Share

Rahasia di Balik Duda Arogan
Rahasia di Balik Duda Arogan
Penulis: berymatcha_

Pimpinan

Penulis: berymatcha_
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Selamat membaca~

-

Suara mesin tik terdengar menyeruak alih-alih ruangan yang sangat sepi. Para pegawai tampak fokus pada layar laptop yang menampilkan pekerjaan mereka. Berbeda dengan perempuan bermata belok yang sedang memejamkan matanya menikmati waktu yang mendekati istirahat.

            Suara langkah kaki pun terdengar, hampir seluruh pegawai yang berada di dalam satu ruangan dengannya berjalan menuju kantin untuk menikmati makan siang mereka.

Cha, kantin dulu yuk. Sebelum waktu makan siang habis. ajak gadis berambut panjang yang digerai.

Mata kantuk perempuan yang bernama Ashalina El Carissa itu langsung berubah menjadi segar. Dia segera bangkit dan menggandeng lengan sahabatnya yang menjadi teman sekantornya.

Segar banget ya matanya. olok Sila sahabatnya.

            Asya hanya tertawa menanggapi olokan Sila yang selalu mengisi hari-harinya. Meskipun begitu, mereka tidak pernah bertengkar untuk memperdebatan olokannya.

Kamu yang serius kalau kerja, soalnya Pak Angkasa galak. Ucap Sila memperingati Asya yang baru saja bergabung.

            Adsila Berly Galina, Ia merupakan pegawai Sandhaya Sea Company yang sudah bergabung selama dua tahun dibawah kepemimpinan Bos yang bernama Zayyan Angkasa Pradipta. Seringkali Sila memberikan wejangan kepada Asya yang baru bergabung kedalam perusahaan selama lima bulan.

Gak boleh gitu Sila, Pak Angkasa baik kok. bela Asya yang memang merasakan kebaikan dari Angkasa sebagai Bos besar.

            Mereka pun berjalan menuju kantin dengan percakapan acak yang seolah sudah menjadi makanan harian. Tanpa memperhatikan sekitar, langkah mereka terus bergerak menuju kantin.

Ashalina El Carissa.

            Asya dan Sila segera menghentikan langkah kakinya saat ada yang memanggil salah satu nama dari mereka. Mereka segera berbalik saat tidak mendapati siapa pun dihadapannya. Betapa terkejutnya mereka saat melihat lelaki dengan balutan jas rapi tampak berdiri dengan tegap dan tegas dihadapannya.

Bapak panggil saya? tanya Asya sebagai respon paling menyesatkan dirinya.

            Zayyan Angkasa Pradipta, Bos besar yang mereka sebut tadi tiba-tiba saja muncul dengan wajah dinginnya. Ia menyerahkan map berwarna merah sebagai tanda bahwa isi tersebut berupa dokumen proposal pengajuan proyek baru berupa baju renang yang akan mereka kerjakan.

Kerjakan ulang sesuai tanda yang sudah saya tetapkan di dalamnya! tegas Angkasa.

            Asya menatap Angkasa bingung. Bagaimana bisa ia menyuruhnya untuk kembali mengerjakan dokumen yang bahkan sudah dia persiapkan dengan matang sejak satu bulan yang lalu.

Maksud bapak bagaimana ya? Ini sudah saya selesaikan sesuai dengan permintaan bapak. jawab Asya bingung dengan keinginan aneh dari Angkasa.

Sudah? Apa di dalam laporan yang anda buat sudah mencantumkan dengan jelas dan rinci mengenai bahan dan ukuran untuk setiap bajunya? tanya Angkasa dengan nada yang terdengar sangat tegas dan meninggi.

            Asya diam. Semua yang disebutkan oleh Angkasa tidak ada di dalam laporannya. Dia hanya mencantumkan nama bahan namun tidak jelas dan rinci. Asya mengaku salah, dia pun menunduk dan menerima map tersebut dengan pasrah.

Saya mau malam ini laporannya sudah ada di meja saya. tegas Angkasa lalu berbalik untuk meninggalkan mereka berdua.

            Asya menghela napas berat. Dia menatap tajam Angkasa dan mengutuknya dalam hati menggunakan sumpah serapah. Asya mengangguk dengan pasrah dan menatap Sila seolah meminta bantuan.

Kamu benar. Dia bukan cuma jahat, tapi psycho juga. Mana bisa coba malam ini selesai? ujar Asya kesal dengan membuka satu-persatu lembar kerjanya.

Banyak banget lagi. gerutu Asya dengan memajukan bibirnya karena kesal.

            Sila menepuk bahu Asya untuk menenangkannya. Kamu tahu kan sekarang? Masih mau belain? tanya Sila menggoda.

            Asya menggeleng dengan cepat. Mana mungkin. Kalau iya, aku yang gila. balas Asya dengan nada lemas.

Jadi pergi ke kantin tidak? tanya Sila memastikan apakah Asya akan terus melanjutkan perjalanannya menuju kantin atau tidak.

            Asya menghela napas. Dia menggeleng dengan wajah melasnya. Gak deh. Kamu aja. Aku mau selesain ini dulu biar gak pulang malam. jawab Asya dengan mengangkat map merah perusak suasana hatinya.

Ya sudah, kalau mau nitip kirim pesan aja. ujar Sila mengingatkan.

            Mereka pun berpisah, Sila menuju kantin kantor dan Asya menuju meja kerjanya untuk menyelesaikan laporannya. Satu hal yang Asya ketahui tentang bosnya hari ini. Dia sangat perfeksionis dan teliti dalam pekerjaan, berbeda dengan Asya yang hanya mencantumkan apa yang ada.

            Dia pun segera kembali dan memulai untuk merevisi pekerjaannya yang salah. Tidak hanya itu, Asya juga pergi untuk mewawancarai ketua divisi desain agar mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang tidak di ketahuinya.

            Jam terus berputar dan fokus Asya masih tertuju sepenuhnya pada laporan yang sedang dibuatnya. Malam datang, para pegawai sudah pulang, begitu juga dengan Sila. Hanya tersisa Asya yang sedikit lagi sudah menyelesaikan laporannya.

            Asya menekan tombol enter dengan keras setelah menyimpan dokumen laporannya di dalam device komputernya. Dia pun merenggangkan badannya yang terasa kaku dan lelah karena sudah bekerja dengan keras hari ini.

Aduh, perut ku perih. rintih Asya dengan memeggangi perutnya yang terasa perih.

            Asya pun mengambil air dan meneguknya, lalu memakan roti yang sudah di belikan Sila yang belum sempat di makannya saat siang tadi.

Kebiasaan banget minta di perhatiin. Lupa makan sedikit, udah perih aja nih lambung. gumamnya dengan menahan sakitnya.

            Asya pun berdiri dan berjalan menuju mesin printer untuk mencetak dokumennya. Benar-benar sepi dan hanya tinggal dirinya seorang. Tak menunggu waktu lama, Asya segera merapikan dokumen yang sudah tercetak. Dia segera berjalan menuju ruang kekuasaan milik Angkasa untuk menaruh dokumen yang di mintanya.

            Asya bingung saat melihat ruangan kerja itu tertutup dengan rapat. Asya tidak yakin harus masuk tanpa izin, atau mengetuk hingga di beri izin untuk masuk. Karena dia pun tidak tahu apakah Angkasa sudah pulang atau belum.

            Setelah berpikir beberapa saat, Asya memutuskan untuk mengetuk pintu beberapa kali guna melihat reaksi apakah ada orang di dalam atau tidak. Saat Asya hendak mengetuk, terdengar suara dari dalam. Itu adalah suara Angkasa yang sedang berbicara melalu telepon selular, dan secara tidak sengaja di dengar langsung oleh Asya.

Iya, Papa pulang sekarang ya. Jef di rumah dulu sama bibi,

Gak boleh nakal ya. Jef sudah janji sama Papa untuk jadi anak pintar.

Nanti Papa bawakan ayam goreng kesukaan Jef.

            Itu adalah sepenggal suara Angkasa yang Asya dengar dengan samar. Tubuh Asya mematung setelah mendengar Angkasa menyebut kata Papa dalam percakapan selularnya. Asya tidak yakin apakah boleh dia mendengarkan percakapan bosnya seperti ini. Apakah yang lain tahu kalau sebenarnya Angkasa sudah memiliki anak?

            Pertanyaan akan ketakutannya terus bergejolak di dalam pikirannya, hingga tidak sadar Asya yang membelakangi pintu pun tidak tahu jika pintu tersebut sudah terbuka.

Ada apa? tanya Angkasa yang berhasil mengejutkan Asya.

            Asya terperanjat dan langsung membalikkan badan. Dia menunduk sebagai permintaan maafnya karena tidak sengaja mendengar percakapan Angkasa yang bersifat privasi.

Maaf Pak, tadinya saya ingin memberikan laporan yang Bapak minta. Tapi saya malah tidak sengaja mendengar percakapan Bapak di telepon. Tapi Bapak tenang saja, saya bisa jaga rahasia kok. Saya tidak akan menyebarkan kalau ternyata Bapak punya anak. Jangan pecat saya ya Pak. ucap Asya menjelaskan kondisinya dari awal hingga akhir.

            Angkasa melihat Asya dengan heran. Gadis ini selalu menunduk dan bersikap polos saat berhadapan dengannya. Bahkan setelah berbicara pun Asya tetap menunduk seolah meratapi nasib atas perbuatannya.

Mana dokumen laporannya? tanya Angkasa dengan merentangkan tangan kanannya untuk menerima dokumen dari Asya.

            Asya menyerahkan dokumen tersebut dengan kepala yang masih menunduk. Angkasa pun menerima dan memeriksanya sekilas, setidaknya dia tahu pada bagian mana saja yang memang harus diperbaiki oleh Asya.

Minggir, tegas Angkasa.

            Asya segera memberikan ruang untuk Angkasa bisa berjalan keluar. Angkasa pun menghela napas lelah saat melihat Asya yang masih tertunduk dalam diam.

Sampai kapan anda akan tertunduk terus seperti itu? tanya Angkasa dengan menatap Asya secara menyeluruh.

            Asya kembali menegakkan kepalanya, dia tersenyum kaku kearah Angkasa yang selalu memasang wajah datarnya. Angkasa pun kembali melanjutkan perjalanannya untuk bisa segera pulang dan menemui anaknya dirumah.

Hati-hati dijalan Pak. ucap Asya sebagai salam perpisahan malam ini.

            Asya pun juga ikut pergi keluar kantor setelah dia membereskan semua barangnya. Asya berjalan menuju gerbang perusahaan supaya bisa mencari kendaraan untuk mengantarkannya pulang. Sepanjang perjalan, pikirannya kembali berputar pada ruang kerja Angkasa. Nada dan suara itu terdengar sangat lembut saat berbicara dengan anaknya melalui saluran selular. Berbeda jika dengan para pegawainya, dia selalu tegas bahkan sarkas.

Ternyata sudah punya anak, aku kira masih lajang. Mana masih muda, galak lagi. Kok ada yang mau. lirih Asya.

            Asya pun menghentikan langkahnya tepat di depan pintu gerbang. Dia menunggu ojek yang sudah di pesan untuk menjemputnya. Setidaknya Asya tidak menunggu terlalu lama, walau mobil milik Angkasa sudah keluar dari pekarangan perusahaan.

            Sangat sepi, hanya tinggal Asya seorang dan penjaga malam perusahaan yang di pekerjakan. Asya menggeleng setiap kali melihat atau merasakan sifat ketidakmanusiawian Angkasa. Seperti tadi, bahkan saat Angkasa mengeluarkan mobilnya, dia sama sekali tidak menurunkan kaca jendelanya untuk sekadar menyapa Asya. Dia hanya menekan klakson sebagai tanda terima kasih kepada penjaga malam yang sudah membukakan pintu gerbang.

-

            Asya masuk ke dalam kamar kostnya, tak lupa dia juga mengunci kamar agar aman. Asya merenggangkan tubuhnya lelah karena sudah seharian bekerja. Dia mengerjapkan matanya yang lelah berkali-kali karena terlalu lama berfokus pada layar computer.

            Asya pun langsung membersihkan tubuh sebelum memutuskan untuk berbaring dan mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Setelahnya Asya pun akhirnya bisa merebahkan seluruh tubuhnya.

Capek banget pakai heels seharian mondar-mandir ke lantai atas sampai bawah. Memang benar-benar ya itu bos ngeselin banget. omel Asya yang masih kesal dengan sikap Angkasa yang mengganggu jam istirahatnya.

Auhh… perih banget ini perut dari tadi siang belum makan, rintih Asya dengan memegangi perutnya.

            Asya menengok jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sudah malam, tidak mungkin dia keluar lagi hanya untuk membeli makanan. Apalagi dia tidak memiliki kendaraan pribadi yang bisa di gunakan dengan mudah.

Pesan online aja deh, ucap Asya sembari mencari makanan yang ingin ia makan.

            Setelah selesai melakukan pemesanan online, Asya memainkan ponselnya dengan tetap berbaring. Dia terkejut saat mendapatkan pesan masuk dari sang Ibu yang ada di kota kelahirannya.

Astaga, belum kasih kabar ke Ibu. ucap Asya mengingat rutinitasnya yang selalu memberikan kabar pada keluarganya yang jauh darinya.

            Asya pun mengirimkan foto yang baru saja di ambil untuk dikirimkan ke grup keluarga. Anak bungsu memang paling dikhawatirkan, apalagi masih bujang.

"Ayah, Ibu. Maaf baru sempat kasih kabar. Acha baru pulang kerja karena lembur. Kalian gak perlu panik ya, Acha disini betah. Nanti Acha pulang kalau dapat libur panjang."

            Asya menghela napas lega setelah mendapatkan balasan dari ayahnya, bahwa mereka juga lega mendengar kabar dari anak bungsunya. Asya kini memejamkan matanya sebentar, merehatkan dirinya dari lelahnya pekerjaan hari ini sembari menunggu datangnya makanan yang dia pesan secara online.

Bab terkait

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Pertemuan Pertama.

    Selamat membaca~ - Seperti pagi biasanya, setelah di lakukan doa pagi seluruh pegawai bekerja sesuai divisi masing-masing. Asya berlari dengan cepat memasuki gerbang kantor, dia sudah terlambat pagi ini karena jalanan pagi yang macet. Asya berlari sekuat tenaganya, dengan kecepatan yang tidak pasti, namun langkah kakinya dapat membawanya memasuki lobby kantor. Namun hal itu tidak membuatnya menghentikan langkah kecilnya untuk berhenti berlari. Tujuan keduanya saat ini adalah masuk kedalam lift yang bisa membawanya menuju lantai 5, di mana itu adalah tempatnya bekerja. Saat Asya hampir sampai di depan lift, tiba-tiba saja langkahnya terputus dan menabrak seorang anak kecil yang juga baru saja keluar dari lift. Dengan spontanitas yang dimilikinya, Asya dengan cepat menangkap anak itu dan membawanya ke dalam pelukannya sebelum badannya jatuh terbentur dengan lantai. Alhasil badan Asya lah yang dengan keras membentur lantai dingin perusahaan. “Adik, kamu baik-b

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Aku Titipkan Jef Padamu.

    Selamat membaca~ - Asya berjalan menuju ruangan Divisi Produksi untuk menyerahkan map titipan Angkasa. Di sana Asya menemui Kepala Divisi langsung, yaitu Galih Kusuma. Setiap Divisi tidak memiliki ruangan khusus untuk kepalanya, karena bagi Angkasa setiap kepala harus dekat dengan anggotanya. Maka dari itu dia tidak membuat ruangan khusus bagi Kepala Divisi pada setiap divisi. “Halo Acha, cari siapa?” sapa Rania selaku anggota dari tim Produksi. “Kak Galihnya ada?” jawab Asya kepada seniornya itu dengan sopan. “Ada kok, di tempat duduknya.” jawab Rania. “Baik, terima kasih ya Kak.” Asya berjalan lurus untuk bisa sampai pada meja kerja Galih. Sesampainya di sana, Asya memberikan map itu tepat di hadapan Galih yang tengah fokus menatap hasil desain dari subdivisinya. “Wih, cakep banget baju renangnya,” ujar Asya kagum pada hasil desain yang terpampang jelas di layar monitor Galih. “Kamu kenapa di sini?” tanya Galih saat menyadari kehadiran Asya ada di sampingnya.

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Kamu telah melewati batas, Asya.

    Selamat membaca~ - Asya membawa Jef untuk makan di kantin perusahaan. Berbagai macam arti dari sorot mata, kini menemani langkah kecil Asya yang tampak gusar dan tak nyaman. Namun dia berusaha keras untuk terlihat biasa saja agar tidak menciptakan rumor pedas di mulut perusahaan. Asya melihat Sila yang sedang berdiri memesan makanan, dia akhirnya membawa Jef untuk menghampiri Sila. “Katanya sahabat, kok aku ditinggal sih.” tegur Asya dengan melihat lurus kearah menu yang ada dihadapannya. “Loh, udah bangun? Maaf banget, tadi mau bangunin tapi aku gak tega. Ya udah niatnya biar aku yang beliin kamu makanan, baru deh bangunin kamu.” jelas Sila tak enak hati. “Gara-gara kamu gak bangunin aku, Pak Angkasa tadi yang bangunin aku. Gila banget sih kalau wajahnya di ingat-ingat,” gerutu Asya dengan bergidik ngeri. Sila tersenyum saat melihat adanya Jef yang berdiri di samping Asya. Mata Sila bergerak dengan wajahnya yang menghadap kearah Asya. “Ada anaknya, jaga u

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Saatnya alih profesi.

    Selamat membaca~ - Asya masuk ke dalam kamar kost miliknya. Hari ini adalah hari yang melelahkan untuknya. Tidak hanya untuk raganya, namun jiwanya juga terguncang saat menyadari bahwa esok ia kembali menjadi pengangguran. Mencari kerja di kota metropolitan ternyata sangat susah, harus banyak usaha dan kesabaran dalam mencarinya. Usaha Asya untuk masuk kedalam Sandhaya Sea Company tidaklah mudah, namun ia dikeluarkan dengan sangat mudah. Hal itu membuat Asya seolah mentertawai dirinya yang sangat konyol. Saat ia sedang berbaring dan meratapi kesedihannya, pintunya diketuk dengan tak wajar oleh seseorang. Asya tahu siapa orang yang mengetuknya dengan tak sopan seperti ini. Ia pun bangkit dan segera membukanya. “Ada berita kalau kamu di pecat dari perusahaan. Benar gak sih?” ujar Sila dengan raut wajah serius. Asya mengangguk seraya memeluk Sila. Ia menangis dalam dekapan Sila. Sila adalah saksi bisu bahwa betapa sulitnya bagi Asya untuk bergabung ke perusaha

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Rumah Bangsa.

    Selamat membaca~ - Asya menghentikan kakinya tepat dihadapan rumah tempat alamat yang sudah dikirimkan oleh Adrian semalam. Rumah sederhana dengan banyak sandal yang berserakan, tidak jauh dari yang sudah ia bayangkan. Namun tetap saja realita untuk menyambung hidup akan sulit jika hanya bergantung pada pekerjaan yang harusnya bisa dibilang sebagai relawan. “Halo, ada yang bisa saya bantu?” ujar seorang laki-laki yang baru saja keluar dari rumah yang dipandangi oleh Asya. Asya tersenyum seraya melangkah maju untuk menghampiri laki-laki dengan tubuh jangkung dan proporsional itu. “Saya mau bertemu dengan mas Adrian. Apa beliau ada?” ujar Asya yang langsung menjelaskan maksud tujuan kedatangannya. “Mbak Asya? Saya Adrian.” Balasnya seraya mengulurkan tangannya untuk mengajak Asya berjabat tangan. “Halo, mas Adrian. Saya Ashalina El Carissa, mas bisa panggil saya Acha. Saya sahabatnya Sila.” Ujar Asya seraya membalas jabatan tangan dari Adrian. “Saya Adrian Gibraseno, s

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Menjadi guru dadakan.

    Selamat membaca~ - Asya tersenyum ke arah para murid yang baru ia temui hari ini. Kata Adrian, hari ini ia bisa langsung mengajar dan bertemu dengan para murid. Sebelum memasuki ruangan, Asya menarik napasnya dalam-dalam. Ia berusaha meniatkan langkahnya untuk bisa dekat dan mengajari mereka moral yang baik dalam bersosialisasi di lingkungan. “Halo adik-adik, selamat pagi. Apa kabar semuanya?” ujar Adrian bertanya pada lima belas murid yang duduk di kelas tiga sekolah dasar itu. “Baik pak Rian.” Jawab mereka dengan serempak. “Hari ini Bapak Rian ajak guru baru yang cantik untuk mengajar kalian. Namaya Ibu Asya, coba disapa dulu Ibunya,” perintah Adrian dengan nada dan suara yang lembut layaknya sedang berbicara dengan anak kecil. “Halo bu Asya.” Sapa mereka dengan semangat. “Halo adik-adik. Selamat pagi. Nama Ibu Ashalina El Carissa, kalian bisa panggil Ibu Acha.” Jelas Asya dengan nada dan suara yang sama lembutnya dengan Adrian. Untuk mendekatkan hubungan antara A

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Kegaduhan dalam rapat.

    Selamat membaca~ - Angkasa duduk dengan fokus mengarah pada layar proyektor yang menampilkan hasil kerja Departemen Produksi dalam pembuatan produk baru yang akan diluncurkan sebentar lagi. Semua masukan maupun revisi yang diterima di bulan lalu oleh Galih Kusuma selaku kepala Departemen Produksi, kini dikemas kembali dengan apik dengan penyampaiannya yang lugas. Model design gambar produk juga ia tampilkan, Galih juga menjelaskan secara rinci model produk mulai dari bahan, fungsi utama kegunaan, tujuan yang dicapai pada produk baru, hingga detail design produk. Semua tampak memperhatikan setiap penjelasan Galih dengan seksama. Hingga ada seorang laki-laki yang lebih tua dari Angkasa memotong penjelasan dari Galih. “Apa menurut anda bahan yang digunakan sudah benar? Bukankah bahan seperti itu tidak cocok digunakan untuk pakaian renang?” sela lelaki separuh baya yang memiliki tampang sedikit menyebalkan. “Mohon izin untuk menjawab. Untuk masalah bahan, Depar

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Hilang dan Tuntutan.

    Selamat membaca~ - Angkasa masuk ke dalam kamar Jef untuk memastikan apakah anaknya sudah tidur atau belum. Dia menghela napas lelah saat Jef menatapnya dengan mata terbuka lebar. Hari ini anak lelakinya itu sangat sulit untuk diatur. Angkasa melangkahkan kakinya untuk mendekat kearah Jef yang masih bermain iPad miliknya. Angkasa duduk disamping kasur Jef sembari mengusap kepala Jef dengan lembut. “Kenapa Jef belum tidur?” tanya Angkasa. Jef diam dan tangannya bergerak untuk menuliskan sesuatu pada layar iPad miliknya. “I miss her.” tulisnya yang mengartikan jika dia merindukan kehadiran Asya. Angkasa menghela napas berat sekali lagi, “Jef, disini ada Papa. You don’t need anyone, except Papa.” tegas Angkasa jika Jef tidak memerlukan siapapun kecuali dirinya. “I like her. Mama Acha.” tulisnya lagi. Memang anak dan Bapak satu ini memiliki kesamaan, yaitu keras dan tidak bisa dikalahkan. Angkasa mengambil paksa iPad milik

Bab terbaru

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Selisih

    Asya duduk termenung di ruang khusus pengajar yang ada di Rumah Bangsa. Di sana tidak banyak orang, hanya ada Adrian, Vania dan Sendi yang sedang menilai hasil kerja para muridnya hari ini.“Cha nanti ikut rapat ya?” ajak Sendi ditengah kesibukannya pada selebaran kertas dihadapannya.“Rapat apa Mbak?” tanya Asya bingung.“Kamu gak lihat grup pengajar?” tanya Sendi yang langsung mendapatkan gelengan kepala dari Asya.“Mana sempat Mbak, dia kan sibuk orangnya.” Intrupsi Vania tanpa menatap orang yang sedang disindirnya.“Iya, maaf gue belum sempat buka grup semalam. Tapi gue bakal ikut kok Mbak.” Balas Asya yang paham akan arah sindiran Vania. Adrian menatap Sendi seolah sedang memberikan perintah padanya untuk segera dapat dilakukan. Melihat sorot nyalang itu, Sendi lantas mengangguk dan bangkit dari kursinya untuk mendekat ke arah Vania.“Ikut gue beli makan siang yuk, sambil nunggu Mas Dafid selesai ngajar.” Ajak Sendi dengan menatap Vania yang masih tertunduk kes

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Pers Conference

    Seperti yang diinginkan oleh Wira, dengan berat hati Angkasa datang ke acara Ressa Company untuk membahagiakan hati mungil Wira sebagai Ayah kandungnya. Meskipun Angkasa sangat keras kepala, dia masih menghargai Wira sebagai orang yang telah berjasa untuk hidupnya. Semua media berkumpul untuk hari bahagia dari Ressa Company. Tampilan Angkasa yang terbalut dengan tuxedo hitam dan celananya nampak membuatnya terlihat sangat berwibawa dan memancarkan aura alpha dominan yang sangat ditakuti oleh orang yang melihatnya.“Angkasa, saya yakin kamu akan datang hari ini.” Ujar Aditomo dengan merangkul bahu Angkasa erat. Senyum Aditomo merekah hingga membuat teman media senang karena bisa mengabadikan gambar apik untuk serentetan momen langkah kedua orang penting di perusahaan terbesar se Indonesia ini.“Apa hubungan antara Pak Aditomo dengan Pak Angkasa?” tanya seorang reporter yang sedang bertugas saat itu disela sesi pertemuan hangat Aditomo dan Angka

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Mana Mama?

    Selamat membaca~- Angkasa meregangkan dasi yang sudah mencekat lehernya seharian ini. Hari ini sangat melelahkan untuknya. Bahkan jauh terasa lebih berat dari yang biasanya telah dia jalankan. Angkasa melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga untuk melihat kondisi Jef yang bahkan tidak mau lagi untuk berbicara dengannya.“Astaga.” Angkasa terkejut karena keberadaan Jefrey yang sedang duduk sendirian di tengah redupnya ruang keluarga. Jef duduk tepat di tempat biasanya Asya gunakan untuk istirahat sambil menonton televisi saat memiliki waktu senggang. Sorot mata Jef menangkap mata Angkasa yang masih terkejut akan keberadaannya yang tidak terduga. “Kamu kenapa di situ Jefrey?” tanya Angkasa.“Jef tidak mau tidur Pak. Jef sengaja menunggu Bapak pulang,” Angkasa mengarahkan pandangannya ke arah dapur di mana ada Tari yang kini datang dengan membawa secangkir kopi. Tari meletakkan kopi pesanan Angkasa yang se

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Kembali atau tidak?

    Selamat membaca~ - Asya termenung dalam kamar kosnya. Materi untuk mengajar besok, sudah dia siapkan sejak sore. Malam ini harinya terasa sepi, tidak ada lagi pekerjaan yang harus dia selesaikan. Waktunya terbuang sia-sia hanya untuk memandangi palfon kamar yang berwarna putih. Pintu kamar Asya di ketuk, dia bangkit dengan badan yang lunglai dan tak berdaya. Dia sungguh malas untuk menerima tamu malam ini. Asya membuka pintu dengan terpaksa karena dia tahu siapa yang datang saat ini. “Surprise!” ujar Sila dengan membawa banyak tentengan kresek yang berisi makanan. Tanpa menunggu di suruh untuk masuk, Sila melangkahkan kakinya dan duduk di lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu berwana abu-abu. Asya hanya pasrah dan segera menutup pintu kamarnya. “Banyak banget makanannya? Tanggal gajian kamu masih lama kan?” tanya Asya yang bingung dengan sikap Sila saat ini. “Kita hari ini akan merayakan pesta atas kamu yang sudah pensiun jagain Jef.”

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Syarat untuk Aneska.

    Selamat membaca~ - Adrian duduk di bangku tukang siomay langganannya bersama Asya. Asya tidak mengira jika Adrian akan mengajaknya ke sini untuk makan siang bersama. Suasana canggung melanda mereka berdua. Asya bingung hendak memulai percakapan dari mana. “Kamu gak bilang kalau udah punya calon suami,” ujar Adrian membuka percakapan yang berhasil membuat Asya terkejut. “Hah? Kata siapa?” tanya tanya Asya. “Waktu itu, ada suara cowok yang angkat telepon kamu. Dia bilangnya kamu izin soalnya ada acara sama calon suami.” jelas Adrian. Asya diam. Dia berusaha untuk mengingat siapa saja yang sudah meminjam ponselnya akhir-akhir ini. Pikiran Asya tertuju pada hari setelah Angkasa sakit. Asya menghela napas, terlihat dia sangat frustasi saat ini karena ulah Angkasa yang sangat ceroboh. “Bukan, Mas. Dia bukan calon suamiku.” ujar Asya. “Lalu dia siapa? Kenapa bisa ada sama kamu di pagi hari?” tanya Adrian dengan menatap dalam Asya untuk mencari jawaban jujur yang ke

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Vania Cemburu

    Selamat membaca~ - Suasana kantor Sandhaya Sea Company pagi ini tampak tentram. Seluruh pegawai bekerja sesuai dengan pekerjaan setiap divisi. Bagian paling sibuk setelah melakukan launching produk adalah Departemen Produksi, karena mereka harus selalu siap siaga di gudang dan kantor untuk memantau pekerjaan agar hasil yang di cetak maksimal. “Jangan lupa untuk mengawasi setiap pekerja agar bahan yang sudah rusak tidak ikut di produksi.” tegas Galih kepada anggotanya yang saat ini ikut survey lokasi di gudang. “Siap.” Semuanya berpencar untuk menjalankan tugas yang sudah diberikan oleh Galih kepada setiap kepala anggota. Bagian produksi kantor dan produksi gudang berbeda. Produksi kantor berfokus kepada untuk perencanaan bahan, alat, model, dan yang berhubungan dengan memproduksi sebuah bahan. Sedangkan bagian produksi gudang, merekalah yang akan memproduksi sebuah barang sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan oleh Ketua Divisi Produksi. Sila berkeli

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Apa itu perasaan?

    Selamat membaca~ - Angkasa melihat kamar Jef yang sudah gelap. Ternyata dia sudah tidur. Mungkun karena kelelahan diperjalanan. Angkasa kini beralih untuk menemui teman-temannya yang sudah asik dengan dunianya sendiri, yaitu bermain PS 5 milik Jef. “Ada apa?” tanya Angkasa tanpa berbasa-basi. “Jengukin orang sakit lah. Eh yang sakit malah lagi bulan madu.” ujar Nathan yang mulutnya langsung dibekap oleh Rafasnya. “Mulutnya lancar banget kayak kereta api.” “Acha mana?” tanya Angkasa saat menyadari bahwa tidak ada tanda-tanda akan kehadiran Asya di rumah miliknya. “Pulang. Katanya mau ke kosan aja.” balas Juno. “Gak kalian anterin?” tanya Angkasa. “Nathan tuh, gak mau.” jawab Juno. Mata tajam Angkasa seolah sedang mencekik leher Nathan. Saat ini dia kesulitan untuk bernapas dan membuatnya untuk mencari perlindungan dari Rafasya yang duduknya dekat dengannya. “Tolongin adik sendiri Bang.” ujar Nathan pada Rafasya. “Gak mau lah. Takut.” tolak Rafasya. “Udah malam,

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Kembali.

    Selamat membaca~ - Pagi ini Angkasa membawa mereka sarapan sambil melihat rusa dan jerapah di sana. Asya benar-benar takjub dengan villa yang dibangun oleh Angkasa. Mengusung tema sederhana namun terlihat elegan dan nyaman, juga adanya taman bermain, ternak rusa dan jerapah, serta kebun strawberry yang sengaja dibuatnya untuk pengunjung bisa menikmati momen liburan dengan damai. Sebenarnya Angkasa bisa memanggil staffnya untuk membawa makanan ke villa, namun hal itu dibatalkannya lantaran dia ingin menyenangkan Asya dan Jef sebelum mereka pulang ke rumah nanti siang. Akhirnya setelah melakukan perdebatan dengan batinnya, Angkasa memutuskan untuk mengunjungi resto villa dengan pemandangan rusa dan jerapah. Area resto ini sangatlah luas apalagi dengan dinding kaca yang mengantarkan pemandangan gunung serta halaman luas yang digunakan sebagai penangkaran rusa dan jerapah. Setelah mereka melakukan sarapan, kini Jef mengajak Angkasa dan Asya untuk per

  • Rahasia di Balik Duda Arogan   Malam dan Kamu.

    Selamat membaca~ - Asya berjalan keluar hanya dengan menggunakan handuk kimono. Dia lupa jika tidak memiliki baju ganti untuk digunakannya malam ini. Dengan langkah kakinya yang ragu, Asya melangkah untuk mencari Angkasa. Dia hendak meminjam baju Angkasa untuk digunakannya malam ini. Namun Asya terkejut saat melihat ada 3 orang perempuan berbaju hotel sedang berdiri dan tersenyum kearahnya. “Selamat sore, Nyonya Angkasa. Di sini kami hendak melayani anda untuk bersiap dinner bersama Bapak Angkasa dan Jef yang akan berlangsung tiga jam lagi. Jadi mohon izinkan kami untuk membantu Nyonya.” ujar salah seorang pegawai dengan senyumnya yang tidak pernah tertinggal. Asya diam. Dia bingung harus memberikan respon yang bagaimana untuk kejutan yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan akan bisa menerima semua ini. “Mari ikut kami,” ajak salah seorang pegawai. “Jef sama Angkasa di mana?” tanya Asya bingung karena villa terasa sangat sepi. “Jef dan Bapak Angkasa

DMCA.com Protection Status