Semua Bab Gairah Cinta sang Pewaris: Bab 161 - Bab 170

384 Bab

Bab 159 Sejak Kapan Kamu Tahu?

“Jadi, kamu bermaksud untuk berkata bahwa setelah kecelakaan yang menimpa ibumu, dia … ternyata masih hidup dan berujung melahirkanku?” tanya Evelyn dengan ragu, sulit percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Setelah dirinya meraung penuh amarah dan berniat untuk meninggalkan ruangan, Evelyn akhirnya berhasil membuat Dominic dan Adam memutuskan untuk melakukan gencatan senjata selama beberapa waktu. Kedua pria itu bersepakat untuk mengesampingkan emosi dan berbicara layaknya manusia normal, semua untuk menenangkan amarah wanita tersebut. Itulah kenapa sekarang Adam, Evelyn, dan Dominic terduduk di sofa, membicarakan tentang apa yang mereka ketahui tentang wanita tersebut. Evelyn telah mendengar cerita tentang hubungan ibu dan ayah mereka. Bagaimana Rosa Smith dijual oleh keluarganya untuk membayar utang kepada Lucas Grey, kepala Keluarga Grey yang telah memiliki sejumlah istri pada masa itu. Hal tersebut menyebabkan wanita itu hidup penuh siksaan dan berujung meledak kala meliha
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-31
Baca selengkapnya

Bab 160 Aku Tidak Berguna

“Lagi pula, alasan diriku berakhir mengetahui tentangmu … adalah karena salah satu orang suruhannya tengah menyelidiki rumah bordil tempat Reyhan membelimu,” jelas Dominic, tidak hanya membuat Evelyn terkejut, tapi juga Adam. Adam mengepalkan tangannya, memaki bawahannya dalam hati karena begitu lalai dalam penyelidikan. ‘Pria ini …,’ geramnya, tidak suka dengan sikap Dominic yang seakan berusaha membentuk jurang antara dirinya dan Evelyn. Mengabaikan pandangan Adam pada dirinya, Dominic menaikkan alis kanannya kala melihat sang adik menatapnya dengan wajah kaget. “Evelyn, ada begitu banyak hal yang pria ini sembunyikan darimu,” tuturnya dengan suara dalam. “Tidak hanya itu, dia juga tidak mampu menjagamu,” imbuh Dominic. “Mengetahui semua hal ini, kamu sungguh ingin menikahinya?” Pertanyaan Dominic membuat tubuh Adam bergetar. Dia berdiri dan menatap pria tersebut dengan tatapan mengancam. “Hubunganku dengan Evelyn bukanlah urusanmu,” geramnya. “Evelyn adalah adikku,” balas Domini
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-31
Baca selengkapnya

Bab 161 Kita Sama Seperti Dua Orang Asing

Di tempatnya, Dominic bisa melihat bahwa Adam tidak mampu mengelak. Lagi pula, apa yang dia ucapkan adalah kebenaran. Akhirnya, Dominic pun kembali angkat suara, “Oleh karena itu, aku—" “Cukup.” Sebuah suara berkumandang, membuat Dominic mengalihkan pandangan dengan terkejut. Terlihat Evelyn tengah berdiri dari kursinya untuk kemudian menghadap sosok Dominic. “Hari ini, aku sudah sangat merepotkan dirimu,” ujarnya sembari tersenyum. Kemudian, senyuman itu menghilang, digantikan dengan wajah datar tak berekspresi. “Namun, aku rasa cukup sampai di sini.” Wanita itu mengalihkan pandangan kepada Adam, lalu menggenggam tangan pria itu. “Kita pulang.” Kening Dominic berkerut, tidak menyangka Evelyn akan bereaksi sedemikian rupa. “Apa kamu tidak mendengar semua yang baru saja aku katakan?” tanyanya, dengan cepat berdiri dari kursinya kala melihat adiknya itu menarik Adam melangkah pergi menghampiri pintu keluar. “Pria itu berbahaya untukmu!” Teriakan Dominic menghentikan langkah Evelyn.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-01
Baca selengkapnya

Bab 162 Rosa, Henry, Helen, dan Diandra

“Aku bertemu dengannya sebagai Evelyn Erlangga, dan aku akan menikah dengannya untuk menjadi Evelyn Dean.” Kalimat yang terlontar dari bibir Evelyn beberapa saat lalu membuat Adam termenung di kursi mobilnya. Netra birunya terpaku pada sosok wanita yang sekarang tengah duduk di seiu9belahnya. Evelyn, yang sedang menatap keluar jendela mobil, mampu melihat cara Adam memandangnya dari pantulan pada kaca. Wanita itu menatap pantulan sosok pria yang jelas memiliki segudang pertanyaan untuknya. Tidak lagi tahan dengan kesunyian di antara mereka berdua, Evelyn pun menekan tombol untuk menaikkan partisi kabin penumpang dengan bagian depan mobil. Hanya setelah dinding partisi telah naik, barulah wanita itu bersuara—tidak sedikit pun memandang Adam. “Aku masih marah padamu,” tegas Evelyn dengan dua tangan mencengkeram bantalan kursi. “Aku tidak peduli dengan rahasiamu yang lain, tapi perihal diriku? Aku rasa aku memiliki hak untuk tahu, bukan begitu?” Adam memandang Evelyn dengan sedih, me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-01
Baca selengkapnya

Bab 163 Peringatan Tom

“Demikian, sebagai saudara sepupumu, hanya aku yang bisa menggantikanmu menyembuhkan luka pada hatinya, bukan?” tanya Helen dengan wajah mengejek. Sedetik kemudian, mata Helen memancarkan amarah. “Namun, kebahagiaanku harus terganggu karena wanita yang mirip denganmu itu!” Dia membayangkan bagaimana Adam memojokkan dirinya untuk membela Evelyn. ‘Salahmu berani mengancamku, Adam! Sekarang, wanitamu yang harus merasakannya!’ Tepat ketika memikirkan hal tersebut, fokus Helen teralihkan pada dering ponsel dari dalam tasnya. Ekspresi wanita itu berubah lebih santai, tapi kentara bahwa dirinya tidak suka ada yang mengganggu waktunya menghibur diri. Helen berdiri dan mengeluarkan ponselnya, menatap nomor yang tidak terlihat asing pada layar. “Ada apa, Kak?” sahut wanita tersebut ketika mengangkat telepon, penasaran kenapa Tom—saudara prianya—memanggil. “Kamu di mana?” tanya Tom. Alis kanan Helen terangkat. Dia pun melirik ke arah makam Rosa untuk yang terakhir kalinya sebelum melangkah me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-02
Baca selengkapnya

Bab 164 Semoga Kamu Menyesal

“Kamu ….” Helen merasa tenggorokannya tercekat, tidak mampu melanjutkan kalimatnya. Dia hanya bisa menatap wanita di hadapan dalam diam, seorang wanita dengan sweter merah anggur berkerah tinggi yang dilapisi jaket panjang berwarna hitam. Setengah wajah wanita itu tidak terlihat lantaran dirinya mengenakan sebuah masker hitam. Setelah sekian lama menatap wajah Helen, mata wanita tersebut melirik ponsel Helen yang terjatuh. Dengan santai, wanita itu membungkuk dan meraih benda pipih tersebut, menatap sebentar layarnya—mungkin untuk memastikan tidak ada yang rusak—lalu memberikannya kembali pada Helen. “Berhati-hatilah kalau berjalan.” Suara wanita itu terdengar sangat merdu, tapi mendominasi. “Jaga pandanganmu, terlebih karena bertelepon hanya perlu menggunakan mulut,” ujarnya sembari menekan ponsel tersebut ke telapak tangan Helen. Tanpa menunggu balasan Helen, wanita itu pun memutar tubuhnya dan melangkah pergi. Helen hanya termenung di tempatnya, menatap kepergian wanita itu. Eks
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-02
Baca selengkapnya

Bab 165 Balasan atas Apa yang Terjadi

“Ahhh!!!” Suara hantaman kencang besi dengan besi dan kaca pecah terdengar memekakkan telinga. Namun, Helen, yang kala itu menutup mata dengan tangan menyilang guna melindungi diri, tidak merasakan apa pun. Hal tersebut membuat wanita itu membuka mata. Detik dirinya terfokus pada pemandangan di depan mata, Helen membeku. Dia melihat sebuah mobil lain telah menabrak truk tersebut, menghentikan kecelakaan yang seharusnya menimpa dirinya. Mata Helen mendarat pada sosok sopir truk yang tidak sadarkan diri di kursinya, darah mengalir turun menghiasi wajahnya. Helen tidak bisa melihat kondisi pengemudi mobil sedan hitam yang menabrak truk tersebut, tapi dari kondisi sopir truk, kentara bahwa tabrakan itu sangat kencang. Mengesampingkan kondisi pengemudi truk dan sedan tersebut, Helen hanya mementingkan satu hal. “Aku selamat ….” “H-halo? S-saya ingin melaporkan kecelakaan di jalan—” Mendengar panggilan yang dilakukan sopirnya, Helen mendelik dan langsung berteriak, “Apa yang kamu lakuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-03
Baca selengkapnya

Bab 166 Pusing

“Apa?!” Suara Evelyn memekik tinggi. “Lalu?! Apa dia baik-baik saja?!” Pertanyaan Evelyn membuat Adam mengerutkan dahi. “Dominic? Tentu saja.” Bola mata Evelyn berputar. “Ibu tirimu, Bodoh!” maki wanita itu, refleks karena merasa emosinya telah mencapai puncak. Sadar bahwa dirinya baru saja memaki Adam, wanita itu langsung menutup mulutnya. “Oh!” Adam mengerjapkan mata, sedikit terkejut. Namun, dia pun tak elah tertawa rendah. “Kamu baru saja memakiku?” tanyanya dengan nada menggoda. Dengan wajah memerah, Evelyn membela diri. “Salahmu tidak mengerti maksudku.” Dia pun menegaskan, “Kamu belum menjawab pertanyaanku.” Ekspresi Adam kembali tenang, tapi sebuah senyuman menghiasi bibirnya. “Sudah kubilang, wanita itu hampir kecelakaan. Dia baik-baik saja,” jawabnya. Adam mengusap kepala Evelyn, sebuah kebiasaan yang tidak dia sadari telah terbentuk. “Tidak perlu khawatir, tindakan bodoh kakakmu tidak berhasil.” Mendengar hal tersebut, Evelyn menghela napas. Walau dirinya baru saja men
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-03
Baca selengkapnya

Bab 167 Anggur Satu Botol

“Ada orang lain yang mengawasi Helen,” ujar Dominic dengan kening berkerut. Dia terduduk di kursi kebesarannya sembari berulang kali menonton rekaman kecelakaan di layar komputernya—sesuatu yang dia dapatkan dari informannya. “Mobil ini jelas menabrakkan diri untuk menghentikan truk tersebut.” Selena yang tengah berdiri di hadapan Dominic menganggukkan kepalanya. “Aku sudah menyelidiki latar belakang pengemudi mobil tersebut, tapi dia hanyalah seorang pekerja kantoran biasa tanpa hubungan dengan pihak tertentu,” jelas wanita tersebut sembari mengetik dan menggesekkan jarinya pada layar tablet di tangannya. “Walau aku berasumsi serupa, tapi aku khawatir kita tidak memiliki bukti sama sekali.” “Interogasi dia begitu keluar rumah sakit, apa sulitnya?” balas Dominic sembari mendengus. Kepala Selena menggeleng. “Lalu, mengambil risiko melibatkan diri kita dengan kecelakaan tersebut?” tanyanya sembari mendengus. “Walau memang sopir tersebut telah berjanji membungkam mulutnya, tapi kamu ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-04
Baca selengkapnya

Bab 168 Janji Harus Ditepati

“Setelah menjelek-jelekkanku di depan Evelyn, apa dia kira dia bisa tidur enak begitu saja di hotelku?” ujar Dominic dengan wajah tak senang, terlebih ketika mengingat bagaimana gadis di hadapan itu seakan selalu menantang ucapannya. Pria itu menepiskan tangan Selena dan kembali berusaha membangunkan Rena, kali ini dengan mengguncang tubuh gadis tersebut. Melihat Dominic melakukan hal tersebut, Selena menghela napas. Paling tidak, pria itu tidak berusaha menampar-nampar wajah gadis malang itu lagi. Kemudian, Selena pun berkata, “Kamu tidak takut adikmu akan semakin marah kalau sesuatu terjadi pada asistennya?” Mendengar ucapan Selena, Dominic pun mematung. Dia membayangkan wajah marah Evelyn, lalu mengalihkan pandangan pada Rena. Alis gadis itu tertaut erat, tanda akan terbangun. Namun, satu detik kemudian, ekspresinya kembali tenang … kentara tidur nyenyak. Pria tersebut mengerutkan kening dan berujar, “Justru itu, bukankah aku seharusnya memulangkannya?” Dia memperhatikan secara
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
39
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status