelamin janin yang kukandung. Beberapa hari yang lalu kami memeriksakan kondisi kehamilanku di Rumah Sakit. Saat ini aku merasakan hidup yang begitu sempurna.Malam Minggu, akan diadakan pengajian untuk syukuran tujuh bulan keh
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

Bab 39. Kejutan

“Mas ... nakal,” ucap seorang wanita di seberang sana. Apa ini? Kenapa ada suara wanita? Sedang di mana Mas Arga sekarang? Ah mungkin saja itu suara pasiennya atau siapa. Tadi, kan, suamiku bicara kalau ada pasien darurat.Terdengar suara wanita tertawa cekikikan selanjutnya suara pria yang kukenali. Dadaku mulai sesak. Hati ini semakin gelisah tak menentu. Berulang kali aku mencoba menormalkan detak jantung yang sudah mulai tidak berirama.Tidak! Mungkin aku salah dengar. Itu bukan dia. Suara pria itu bukan suamiku.“Mas Arga ....” wanita itu terdengar memekik tidak tahu karena apa. “Erika jangan menghindar, Sayang.” Apa? Erika? Mas Arga? Apa-apaan ini? Apa maksud semua yang kudengar? Selanjutnya terdengar suara des*han. Dadaku bergemuruh menahan sesak di dada. Bagai ada palu yang menghancurkan kaca di hati ini seketika. Tak sadar ponsel yang kupegang terjatuh. Aku hanya mematung tak percaya dengan yang terjadi barusan.Permainan apa ini? Peran apa yang sudah Mas Arga mainkan? Tega
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more

Bab 40. Tamparan Mama

Kuparkirkan mobil di teras rumah. Ternyata sudah ada Mama dan Papa di dalam, itu dapat kulihat karena mobil milik mereka sudah di depan. Akan tetapi, kenapa suasananya sepi? Bukankah kami telah mengundang para saudara untuk hadir dalam acara tujuh bulanan ini? Kulihat jam di tangan, aku belum terlambat. Ini masih jam enam sore lewat sepuluh menit. Sedangkan acaranya akan berlangsung selepas isya. Tiba-tiba hati ini mendadak tak tenang. Ada apa sebenarnya?“Assalamualaikum.” Aku mengucapkan salam dan langsung dijawab oleh Papa. Dia memandangku tajam. Entah ada apa sebenarnya ini?“Dari mana kamu baru pulang jam segini?” tanya Papa membuatku mengerutkan dahi. “Apa Arum enggak ngasih tahu, Pa? Kalau aku tadi ada pasien dadakan,” jelasku. Namun, Papa hanya mendengus mendengar ucapan dariku. “Kenapa sepi sekali rumah ini, Pa? Ke mana semua orang? Apa belum ada yang datang kemari? Sementara acara segera dimulai.” Aku memang merasa heran dari tadi tidak terlihat siapa pun selain Papa dan
last updateLast Updated : 2022-11-07
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status