“Sudah lihat bayi kita?”“Sudah. Tadi udah diazanin juga. Bayi kita cantik, sama sepertimu.” Kulihat matanya berbinar-binar.“Masih sakit?” tanyanya ketika melihatku meringis.“Iya, perih sekali. Di bekas sayatannya.”Dia menciumi tanganku.“Maaf, ya. Demi melahirkan anakku kamu harus menanggung sakit berkali-kali seperti ini.”“Itu sudah kodrat seorang wanita, Sayang. Aku jadi salut dengan ibu, juga Kak Dian yang sudah terlebih dulu mengalaminya. Ini benar-benar pengalaman yang luar biasa, antara hidup dan mati. Tadi kupikir aku sudah mau mati.”Dia meletakkan telunjuknya di bibirku.“Sssttt! Jangan bilang gitu. Aku nggak suka.”“Aya, aku berubah pikiran. Tak mau lagi memiliki banyak anak. Cukup satu saja, aku nggak tega melihatmu kesakitan seperti tadi. Rasanya aku juga ingin mati melihatmu seperti itu. Sudah, anakku cukup satu saja,” ucapnya sambil terus mencium punggung tanganku.Kuusap pipinya dengan lembut.“Dua, Sayang. Anak kamu dua. Wira dan bayi kita,” balasku dengan senyum.
Last Updated : 2023-01-14 Read more