Share

Pertemuan Pertama.

Author: berymatcha_
last update Last Updated: 2022-09-21 10:48:36

Selamat membaca~

-

Seperti pagi biasanya, setelah di lakukan doa pagi seluruh pegawai bekerja sesuai divisi masing-masing. Asya berlari dengan cepat memasuki gerbang kantor, dia sudah terlambat pagi ini karena jalanan pagi yang macet. Asya berlari sekuat tenaganya, dengan kecepatan yang tidak pasti, namun langkah kakinya dapat membawanya memasuki lobby kantor.

            Namun hal itu tidak membuatnya menghentikan langkah kecilnya untuk berhenti berlari. Tujuan keduanya saat ini adalah masuk kedalam lift yang bisa membawanya menuju lantai 5, di mana itu adalah tempatnya bekerja.

            Saat Asya hampir sampai di depan lift, tiba-tiba saja langkahnya terputus dan menabrak seorang anak kecil yang juga baru saja keluar dari lift. Dengan spontanitas yang dimilikinya, Asya dengan cepat menangkap anak itu dan membawanya ke dalam pelukannya sebelum badannya jatuh terbentur dengan lantai. Alhasil badan Asya lah yang dengan keras membentur lantai dingin perusahaan.

Adik, kamu baik-baik saja? tanya Asya dengan menatap anak kecil itu dengan pandangan khawatir.

            Anak lelaki itu mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata untuk merespon Asya. Asya pun menghela napas lega, dia tersenyum dan membenarkan rambut anak tampan itu agar kembali terlihat rapi.

Syukurlah, maafin Kakak ya karena gak lihat ada kamu. Jadinya gak sengaja nabrak kamu deh, ucap Asya tak enak hati.

            Anak itu kembali mengangguk. Asya pun menoleh kearah sekitarnya yang tampak sepi, kecuali recepcionist yang ada penjaganya. Asya kembali menatap anak yang keluar dari lift itu dengan heran.

Kamu di sini sama siapa? Mau Kakak antar ke orang tua kamu? tanya Asya saat tidak melihat adanya pendamping anak kecil ini.

Papa lagi kerja. balasnya.

            Asya mengangguk paham. Tapi Kakak juga harus kerja. Gimana dong? lanjutnya lebih kepada dirinya sendiri.

            Melihat wajah datar anak itu, membuat Asya tidak tega meninggalkannya sendirian. Dia pun memutar otak untuk bisa mencari cara agar anak tersebut bisa mendapatkan teman dan tidak sendirian.

Ya sudah, kamu sama ka--

JEF!

            Asya terkejut saat mendengar teriakan dengan suara berat dan tegas yang sangat tidak asing baginya. Asya pun bangkit saat melihat Angkasa yang berjalan kearahnya dengan raut wajah marah. Anak kecil yang belum dikenal Asya itu tampak bersembunyi di balik kakinya karena merasa takut akan kedatangan Angkasa.

            Asya tahu perasaan anak kecil itu. Dia pun menggenggam tangan anak kecil itu sebagai alat paling sederhana untuk bisa menenangkan perasaannya yang sedang takut.

Berapa kali Papa bilang, jangan ganggu orang yang sedang kerja. ujar Angkasa dengan nada bicaranya yang terdengar sangat tegas dan sarkas.

            Anak itu terlihat takut dan tetap bersembunyi di balik kaki Asya. 

Kamu salah. Jangan bersembunyi di balik orang lain. lanjut Angkasa.

            Asya menghela napas. Dengan mental seadanya, dia pun memberanikan diri untuk menatap Angkasa dengan tegas. Maaf Pak saya ikut campur. Tapi bukan begini cara memberitahu kesalahan anak kecil, Bapak sudah melampaui batas. tegas Asya.

Anda tahu apa soal parenting? Sudah punya anak yang bisa di didik? tanya Angkasa.

            Asya tertawa mendenggar pertanyaan yang Angkasa lontarkan untuknya. Bapak kira yang tahu soal parenting sekadar orang yang sudah punya anak? Bahkan orang yang sudah punya anak pun belum tentu paham dan mengerti perasaan maupun tingkah sang anak. jawab Asya dengan tegas.

Anda belum tahu ya rasanya mengurus anak kecil yang sama sekali gak bisa nurut sama perintah itu bagaimana? Jangan mengandalkan teori sebelum praktik. sarkas Angkasa dengan menatap Asya tajam.

Bapak sudah praktik? Terkadang, teori juga menjadi tambahan yang lebih penting sebelum mempraktikkannya. sanggah Asya yang terlihat lebih keren dari kemarin malam.

            Saat ini, Asya sangat berbeda dari biasanya ketika menghadapi Angkasa. Biasanya dia selalu menundukkan kepalanya karena takut dan juga menghormati bosnya itu. Namun hari ini, jiwa sosialnya yang sangat menyayangi anak-anak di uji untuk langsung berhadapan dengan Angkasa.

            Asya mengalihkan perhatiannya untuk menatap anak yang bersembunyi dibelakangnya. Ayo, Kakak antar ke orang tua kamu. ucap Asya lembut kepada anak lelaki yang sedari tadi tidak banyak bicara.

            Anak itu menatap Asya sebentar, sebelum akhirnya menunjuk ke arah sesuatu. Papa. ujarnya pelan.

            Asya mengikuti arah tangan anak itu, dan dia terkejut saat mengetahui fakta yang bisa membahayakan karirnya sendiri. Angkasa berdiri dengan menatapnya tajam dan kedua tangannya yang bersilang dada.

            Asya berdiri saat anak kecil itu sudah tidak bersembunyi lagi didekatnya. Dia tersenyum kaku karena sudah membentak Angkasa dengan nada yang tidak sopan. Asya pun segera menunduk sebagai ungkapan rasa bersalah atas tindakan yang telah dilakukannya.

Maaf Pak, saya tidak tahu jika anak kecil itu adalah anak Bapak. ujar Asya dengan suara yang lebih kecil.

            Angkasa menatap Asya dari atas hingga bawah secara saksama. Telat lagi? tanyanya seolah itu adalah kebiasaan yang di lakukan oleh Asya.

            Asya mengangguk dalam diam. Macet banget Pak. Saya minta maaf, ucap Asya tanpa menunjukkan adanya perlawanan.

Alasan basi. Mau sampai kapan telat terus? Sampai saya pecat? tanya Angkasa dengan suara yang lebih tinggi.

            Asya menggeleng. Anak yang dipanggil Jef pun menarik jas hitam yang di pakai oleh Angkasa, membuatnya mengalihkan atensinya untuk melihat sang anak.

Jangan dimarahin, Kakaknya baik. Nanti Jef marah sama Papa. ujar Jef kepada Angkasa yang ditujukan untuk mengancam sang Ayah.

Kamu sudah salah. Harusnya Papa yang marah sama kamu. tegas Angkasa yang malah di balas dengan wajah garang Jef.

            Angkasa pun menghela napas berat. Dia menatap Asya dan memberikan atensi untuknya segera pergi dari hadapannya untuk kembali bekerja. Dengan cepat Asya pun melangkah untuk masuk ke dalam lift, namun sebelum dia benar-benar masuk tangannya di tarik oleh Jef. Membuat Asya menghentikan langkahnya.

Nanti main lagi ya sama Jef. pinta Jef kepada Asya.

            Asya tersenyum sangat manis. Ia berjongkok untuk menyeimbangkan tingginya dengan anak berusia lima tahun itu. Asya mengusap kepala Jef sebagai bentuk kasih sayang.

Setelah Kakak selesai kerja ya, nanti kita main bareng. ucap Asya masih dengan senyumnya.

            Asya pun segera pergi setelah Jef melepaskan genggamannya. Asya tersenyum dan membalas lambaian tangan Jef saat dia sudah memasuki lift. Anak yang manis, itu adalah suara batin Asya.

Bego banget Acha. lirih Sila yang melihat seluruh adegan itu dari kejauhan.

-

            Asya segera duduk ditempatnya. Semua tatapan tertuju padanya, namun dia tidak mengindahkannya sama sekali. Asya terlalu malu untuk menjalankan kegiatannya di hari ini, karena paginya sudah di buka dengan kesalahan yang sudah di lakukannya secara berturut-turut.

Kapan pintarnya sih Chaa, runtuknya pada dirinya sendiri dengan mengetuk kepalanya yang keras.

Baru saja kerja, udah cari banyak masalah. lirihnya.

Cha, gimana laporan kemarin? Sudah dapat approve dari Pak Angkasa? tanya Rina selaku Kepala Departemen Divisi Pemasaran.

Kemarin sudah saya kasih laporannya ke Pak Angkasa, tapi belum beliau tanda tangani. jelas Asya.

            Rina mengangguk, Ya sudah, kamu tunggu dulu. Nanti perkembangannya kasih tahu ke saya ya. ujar Rina dengan menepuk bahu Asya.

            Asya bersyukur bekerja dikelilingi dengan orang-orang baik. Setidaknya itu semua bisa menutupi banyak kekurangan dan keteledorannya dalam bekerja. Asya mengangguk dan tersenyum kearah seniornya itu. Asya menghela napas beratnya, karena harus bertemu kembali dengan Angkasa hari ini.

            Karena laporan kali ini adalah tanggung jawab Asya, jadi dia yang harus bolak-balik konsultasi dan meminta persetujuan dari Angkasa sendiri untuk project yang di pegangnya.

Cha, di panggil Pak Angkasa di ruangannya. ujar Tiara selaku sekertaris dari Pak Angkasa.

Saya? tanyanya dengan menunjuk dirinya sendiri.

Iya. Ashalina El Carissa, kata Pak Angkasa. Cuma nama kamu kan? tanya Tiara memastikan.

            Asya tersenyum kaku seraya mengangguk. Bahaya nih, lengkap banget nyebutnya. lirih Asya.

Ayo ikut saya. Pak Angkasa sudah menunggu kamu. sahut Tiara.

            Dengan langkah berat, Asya pergi mengikuti Tiara yang membawanya menuju ruangan Angkasa. Saat sudah ada di depan pintu yang tertutup dengan rapat, Asya berbalik dan menatap Tiara yang sudah kembali pada meja kerjanya. Dia pun menghampiri Tiara.

Kalau boleh tahu, ada apa ya Pak Angkasa panggil saya? tanya Asya penasaran alih-alih menyembunyikan ketakutannya.

Saya juga tidak tahu. Tidak biasanya Pak Angkasa panggil pegawainya tanpa kasih tahu ke saya alasannya, jawab Tiara yang ternyata semakin membuat Asya ketakutan.

            Asya menghela napas lagi, kali ini benar-benar berat. Sepertinya hari ini karirnya akan berakhir. Dengan langkahnya yang lemas, dia kembali menuju ke depan pintu yang tertutup dihadapannya. Setelah mencoba untuk menenangkan pikirannya, Asya pun mengetuk sebelum masuk kedalamnya.

            Setelah mendapatkan izin masuk, dengan perlahan Asya membuka pintu tersebut. Dengan berat hati dia melangkah masuk ke dalam ruangan yang sangat dingin untuknya. Asya bisa melihat wajah Angkasa yang terlihat sangat fokus pada setiap laporan yang ada di atas mejanya.

Bapak panggil saya? Ada yang bisa saya bantu? ujar Asya setelah berdiri lebih dekat di hadapan Angkasa.

Kakak.

            Asya menoleh kearah kanannya, di mana ada Jef yang sedang duduk di atas sofa dengan ponsel yang ada digenggamannya. Asya tersenyum sembari melambaikan tangan kearah anak lelaki yang sedari tadi memanggilnya Kakak.

            Angkasa menatap Asya tajam, kemudian dia menghela napas berat. Ketakutan Asya semakin menjadi saat melihat reaksi Angkasa yang sangat menakutkan untuknya.

Maaf Pak. Saya tahu kalau saya salah, tapi tolong jangan pecat saya. Saya baru saja bergabung dengan perusahaan ini, kalau sampai di pecat, saya harus cari kerja di mana lagi Pak. Bapak kan tahu kalau cari kerja zaman sekarang sangat susah. ujar Asya penuh akan rasa bersalah. Diaa pun menunduk tanpa menatap Angkasa agar perasaan sedihnya terasa sampai Angkasa.

Sudah bicaranya? tanya Angkasa.

            Asya mengangguk dalam diam. Tapi saya mohon sama bapak untuk memperimbangkan kinerja saya. Saya akan lebih berusaha untuk menjadi pegawai yang baik, sambung Asya.

Jef berdiri dan berjalan menuju Asya. Dia berdiri di hadapan Asya, seolah sedang melindungi wanita yang baru saja di kenalnya. Hal itu membuat Angkasa bingung dengan sikap terbuka Jef kepada orang lain yang sangat jarang bahkan tidak pernah di lihatnya.

Sudah Jef bilang, Papa gak boleh jahat sama Kakak ini. Bandel banget sih. ujar Jef dengan logat khas anak yang berusia lima tahun.

            Angkasa membulatkan matanya, dia terkejut dengan ucapan Jef yang begitu panjang untuknya. Lantaran selama dia tinggal bersama Jef, Jef merupakan pribadi yang irit bicara.

Kamu kenal sama Kakaknya? Kamu tidak biasanya dekat sama orang seperti ini selain sama Papa, balas Angkasa dengan menatap Jef yang masih memasang wajah marahnya.

            Jef menggulung kedua tangannya dan di letakkannya di depan dada. Dia mengerucutkkan bibirnya, menandakan bahwa dirinya sedang marah.

Kakaknya baik. Cocok sama Papa yang bandel. jawab Jef.

            Angkasa menghela napas berat melihat tingkah Jef. Asya pun berjongkok untuk bisa melihat wajah Jef.

Nama kamu Jef ya? Tadi kita belum kenalan. ujar Asya dengan tersenyum ke arah Jef.

            Jef mengangguk. Nama Kakak Asya. Jef bisa panggil Kak Acha. ujar Asya memperkenalkan dirinya dengan sangat lembut.

Panggil Mama boleh? tanya Jef dengan senyum manisnya kearah Asya.

            Asya memegang bahu kecil Jef. Asya mengusapnya pelan. Jef gak boleh gitu ya. Jef kan punya Mama. Lagian, Kakak sama Papa Jef itu hanya sebatas teman kerja. balas Asya yang memberikan pengertian pada Jef.

            Senyum Jef hilang, hal itu membuat Asya bingung. Dia menatap Angkasa sekilas dari bawah yang juga sedang menatap mereka berdua.

Jef kenapa? Maaf ya kalau Kakak salah ucap. Kalau begitu, bagaimana kalau kita nanti main bareng? Setelah selesai Kakak kerja. Jef mau? ajak Asya yang berusaha untuk mengembalikan senyum anak kecil yang polos itu.

            Jef mengangguk dengan antusias. Asya tersenyum sembari mengusap lembut kepala Jef. Anak pintar. ujar Asya.

            Angkasa diam, dia bingung dengan pribadi Jef yang nampak terbuka dan terlihat menginginkan Asya selalu berada di sisinya. Angkasa menyerahkan map berisi laporan yang sudah di kerjakan oleh Asya kemarin malam.

Tolong tindak lanjuti dan kasih ke pihak produksi. Untuk model atlet sudah saya ganti sesuai dengan hasil rapat kemarin, ujar Angkasa.

            Asya menerima map tersebut dengan kedua tangannya seraya menunduk. Baik Pak, saya akan menyampaikan hal tersebut kepada pihak produksi. ujar Asya.

            Mata elang itu terus memperhatikan punggung tegap gadis polos yang berjalan keluar dari ruangannya. Angkasa pun menjadi heran dengan senyum Jef yang tak kunjung menghilang walaupun Asya sudah tidak ada di hadapan. Sorot mata polosnya itu sudah lama tidak membara saat melihat orang lain yang berusaha mendekatinya.

Related chapters

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Aku Titipkan Jef Padamu.

    Selamat membaca~ - Asya berjalan menuju ruangan Divisi Produksi untuk menyerahkan map titipan Angkasa. Di sana Asya menemui Kepala Divisi langsung, yaitu Galih Kusuma. Setiap Divisi tidak memiliki ruangan khusus untuk kepalanya, karena bagi Angkasa setiap kepala harus dekat dengan anggotanya. Maka dari itu dia tidak membuat ruangan khusus bagi Kepala Divisi pada setiap divisi. “Halo Acha, cari siapa?” sapa Rania selaku anggota dari tim Produksi. “Kak Galihnya ada?” jawab Asya kepada seniornya itu dengan sopan. “Ada kok, di tempat duduknya.” jawab Rania. “Baik, terima kasih ya Kak.” Asya berjalan lurus untuk bisa sampai pada meja kerja Galih. Sesampainya di sana, Asya memberikan map itu tepat di hadapan Galih yang tengah fokus menatap hasil desain dari subdivisinya. “Wih, cakep banget baju renangnya,” ujar Asya kagum pada hasil desain yang terpampang jelas di layar monitor Galih. “Kamu kenapa di sini?” tanya Galih saat menyadari kehadiran Asya ada di sampingnya.

    Last Updated : 2022-09-22
  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Kamu telah melewati batas, Asya.

    Selamat membaca~ - Asya membawa Jef untuk makan di kantin perusahaan. Berbagai macam arti dari sorot mata, kini menemani langkah kecil Asya yang tampak gusar dan tak nyaman. Namun dia berusaha keras untuk terlihat biasa saja agar tidak menciptakan rumor pedas di mulut perusahaan. Asya melihat Sila yang sedang berdiri memesan makanan, dia akhirnya membawa Jef untuk menghampiri Sila. “Katanya sahabat, kok aku ditinggal sih.” tegur Asya dengan melihat lurus kearah menu yang ada dihadapannya. “Loh, udah bangun? Maaf banget, tadi mau bangunin tapi aku gak tega. Ya udah niatnya biar aku yang beliin kamu makanan, baru deh bangunin kamu.” jelas Sila tak enak hati. “Gara-gara kamu gak bangunin aku, Pak Angkasa tadi yang bangunin aku. Gila banget sih kalau wajahnya di ingat-ingat,” gerutu Asya dengan bergidik ngeri. Sila tersenyum saat melihat adanya Jef yang berdiri di samping Asya. Mata Sila bergerak dengan wajahnya yang menghadap kearah Asya. “Ada anaknya, jaga u

    Last Updated : 2022-10-09
  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Saatnya alih profesi.

    Selamat membaca~ - Asya masuk ke dalam kamar kost miliknya. Hari ini adalah hari yang melelahkan untuknya. Tidak hanya untuk raganya, namun jiwanya juga terguncang saat menyadari bahwa esok ia kembali menjadi pengangguran. Mencari kerja di kota metropolitan ternyata sangat susah, harus banyak usaha dan kesabaran dalam mencarinya. Usaha Asya untuk masuk kedalam Sandhaya Sea Company tidaklah mudah, namun ia dikeluarkan dengan sangat mudah. Hal itu membuat Asya seolah mentertawai dirinya yang sangat konyol. Saat ia sedang berbaring dan meratapi kesedihannya, pintunya diketuk dengan tak wajar oleh seseorang. Asya tahu siapa orang yang mengetuknya dengan tak sopan seperti ini. Ia pun bangkit dan segera membukanya. “Ada berita kalau kamu di pecat dari perusahaan. Benar gak sih?” ujar Sila dengan raut wajah serius. Asya mengangguk seraya memeluk Sila. Ia menangis dalam dekapan Sila. Sila adalah saksi bisu bahwa betapa sulitnya bagi Asya untuk bergabung ke perusaha

    Last Updated : 2022-11-01
  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Rumah Bangsa.

    Selamat membaca~ - Asya menghentikan kakinya tepat dihadapan rumah tempat alamat yang sudah dikirimkan oleh Adrian semalam. Rumah sederhana dengan banyak sandal yang berserakan, tidak jauh dari yang sudah ia bayangkan. Namun tetap saja realita untuk menyambung hidup akan sulit jika hanya bergantung pada pekerjaan yang harusnya bisa dibilang sebagai relawan. “Halo, ada yang bisa saya bantu?” ujar seorang laki-laki yang baru saja keluar dari rumah yang dipandangi oleh Asya. Asya tersenyum seraya melangkah maju untuk menghampiri laki-laki dengan tubuh jangkung dan proporsional itu. “Saya mau bertemu dengan mas Adrian. Apa beliau ada?” ujar Asya yang langsung menjelaskan maksud tujuan kedatangannya. “Mbak Asya? Saya Adrian.” Balasnya seraya mengulurkan tangannya untuk mengajak Asya berjabat tangan. “Halo, mas Adrian. Saya Ashalina El Carissa, mas bisa panggil saya Acha. Saya sahabatnya Sila.” Ujar Asya seraya membalas jabatan tangan dari Adrian. “Saya Adrian Gibraseno, s

    Last Updated : 2022-11-02
  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Menjadi guru dadakan.

    Selamat membaca~ - Asya tersenyum ke arah para murid yang baru ia temui hari ini. Kata Adrian, hari ini ia bisa langsung mengajar dan bertemu dengan para murid. Sebelum memasuki ruangan, Asya menarik napasnya dalam-dalam. Ia berusaha meniatkan langkahnya untuk bisa dekat dan mengajari mereka moral yang baik dalam bersosialisasi di lingkungan. “Halo adik-adik, selamat pagi. Apa kabar semuanya?” ujar Adrian bertanya pada lima belas murid yang duduk di kelas tiga sekolah dasar itu. “Baik pak Rian.” Jawab mereka dengan serempak. “Hari ini Bapak Rian ajak guru baru yang cantik untuk mengajar kalian. Namaya Ibu Asya, coba disapa dulu Ibunya,” perintah Adrian dengan nada dan suara yang lembut layaknya sedang berbicara dengan anak kecil. “Halo bu Asya.” Sapa mereka dengan semangat. “Halo adik-adik. Selamat pagi. Nama Ibu Ashalina El Carissa, kalian bisa panggil Ibu Acha.” Jelas Asya dengan nada dan suara yang sama lembutnya dengan Adrian. Untuk mendekatkan hubungan antara A

    Last Updated : 2022-11-04
  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Kegaduhan dalam rapat.

    Selamat membaca~ - Angkasa duduk dengan fokus mengarah pada layar proyektor yang menampilkan hasil kerja Departemen Produksi dalam pembuatan produk baru yang akan diluncurkan sebentar lagi. Semua masukan maupun revisi yang diterima di bulan lalu oleh Galih Kusuma selaku kepala Departemen Produksi, kini dikemas kembali dengan apik dengan penyampaiannya yang lugas. Model design gambar produk juga ia tampilkan, Galih juga menjelaskan secara rinci model produk mulai dari bahan, fungsi utama kegunaan, tujuan yang dicapai pada produk baru, hingga detail design produk. Semua tampak memperhatikan setiap penjelasan Galih dengan seksama. Hingga ada seorang laki-laki yang lebih tua dari Angkasa memotong penjelasan dari Galih. “Apa menurut anda bahan yang digunakan sudah benar? Bukankah bahan seperti itu tidak cocok digunakan untuk pakaian renang?” sela lelaki separuh baya yang memiliki tampang sedikit menyebalkan. “Mohon izin untuk menjawab. Untuk masalah bahan, Depar

    Last Updated : 2022-11-05
  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Hilang dan Tuntutan.

    Selamat membaca~ - Angkasa masuk ke dalam kamar Jef untuk memastikan apakah anaknya sudah tidur atau belum. Dia menghela napas lelah saat Jef menatapnya dengan mata terbuka lebar. Hari ini anak lelakinya itu sangat sulit untuk diatur. Angkasa melangkahkan kakinya untuk mendekat kearah Jef yang masih bermain iPad miliknya. Angkasa duduk disamping kasur Jef sembari mengusap kepala Jef dengan lembut. “Kenapa Jef belum tidur?” tanya Angkasa. Jef diam dan tangannya bergerak untuk menuliskan sesuatu pada layar iPad miliknya. “I miss her.” tulisnya yang mengartikan jika dia merindukan kehadiran Asya. Angkasa menghela napas berat sekali lagi, “Jef, disini ada Papa. You don’t need anyone, except Papa.” tegas Angkasa jika Jef tidak memerlukan siapapun kecuali dirinya. “I like her. Mama Acha.” tulisnya lagi. Memang anak dan Bapak satu ini memiliki kesamaan, yaitu keras dan tidak bisa dikalahkan. Angkasa mengambil paksa iPad milik

    Last Updated : 2022-11-08
  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Partner Praktik Mengajar.

    Selamat membaca~ - Angkasa bagun setelah alarm miliknya berdering. Sebenarnya dia tidak betul-betul tidur dengan nyeyak setiap harinya. Maka dari itu, mendengar suara alarm bagi Angkasa bukanlah suatu hal besar dan menjengkelkan. Angkasa bangkit untuk membuka gorden kamarnya, membiarkan sinar mentari masuk ke dalam ruangan kamarnya yang dingin. Setelahnya dia beralih ke kamar mandi untuk membersihkan badan dan bersiap untuk berangkat kerja. Setelah menghabiskan beberapa waktu di dalam kamar mandi, kini Angkasa keluar dengan handuk yang melingkar pada pinggangnya. Dia berjalan menuju walk in closet yang berada di dalam kamarnya. Angkasa tampak memilih baju yang akan digunakan untuknya berangkat kerja hari ini. Tak lupa Angkasa juga memilih dasi dan jam tangan yang cocok untuk menunjang penampilannya hari ini. Setelah selesai, dia beralih menuju kamar Jef. Angkasa selalu menyempatkan dirinya untuk memeriksa keadaan Jef sebelum berangkat kerja. Wal

    Last Updated : 2022-11-09

Latest chapter

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Selisih

    Asya duduk termenung di ruang khusus pengajar yang ada di Rumah Bangsa. Di sana tidak banyak orang, hanya ada Adrian, Vania dan Sendi yang sedang menilai hasil kerja para muridnya hari ini.“Cha nanti ikut rapat ya?” ajak Sendi ditengah kesibukannya pada selebaran kertas dihadapannya.“Rapat apa Mbak?” tanya Asya bingung.“Kamu gak lihat grup pengajar?” tanya Sendi yang langsung mendapatkan gelengan kepala dari Asya.“Mana sempat Mbak, dia kan sibuk orangnya.” Intrupsi Vania tanpa menatap orang yang sedang disindirnya.“Iya, maaf gue belum sempat buka grup semalam. Tapi gue bakal ikut kok Mbak.” Balas Asya yang paham akan arah sindiran Vania. Adrian menatap Sendi seolah sedang memberikan perintah padanya untuk segera dapat dilakukan. Melihat sorot nyalang itu, Sendi lantas mengangguk dan bangkit dari kursinya untuk mendekat ke arah Vania.“Ikut gue beli makan siang yuk, sambil nunggu Mas Dafid selesai ngajar.” Ajak Sendi dengan menatap Vania yang masih tertunduk kes

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Pers Conference

    Seperti yang diinginkan oleh Wira, dengan berat hati Angkasa datang ke acara Ressa Company untuk membahagiakan hati mungil Wira sebagai Ayah kandungnya. Meskipun Angkasa sangat keras kepala, dia masih menghargai Wira sebagai orang yang telah berjasa untuk hidupnya. Semua media berkumpul untuk hari bahagia dari Ressa Company. Tampilan Angkasa yang terbalut dengan tuxedo hitam dan celananya nampak membuatnya terlihat sangat berwibawa dan memancarkan aura alpha dominan yang sangat ditakuti oleh orang yang melihatnya.“Angkasa, saya yakin kamu akan datang hari ini.” Ujar Aditomo dengan merangkul bahu Angkasa erat. Senyum Aditomo merekah hingga membuat teman media senang karena bisa mengabadikan gambar apik untuk serentetan momen langkah kedua orang penting di perusahaan terbesar se Indonesia ini.“Apa hubungan antara Pak Aditomo dengan Pak Angkasa?” tanya seorang reporter yang sedang bertugas saat itu disela sesi pertemuan hangat Aditomo dan Angka

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Mana Mama?

    Selamat membaca~- Angkasa meregangkan dasi yang sudah mencekat lehernya seharian ini. Hari ini sangat melelahkan untuknya. Bahkan jauh terasa lebih berat dari yang biasanya telah dia jalankan. Angkasa melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga untuk melihat kondisi Jef yang bahkan tidak mau lagi untuk berbicara dengannya.“Astaga.” Angkasa terkejut karena keberadaan Jefrey yang sedang duduk sendirian di tengah redupnya ruang keluarga. Jef duduk tepat di tempat biasanya Asya gunakan untuk istirahat sambil menonton televisi saat memiliki waktu senggang. Sorot mata Jef menangkap mata Angkasa yang masih terkejut akan keberadaannya yang tidak terduga. “Kamu kenapa di situ Jefrey?” tanya Angkasa.“Jef tidak mau tidur Pak. Jef sengaja menunggu Bapak pulang,” Angkasa mengarahkan pandangannya ke arah dapur di mana ada Tari yang kini datang dengan membawa secangkir kopi. Tari meletakkan kopi pesanan Angkasa yang se

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Kembali atau tidak?

    Selamat membaca~ - Asya termenung dalam kamar kosnya. Materi untuk mengajar besok, sudah dia siapkan sejak sore. Malam ini harinya terasa sepi, tidak ada lagi pekerjaan yang harus dia selesaikan. Waktunya terbuang sia-sia hanya untuk memandangi palfon kamar yang berwarna putih. Pintu kamar Asya di ketuk, dia bangkit dengan badan yang lunglai dan tak berdaya. Dia sungguh malas untuk menerima tamu malam ini. Asya membuka pintu dengan terpaksa karena dia tahu siapa yang datang saat ini. “Surprise!” ujar Sila dengan membawa banyak tentengan kresek yang berisi makanan. Tanpa menunggu di suruh untuk masuk, Sila melangkahkan kakinya dan duduk di lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu berwana abu-abu. Asya hanya pasrah dan segera menutup pintu kamarnya. “Banyak banget makanannya? Tanggal gajian kamu masih lama kan?” tanya Asya yang bingung dengan sikap Sila saat ini. “Kita hari ini akan merayakan pesta atas kamu yang sudah pensiun jagain Jef.”

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Syarat untuk Aneska.

    Selamat membaca~ - Adrian duduk di bangku tukang siomay langganannya bersama Asya. Asya tidak mengira jika Adrian akan mengajaknya ke sini untuk makan siang bersama. Suasana canggung melanda mereka berdua. Asya bingung hendak memulai percakapan dari mana. “Kamu gak bilang kalau udah punya calon suami,” ujar Adrian membuka percakapan yang berhasil membuat Asya terkejut. “Hah? Kata siapa?” tanya tanya Asya. “Waktu itu, ada suara cowok yang angkat telepon kamu. Dia bilangnya kamu izin soalnya ada acara sama calon suami.” jelas Adrian. Asya diam. Dia berusaha untuk mengingat siapa saja yang sudah meminjam ponselnya akhir-akhir ini. Pikiran Asya tertuju pada hari setelah Angkasa sakit. Asya menghela napas, terlihat dia sangat frustasi saat ini karena ulah Angkasa yang sangat ceroboh. “Bukan, Mas. Dia bukan calon suamiku.” ujar Asya. “Lalu dia siapa? Kenapa bisa ada sama kamu di pagi hari?” tanya Adrian dengan menatap dalam Asya untuk mencari jawaban jujur yang ke

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Vania Cemburu

    Selamat membaca~ - Suasana kantor Sandhaya Sea Company pagi ini tampak tentram. Seluruh pegawai bekerja sesuai dengan pekerjaan setiap divisi. Bagian paling sibuk setelah melakukan launching produk adalah Departemen Produksi, karena mereka harus selalu siap siaga di gudang dan kantor untuk memantau pekerjaan agar hasil yang di cetak maksimal. “Jangan lupa untuk mengawasi setiap pekerja agar bahan yang sudah rusak tidak ikut di produksi.” tegas Galih kepada anggotanya yang saat ini ikut survey lokasi di gudang. “Siap.” Semuanya berpencar untuk menjalankan tugas yang sudah diberikan oleh Galih kepada setiap kepala anggota. Bagian produksi kantor dan produksi gudang berbeda. Produksi kantor berfokus kepada untuk perencanaan bahan, alat, model, dan yang berhubungan dengan memproduksi sebuah bahan. Sedangkan bagian produksi gudang, merekalah yang akan memproduksi sebuah barang sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan oleh Ketua Divisi Produksi. Sila berkeli

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Apa itu perasaan?

    Selamat membaca~ - Angkasa melihat kamar Jef yang sudah gelap. Ternyata dia sudah tidur. Mungkun karena kelelahan diperjalanan. Angkasa kini beralih untuk menemui teman-temannya yang sudah asik dengan dunianya sendiri, yaitu bermain PS 5 milik Jef. “Ada apa?” tanya Angkasa tanpa berbasa-basi. “Jengukin orang sakit lah. Eh yang sakit malah lagi bulan madu.” ujar Nathan yang mulutnya langsung dibekap oleh Rafasnya. “Mulutnya lancar banget kayak kereta api.” “Acha mana?” tanya Angkasa saat menyadari bahwa tidak ada tanda-tanda akan kehadiran Asya di rumah miliknya. “Pulang. Katanya mau ke kosan aja.” balas Juno. “Gak kalian anterin?” tanya Angkasa. “Nathan tuh, gak mau.” jawab Juno. Mata tajam Angkasa seolah sedang mencekik leher Nathan. Saat ini dia kesulitan untuk bernapas dan membuatnya untuk mencari perlindungan dari Rafasya yang duduknya dekat dengannya. “Tolongin adik sendiri Bang.” ujar Nathan pada Rafasya. “Gak mau lah. Takut.” tolak Rafasya. “Udah malam,

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Kembali.

    Selamat membaca~ - Pagi ini Angkasa membawa mereka sarapan sambil melihat rusa dan jerapah di sana. Asya benar-benar takjub dengan villa yang dibangun oleh Angkasa. Mengusung tema sederhana namun terlihat elegan dan nyaman, juga adanya taman bermain, ternak rusa dan jerapah, serta kebun strawberry yang sengaja dibuatnya untuk pengunjung bisa menikmati momen liburan dengan damai. Sebenarnya Angkasa bisa memanggil staffnya untuk membawa makanan ke villa, namun hal itu dibatalkannya lantaran dia ingin menyenangkan Asya dan Jef sebelum mereka pulang ke rumah nanti siang. Akhirnya setelah melakukan perdebatan dengan batinnya, Angkasa memutuskan untuk mengunjungi resto villa dengan pemandangan rusa dan jerapah. Area resto ini sangatlah luas apalagi dengan dinding kaca yang mengantarkan pemandangan gunung serta halaman luas yang digunakan sebagai penangkaran rusa dan jerapah. Setelah mereka melakukan sarapan, kini Jef mengajak Angkasa dan Asya untuk per

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Malam dan Kamu.

    Selamat membaca~ - Asya berjalan keluar hanya dengan menggunakan handuk kimono. Dia lupa jika tidak memiliki baju ganti untuk digunakannya malam ini. Dengan langkah kakinya yang ragu, Asya melangkah untuk mencari Angkasa. Dia hendak meminjam baju Angkasa untuk digunakannya malam ini. Namun Asya terkejut saat melihat ada 3 orang perempuan berbaju hotel sedang berdiri dan tersenyum kearahnya. “Selamat sore, Nyonya Angkasa. Di sini kami hendak melayani anda untuk bersiap dinner bersama Bapak Angkasa dan Jef yang akan berlangsung tiga jam lagi. Jadi mohon izinkan kami untuk membantu Nyonya.” ujar salah seorang pegawai dengan senyumnya yang tidak pernah tertinggal. Asya diam. Dia bingung harus memberikan respon yang bagaimana untuk kejutan yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan akan bisa menerima semua ini. “Mari ikut kami,” ajak salah seorang pegawai. “Jef sama Angkasa di mana?” tanya Asya bingung karena villa terasa sangat sepi. “Jef dan Bapak Angkasa

DMCA.com Protection Status