Home / Romansa / Rahasia di Balik Duda Arogan / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Rahasia di Balik Duda Arogan: Chapter 1 - Chapter 10

44 Chapters

Pimpinan

Selamat membaca~-Suara mesin tik terdengar menyeruak alih-alih ruangan yang sangat sepi. Para pegawai tampak fokus pada layar laptop yang menampilkan pekerjaan mereka. Berbeda dengan perempuan bermata belok yang sedang memejamkan matanya menikmati waktu yang mendekati istirahat. Suara langkah kaki pun terdengar, hampir seluruh pegawai yang berada di dalam satu ruangan dengannya berjalan menuju kantin untuk menikmati makan siang mereka.“Cha, kantin dulu yuk. Sebelum waktu makan siang habis.” ajak gadis berambut panjang yang digerai.Mata kantuk perempuan yang bernama Ashalina El Carissa itu langsung berubah menjadi segar. Dia segera bangkit dan menggandeng lengan sahabatnya yang menjadi teman sekantornya.“Segar banget ya matanya.” olok Sila sahabatnya. Asya hanya tertawa menanggapi olokan Sila yang selalu mengisi hari-harinya. Meskipun begitu, mereka tidak pernah bertengkar untuk memperdebatan olokannya.“Kamu yang serius kalau kerja, soalnya Pak Angkasa gal
Read more

Pertemuan Pertama.

Selamat membaca~ - Seperti pagi biasanya, setelah di lakukan doa pagi seluruh pegawai bekerja sesuai divisi masing-masing. Asya berlari dengan cepat memasuki gerbang kantor, dia sudah terlambat pagi ini karena jalanan pagi yang macet. Asya berlari sekuat tenaganya, dengan kecepatan yang tidak pasti, namun langkah kakinya dapat membawanya memasuki lobby kantor. Namun hal itu tidak membuatnya menghentikan langkah kecilnya untuk berhenti berlari. Tujuan keduanya saat ini adalah masuk kedalam lift yang bisa membawanya menuju lantai 5, di mana itu adalah tempatnya bekerja. Saat Asya hampir sampai di depan lift, tiba-tiba saja langkahnya terputus dan menabrak seorang anak kecil yang juga baru saja keluar dari lift. Dengan spontanitas yang dimilikinya, Asya dengan cepat menangkap anak itu dan membawanya ke dalam pelukannya sebelum badannya jatuh terbentur dengan lantai. Alhasil badan Asya lah yang dengan keras membentur lantai dingin perusahaan. “Adik, kamu baik-b
Read more

Aku Titipkan Jef Padamu.

Selamat membaca~ - Asya berjalan menuju ruangan Divisi Produksi untuk menyerahkan map titipan Angkasa. Di sana Asya menemui Kepala Divisi langsung, yaitu Galih Kusuma. Setiap Divisi tidak memiliki ruangan khusus untuk kepalanya, karena bagi Angkasa setiap kepala harus dekat dengan anggotanya. Maka dari itu dia tidak membuat ruangan khusus bagi Kepala Divisi pada setiap divisi. “Halo Acha, cari siapa?” sapa Rania selaku anggota dari tim Produksi. “Kak Galihnya ada?” jawab Asya kepada seniornya itu dengan sopan. “Ada kok, di tempat duduknya.” jawab Rania. “Baik, terima kasih ya Kak.” Asya berjalan lurus untuk bisa sampai pada meja kerja Galih. Sesampainya di sana, Asya memberikan map itu tepat di hadapan Galih yang tengah fokus menatap hasil desain dari subdivisinya. “Wih, cakep banget baju renangnya,” ujar Asya kagum pada hasil desain yang terpampang jelas di layar monitor Galih. “Kamu kenapa di sini?” tanya Galih saat menyadari kehadiran Asya ada di sampingnya.
Read more

Kamu telah melewati batas, Asya.

Selamat membaca~ - Asya membawa Jef untuk makan di kantin perusahaan. Berbagai macam arti dari sorot mata, kini menemani langkah kecil Asya yang tampak gusar dan tak nyaman. Namun dia berusaha keras untuk terlihat biasa saja agar tidak menciptakan rumor pedas di mulut perusahaan. Asya melihat Sila yang sedang berdiri memesan makanan, dia akhirnya membawa Jef untuk menghampiri Sila. “Katanya sahabat, kok aku ditinggal sih.” tegur Asya dengan melihat lurus kearah menu yang ada dihadapannya. “Loh, udah bangun? Maaf banget, tadi mau bangunin tapi aku gak tega. Ya udah niatnya biar aku yang beliin kamu makanan, baru deh bangunin kamu.” jelas Sila tak enak hati. “Gara-gara kamu gak bangunin aku, Pak Angkasa tadi yang bangunin aku. Gila banget sih kalau wajahnya di ingat-ingat,” gerutu Asya dengan bergidik ngeri. Sila tersenyum saat melihat adanya Jef yang berdiri di samping Asya. Mata Sila bergerak dengan wajahnya yang menghadap kearah Asya. “Ada anaknya, jaga u
Read more

Saatnya alih profesi.

Selamat membaca~ - Asya masuk ke dalam kamar kost miliknya. Hari ini adalah hari yang melelahkan untuknya. Tidak hanya untuk raganya, namun jiwanya juga terguncang saat menyadari bahwa esok ia kembali menjadi pengangguran. Mencari kerja di kota metropolitan ternyata sangat susah, harus banyak usaha dan kesabaran dalam mencarinya. Usaha Asya untuk masuk kedalam Sandhaya Sea Company tidaklah mudah, namun ia dikeluarkan dengan sangat mudah. Hal itu membuat Asya seolah mentertawai dirinya yang sangat konyol. Saat ia sedang berbaring dan meratapi kesedihannya, pintunya diketuk dengan tak wajar oleh seseorang. Asya tahu siapa orang yang mengetuknya dengan tak sopan seperti ini. Ia pun bangkit dan segera membukanya. “Ada berita kalau kamu di pecat dari perusahaan. Benar gak sih?” ujar Sila dengan raut wajah serius. Asya mengangguk seraya memeluk Sila. Ia menangis dalam dekapan Sila. Sila adalah saksi bisu bahwa betapa sulitnya bagi Asya untuk bergabung ke perusaha
Read more

Rumah Bangsa.

Selamat membaca~ - Asya menghentikan kakinya tepat dihadapan rumah tempat alamat yang sudah dikirimkan oleh Adrian semalam. Rumah sederhana dengan banyak sandal yang berserakan, tidak jauh dari yang sudah ia bayangkan. Namun tetap saja realita untuk menyambung hidup akan sulit jika hanya bergantung pada pekerjaan yang harusnya bisa dibilang sebagai relawan. “Halo, ada yang bisa saya bantu?” ujar seorang laki-laki yang baru saja keluar dari rumah yang dipandangi oleh Asya. Asya tersenyum seraya melangkah maju untuk menghampiri laki-laki dengan tubuh jangkung dan proporsional itu. “Saya mau bertemu dengan mas Adrian. Apa beliau ada?” ujar Asya yang langsung menjelaskan maksud tujuan kedatangannya. “Mbak Asya? Saya Adrian.” Balasnya seraya mengulurkan tangannya untuk mengajak Asya berjabat tangan. “Halo, mas Adrian. Saya Ashalina El Carissa, mas bisa panggil saya Acha. Saya sahabatnya Sila.” Ujar Asya seraya membalas jabatan tangan dari Adrian. “Saya Adrian Gibraseno, s
Read more

Menjadi guru dadakan.

Selamat membaca~ - Asya tersenyum ke arah para murid yang baru ia temui hari ini. Kata Adrian, hari ini ia bisa langsung mengajar dan bertemu dengan para murid. Sebelum memasuki ruangan, Asya menarik napasnya dalam-dalam. Ia berusaha meniatkan langkahnya untuk bisa dekat dan mengajari mereka moral yang baik dalam bersosialisasi di lingkungan. “Halo adik-adik, selamat pagi. Apa kabar semuanya?” ujar Adrian bertanya pada lima belas murid yang duduk di kelas tiga sekolah dasar itu. “Baik pak Rian.” Jawab mereka dengan serempak. “Hari ini Bapak Rian ajak guru baru yang cantik untuk mengajar kalian. Namaya Ibu Asya, coba disapa dulu Ibunya,” perintah Adrian dengan nada dan suara yang lembut layaknya sedang berbicara dengan anak kecil. “Halo bu Asya.” Sapa mereka dengan semangat. “Halo adik-adik. Selamat pagi. Nama Ibu Ashalina El Carissa, kalian bisa panggil Ibu Acha.” Jelas Asya dengan nada dan suara yang sama lembutnya dengan Adrian. Untuk mendekatkan hubungan antara A
Read more

Kegaduhan dalam rapat.

Selamat membaca~ - Angkasa duduk dengan fokus mengarah pada layar proyektor yang menampilkan hasil kerja Departemen Produksi dalam pembuatan produk baru yang akan diluncurkan sebentar lagi. Semua masukan maupun revisi yang diterima di bulan lalu oleh Galih Kusuma selaku kepala Departemen Produksi, kini dikemas kembali dengan apik dengan penyampaiannya yang lugas. Model design gambar produk juga ia tampilkan, Galih juga menjelaskan secara rinci model produk mulai dari bahan, fungsi utama kegunaan, tujuan yang dicapai pada produk baru, hingga detail design produk. Semua tampak memperhatikan setiap penjelasan Galih dengan seksama. Hingga ada seorang laki-laki yang lebih tua dari Angkasa memotong penjelasan dari Galih. “Apa menurut anda bahan yang digunakan sudah benar? Bukankah bahan seperti itu tidak cocok digunakan untuk pakaian renang?” sela lelaki separuh baya yang memiliki tampang sedikit menyebalkan. “Mohon izin untuk menjawab. Untuk masalah bahan, Depar
Read more

Hilang dan Tuntutan.

Selamat membaca~ - Angkasa masuk ke dalam kamar Jef untuk memastikan apakah anaknya sudah tidur atau belum. Dia menghela napas lelah saat Jef menatapnya dengan mata terbuka lebar. Hari ini anak lelakinya itu sangat sulit untuk diatur. Angkasa melangkahkan kakinya untuk mendekat kearah Jef yang masih bermain iPad miliknya. Angkasa duduk disamping kasur Jef sembari mengusap kepala Jef dengan lembut. “Kenapa Jef belum tidur?” tanya Angkasa. Jef diam dan tangannya bergerak untuk menuliskan sesuatu pada layar iPad miliknya. “I miss her.” tulisnya yang mengartikan jika dia merindukan kehadiran Asya. Angkasa menghela napas berat sekali lagi, “Jef, disini ada Papa. You don’t need anyone, except Papa.” tegas Angkasa jika Jef tidak memerlukan siapapun kecuali dirinya. “I like her. Mama Acha.” tulisnya lagi. Memang anak dan Bapak satu ini memiliki kesamaan, yaitu keras dan tidak bisa dikalahkan. Angkasa mengambil paksa iPad milik
Read more

Partner Praktik Mengajar.

Selamat membaca~ - Angkasa bagun setelah alarm miliknya berdering. Sebenarnya dia tidak betul-betul tidur dengan nyeyak setiap harinya. Maka dari itu, mendengar suara alarm bagi Angkasa bukanlah suatu hal besar dan menjengkelkan. Angkasa bangkit untuk membuka gorden kamarnya, membiarkan sinar mentari masuk ke dalam ruangan kamarnya yang dingin. Setelahnya dia beralih ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan bersiap untuk berangkat kerja. Setelah menghabiskan beberapa waktu di dalam kamar mandi, kini Angkasa keluar dengan handuk yang melingkar pada pinggangnya. Dia berjalan menuju walk in closet yang berada di dalam kamarnya. Angkasa tampak memilih baju yang akan digunakan untuknya berangkat kerja hari ini. Tak lupa Angkasa juga memilih dasi dan jam tangan yang cocok untuk menunjang penampilannya hari ini. Setelah selesai, dia beralih menuju kamar Jef. Angkasa selalu menyempatkan dirinya untuk memeriksa keadaan Jef sebelum berangkat kerja. Wal
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status