Home / Romansa / Rahasia di Balik Duda Arogan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Rahasia di Balik Duda Arogan: Chapter 11 - Chapter 20

44 Chapters

Jef Jatuh Sakit.

Selamat membaca~ - Jef duduk di bangku sekolahnya dalam keadaan diam. Dia enggan bercengkrama dengan orang sekitarnya, termasuk guru yang mengajarnya. Tari yang selalu menjaga Jef tidak bisa ikut masuk ke dalam kelas selama kelas berlangsung. Dia hanya bisa memantau Jef dari ruang tunggu. Jef tampak bosan dengan pelajaran yang sudah dikuasainya. Dia menunduk dan menyandarkan kepalanya pada meja dengan lemah. Jef tidak memiliki tenaga untuk memperhatikan setiap perkataan guru yang sedang mengajarnya hari ini. “Jefrey, can you answer the question?” tanya guru yang sedang menanyakan jawaban dari pertanyaan yang dibuatnya. Jef disekolahkan oleh Angkasa di sekolah Internasional. Angkasa ingin memberikan pendidikan terbaik versinya untuk sang anak agar masa depannya cerah. Jef diam dan tidak menjawab. Membuat guru yang bernama Yulia itu berjalan mendekat kearahnya. “Jefrey, are you okay?” tanya Yulia saat melihat wajah pucat Jef. Sontak
Read more

Sya, ikut aku pulang.

Selamat membaca~ - Asya berlari dengan tergesa masuk ke dalam rumah sakit setelah mendapat telepon dari Angkasa menggunakan nomor Jef. Angkasa memberikan kabar bahwa Jef masuk rumah sakit dan ingin bertemu dengan Asya. Angkasa akan menghargai kehadiran Asya apabila dia datang untuk bertemu dengan Jef. Sebenarnya Angkasa enggan untuk menelepon Asya dan menyuruhnya untuk datang. Namun karena desakan dari keadaan dan Danisa, Angkasa akhirnya menurunkan egonya untuk menelepon Asya lebih dulu. Asya berlari menuju ruang rawat inap untuk menemui Jef. Di luar ruangan Asya menemukan Angkasa yang duduk di depan ruangan menunggu kedatangan Asya. “Pak, di mana Jef?” tanya Asya dengan raut panik dan napas yang tersenggal. “Jef ada di dalam.” balas Angkasa dan bergegas untuk mengantarkan Asya untuk menemui Jef. Asya melangkah mendekat ke arah Jef yang masih tidur di atas brankar. Asya mengusap kepala anak kecil itu dengan lembut, seraya membisikkan “Jef, Ta
Read more

Semua ini salahmu, Angkasa.

Selamat membaca~ - Asya ikut duduk bersama dengan Angkasa di ruang makan. Ruang makan minimalis bertemakan warna cokelat dan putih itu membuat Asya kagum akan interior yang ada di rumah milik Angkasa. Saat Angkasa hendak mengambil piring yang berada di dekat Asya, sontak membuat Asya berdiri dan memegang piring untuk Angkasa. “Biar saya bantu ambilkan nasinya,” ujar Asya seraya mengambil nasi dan menaruhnya pada piring milik Angkasa. Setelahnya, Asya memberikan piring tersebut pada Angkasa. “Nasinya kebanyakan.” protes Angkasa yang membuat Asya menatapnya tajam. Angkasa tidak memperdulikannya dan mengembalikan nasinya setengah kedalam wadah nasi. Setelah itu Angkasa mulai mengambil lauk pauk yang dia tahu bahwa masakan malam ini adalah hasil karya dari Asya. Angkasa memulai makannya setelah piringnya terisi penuh dengan lauk pauk. Namun dia kembali menghentikan aktivitas makannya saat Asya hanya diam dan tidak ikut makan bersamanya. “Kenapa gak
Read more

Dua sisi berbeda.

Selamat membaca~ - Setelah melakukan perdebatan panjang, Wira dan Aneska memutuskan untuk pulang. Di balik pintu utama rumahnya, Angkasa menghela napas lega. Dia berjalan ke arah ruang makan untuk bisa menemui Asya yang masih duduk di sana dalam diam. “Lupakan semua perdebatan yang sudah anda dengar malam ini.” ujar Angkasa pada Asya. “Pak Angkasa mau lanjut makan lagi? Saya panaskan dulu ya ikannya,” balas Asya yang berusaha untuk mengalihkan pembicaraan agar suasana tidak terlihat canggung. Angkasa diam. Dia bingung melihat sikap Asya yang random, namun Angkasa berhasil dibuat tersentuh saat mengetahui bahwa Asya tidak ingin ikut campur ke dalam masalah keluarganya. “Tidak perlu. Saya sudah tidak napsu makan,” balas Angkasa. Asya menatap Angkasa seolah dia sedang marah. “Kalau kamu juga gak bisa jaga pola makan yang baik, sama aja kayak Jef dong. Siapa yang akan jaga Jef kalau kamu jatuh sakit?” ujar Asya. Angkasa kembali diam.
Read more

Gamya Sang Mega Bintang.

Selamat membaca~- Seperti yang diinginkan oleh Asya, dia dibiarkan Angkasa untuk berangkat kerja sendiri. Namun dengan syarat, dia akan kembali selepas kerja nanti untuk menjaga Jef. Perjanjian Asya dan Angkasa masih berjalan dan belum berakhir hingga satu minggu ke depan. Mau bagaimanapun Asya harus menepatinya demi Jef. “Hai, Cha. Kamu gak ada jadwal mengajar pagi ini?” tanya Vania memasuki ruang kecil yang mereka jadikan sebagai kantor untuk tempat berkumpulnya pengajar di rumah bangsa. Asya tersenyum seraya menggeleng, “Gak ada, Mbak. Aku mengajar setelah kelasnya Mas David selesai.” jawab Asya. “Ya sudah aku ngajar dulu ya.” ujar Vania lalu berjalan pergi setelah menaruh barangnya di meja kerja miliknya. Tidak banyak meja dan kursi yang terdapat dalam kantor guru, karena guru lain yang mengajar tidak pernah singgah lama. Setelah mereka mengajar pelajaran umum, mereka akan langsung pulang dan menuju sekolah utamanya. Pintu terbuka saat fok
Read more

Jef, anak Mama.

Selamat membaca~- | Serius Sil? Gamya datang tadi siang ke kantor? | Iya Cha, masa aku bohongin kamu sih. | Wah, iri banget kamu bisa ketemu sama dia. | Dia ganteng gak? Kayak selama ini aku banggain ke kamu? | Yup. Sama persis. Pantas aja kamu bucin ke dia. Ganteng banget Cha, baik lagi. | Yah, makin iri deh. | Hahahaa, semoga deh lain waktu kita bisa ketemu dia. | Ohiya Cha, aku lihat kamar kost mu sepi banget. Belum pulang ngajar? | Ha? Oh aku lagi nginep di rumah salah satu guru Rumah Bangsa. Ada yang mau dibicarain soal anak-anak. | Cepat banget akrabnya sampai langsung nginep. | Iya Sil. Karena penting. Penting banget. | Oh gitu? Padahal aku mau banyak cerita tentang Gamya hari ini. | Lewat telepon aja ya. | Memangnya gak ganggu teman kamu? Terdengar suara pintu terketuk dua kali saat Asya hendak menjawab pertanyaan dari Sila. Asya pun segera mematikan teleponnya setelah mengucapkan kalimat penutup. Asya menaruh ponselnya sembarangan diatas ranjang dan
Read more

Permintaan Asya.

Selamat membaca~ - Angkasa tampak membolak-balikkan berkas perusahaan yang selalu dibawanya pulang. Kerja adalah bagian dari hidupnya dan sudah tidak bisa di pisahkan sejak dia dinobatkan sebagai Direktur Utama Sandhaya Sea Company. Sebenarnya Angkasa merasa lelah, dia ingin istirahat. Namun jika Angkasa istirahat sebelum waktu yang sudah dibuatnya, sama saja dia sudah membuang uang begitu saja. Angkasa tidak ingin melakukannya, karena jam istirahat yang dibuatnya adalah pukul satu pagi sedangkan saat ini masih pukul sepuluh malam. Tangan Angkasa bergerak mencari cangkir yang selalu terisi dengan kopi agar rasa kantuk tidak pernah menyerangnya. Namun alih-alih matanya fokus pada kertas yang bertumpukkan, Angkasa berpaling untuk melihat isi cangkirnya yang kosong. Dia menghela napas seraya menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi. “Bi Tari udah pulang, sedangkan aku gak bisa buat kopi.” ujar Angkasa menyesali situasinya saat ini. Dengan berat h
Read more

Mengantar Jef dan Asya.

Selamat membaca~ - Asya berkutat di dapur dengan wadah bekal yang ada dihadapannya. Sesuai perintah Angkasa yang selalu mengedepankan gizi dari makanan, dia khusus memasak capcay goreng, daging, dan juga memberikan irisan buah untuk penutup makanan. Tak lupa Asya juga membawakan susu untuk Jef. Asya sibuk dengan masakannya sejak pukul 5:00 AM, dia ingin menepati janjinya pada Jef untuk membawakannya bekal. Setelah selesai menata diri, Asya mulai memasukkan masakannya pada kedua wadah bekal yang ada dihadapannya. “Jef sudah siap? Ayo kita berangkat sekarang.” ujar Angkasa dengan suaranya yang menggema sehingga dapat di dengar oleh Asya yang masih sibuk di dapur. “Sebentar.” teriak Asya dari arah dapur. “Mama kenapa?” tanya Jef yang baru saja keluar dari kamarnya dengan membawa ransel yang ada dipunggungnya. Angkasa menggeleng, “Gak tahu.” balas Angkasa. Angkasa pun berjongkok dan menata kerah jas yang digunakan Jef. Ya, seragam sek
Read more

Perihal Bekal Kantor.

Selamat membaca~ - Juno masuk kedalam ruang kerja Angkasa setelah memasuki jam istirahat. Ia berniat untuk mengajak Angkasa makan siang karena ia tahu jika Angkasa jarang sekali untuk makan jika sudah terlanjur fokus dengan pekerjaannya. “Sa, kantin yuk. Makan dulu,” ajak Juno sembari berjalan mendekat kearah meja Angkasa. Angkasa mengangguk, kemudian ia bangkit karena sedang merasa lapar. Namun sesaat sebelum ia melangkah, matanya menangkap kotak bekal yang ditaruhnya diatas meja ruangannya. Ia pun menatap Juno, “Gak deh. Kalian aja.” Jawab Angkasa menolak. “Kerja bisa nanti lagi Sa, makan cuma sebentar.” Ujar Juno yang tidak mengerti maksud dari Angkasa. “Tadi aku bawa bekal dari rumah,” balas Angkasa lirih. Juno mengernyit, “Tumben?” tanyanya penasaran karena Angkasa sama sekali tidak suka jika membawa bekal dari rumah. Maka dari itu kantin perusahaan menetapkan standart masakan sesuai dengan keinginan Angkasa. Juno mendelik seraya mengang
Read more

Jam Malam Angkasa.

Selamat membaca~ - Asya sibuk memasak untuk malam hari ini. Tadi Asya mengirimkan pesan ke Tari untuk tidak rumah Angkasa setelah menemani Jef di sekolah. Namun Tari sempat menolak karena ia belum memasak untuk makan malam Jef. Karena Asya memiliki kemampuan memasak yang tidak bisa disepelekan, akhirnya ia mengalah untuk mengambil pekerjaan Tari agar Tari bisa merawat anaknya yang sakit. “Bi, minta tolong bikini kopi ya.” Ujar Angkasa yang berjalan dengan fokusnya mengarah pada layar tablet yang digenggamnya. “Kopinya habis pak,” balas Asya asal sambil sibuk menumis bumbu. Angkasa menghentikan langkahnya, ia tampak tak asing dengan suaranya. Ini bukan suara Tari, dan Tari tidak mungkin menjawabnya dengan perkataan seperti tadi. Angkasa mengalihkan pandangannya pada wanita dengan rambut yang dikuncir dengang rapi dan membelakangi dirinya. “Bi Tari mana? Kenapa jadi kamu yang masak?” tanya Angkasa dengan berjalan mendekat kearah pantry. “Tadi aku suruh Bi Tari di rumah
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status