Home / Romansa / Mantan Simpanan Ayah Mertua / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Mantan Simpanan Ayah Mertua: Chapter 71 - Chapter 80

98 Chapters

Bab 71. Pernikahan Toxic

Keluarga Ferdinata baru saja menerima kabar dari pihak kepolisian bahwa Lody sudah tertangkap. Untuk itu, Grady dan Gracy sedang fokus untuk mengurusi masalah tersebut. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Arman untuk menemui Evita dan membahas perihal rencana perceraian yang telah mereka bicarakan sebelumnya.Arman datang ke kamar Evita lalu mengetuk pintu.Evita yang sehari-harinya memang hanya berdiam diri di dalam kamar pun segera membukakan pintu, saat dia mendengar suara Arman di depan kamar."Saya ada kabar baik untuk kamu," kata Arman begitu mereka berhadapan.Evita diam, tak mengatakan apa-apa. Wanita itu menunggu Arman melanjutkan ucapannya."Saya sudah bicara dengan pengacara yang akan menangani kasus kamu. Dia ingin bertemu langsung denganmu, apa kamu siap?" tanya Arman."Aku nggak bisa pergi ke mana-mana, Pa," jawab Evita.Dia tahu hari ini Grady tidak pergi ke kantor karena harus menemani Gracy ke kantor polisi. Berapa lama lelaki itu pergi pun tidak dapat dia prediksi. Sewa
Read more

Bab 72. Surat Gugatan

Suasana tegang meliputi ruang persidangan. Dengan dikawal oleh petugas dari kepolisian, Lody memasuki ruang sidang. Tatapan lelaki itu langsung mengarah pada kursi yang ditempati Gracy. Lody menatap tajam pada wanita yang telah melahirkan seorang putri cantik—darah dagingnya—yang kini berusia lima tahun.“Jaga emosimu, Grace,” bisik Grady yang duduk di bangku pengunjung, persis di belakang sang kakak.Melihat Lody yang seolah tidak merasa bersalah sama sekali, Gracy menjadi geram. Ibu satu anak itu hampir saja bangkit dari duduknya dan menghampiri sang suami yang baru saja duduk di kursi pesakitan.“Jangan gegabah, Bu Gracy. Jika Ibu tidak bisa mengendalikan diri, percayalah hal ini hanya akan mempersulit kita dalam persidangan,” timpal Kuasa Hukum Gracy.Gracy menunduk sambil memejamkan mata. Kedua tangannya yang ada di atas paha tampak mengepal kuat, bukti bahwa dia sedang berusaha menekan emosi di dalam dada agar tetap dapat bersikap kooperatif selama persidangan berlangsung.“Kita
Read more

Bab 73. Mengunjungi Teman Lama

Sudah lama sejak dirinya menikah, Evita tidak pernah bertemu lagi dengan dua temannya—Ranti dan Dewi. Untuk itu, wanita tersebut menyempatkan diri berkunjung ke tempat kos kedua temannya. Hanya mengandalkan ingatan tentang jam pulang kerja kedua wanita itu, Evita datang ke sana. Tidak dapat memberi kabar terlebih dahulu, sehingga Evita memutuskan untuk menunggu hingga kedua temannya pulang.Menunggu di depan kamar kos, Evita duduk di pembatas teras. Meski sudah berhasil keluar dari rumah keluarga Ferdinata, namun pikiran Evita masih tertaut di sana.“Dia pasti sangat marah waktu tahu aku nggak ada di rumah. Gimana sama Papa? Pasti Papa kena amuk Grady,” gumam Evita dengan raut cemas.Dia bisa membayangkan bagaimana Grady mengamuk, membanting barang-barang, bahkan yang lebih buruk lagi bisa saja suaminya itu melakukan sesuatu yang kurang ajar pada Arman. Sungguh, Evita merasa begitu cemas terhadap keselamatan ayah mertuanya.“Evita!” seru sebuah suara bersamaan dengan deru mesin sepeda
Read more

Bab 74. Temperamen

Grady paham betul dengan kondisi dirinya. Dalam keadaan hangover semacam itu, dia tidak akan bisa mengemudi sendiri tanpa risiko yang membahayakan diri. Oleh sebab itu, dia meminta sopir keluarga untuk mengantarnya ke kantor. Dengan begini, setidaknya dia tidak akan mati konyol akibat efek alkohol.Rasanya sudah cukup lama Grady tidak pergi ke Neo Creative, dan hari ini dia berencana untuk datang ke sana. Jika tidak ada hal yang mendesak, Grady akan lebih memilih untuk meringkuk di bawah selimut sampai pengar yang dia rasakan reda dengan sendirinya. Pergi bekerja dengan kondisi semacam ini memang terkesan terlalu memaksakan diri. Namun, Grady tidak punya pilihan lain, karena sudah terlalu banyak yang dia korbankan hanya demi menuruti ego sendiri.“Kenapa nggak jalan, Pak?” tanya Grady sambil memijit pelipis.“Macet, Den,” jawab si sopir.Grady berdecak kesal. Kepalanya yang terasa seperti habis dihantam balok itu kini begitu sakit. Ditambah lagi dengan mobil yang sama sekali tidak ber
Read more

Bab 75. Status Ungu

Terlepas dari Grady, tidak lantas membuat Evita bersorak sorai. Wanita itu masih harus melewati proses persidangan untuk mendapatkan status baru sebagai seorang janda.Ya, janda.Status yang seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Entah apa yang salah dengan status janda, namun image buruk mengenai wanita-wanita berstatus janda ini sudah sangat mendarah daging. Banyak masyarakat yang buta dengan menganggap semua wanita penyandang status ungu tersebut adalah wanita yang tidak baik. Namun, Evita tidak peduli. Dia hanya ingin segera mendapatkan kebebasannya dan menjalani hidup baru jauh dari Grady.Kini, wanita itu sedang mematut diri di depan cermin. Selama proses perceraiannya berlangsung, Evita tidak pernah sekalipun menampakkan diri di Pengadilan. Alasan “demi keselamatan” selalu digaungkan. Seakan-akan Grady adalah ancaman besar yang dapat membahayakan nyawa. Tidak berlebihan, karena memang Grady mampu melakukan sesuatu yang memicu trauma mendalam bagi Evita.Sebuah pangg
Read more

Bab 76. Bersaksi

Kelopak mata Evita memejam rapat. Wanita itu menundukkan kepala lalu menarik napas dalam-dalam. Lalu, perlahan-lahan dia buka mata seraya mengangkat wajah. Dia pandangi pantulan diri di dalam cermin, dan entah sejak kapan air mata itu sudah membasahi pipi.“Jangan lemah, Evita. Ingat apa yang pernah dilakukannya padamu,” bisik Evita pada bayangan diri.Sebenarnya, Evita tidak ingin mendengar apa pun lagi tentang Grady. Dia tidak mau tahu apa-apa lagi tentang semua hal yang berhubungan dengan lelaki tersebut, selain putusan bahwa mereka sudah resmi bercerai. Namun, cerita yang disampaikan Gracy terasa begitu mendistraksi.“Dia hampir gila, Ev. Setiap malam Bagas mengantarnya pulang dalam keadaan mabuk berat. Aku sampai bingung gimana mau nasihatin dia,” kata Gracy waktu itu.Evita menyentuh dada di mana sudut hatinya terasa begitu nyeri.“Itu bukan urusanku. Lagipula, dia marah bukan karena apa-apa. Dia marah karena aku kabur dari rumah dan dia tidak bisa lagi menyiksaku,” sanggah Evit
Read more

Bab 77. Putusan Sidang

Menjelang sidang putusan, Grady semakin tidak bisa mengendalikan emosinya. Masalah ini membuat lelaki itu seperti kehilangan arah. Pekerjaannya menjadi kacau, bahkan Bagas sekalipun kesulitan mengatasinya.“Perusahaan membutuhkan Pak Grady,” ujar Bagas saat berkunjung ke kediaman keluarga Ferdinata.Sudah berhari-hari Grady tidak datang ke perusahaan dan beberapa pekerjaan pun menjadi terbengkalai. Lebih parahnya lagi, perusahaan harus menanggung kerugian yang cukup besar karena pembatalan kesepakatan oleh beberapa klien yang bekerja sama dengan mereka. Masalah ini akan semakin besar dan melebar ke mana-mana, jika Grady tidak segera kembali beraktivitas di perusahaan.“Gimana, ya, Gas? Grady sama sekali nggak mau keluar dari kamar. Cuma aku suruh makan aja dia bisa ngamuk-ngamuk,” ujar Gracy.“Tapi, masalah ini sangat mendesak. Saya khawatir perusahaan akan pailit jika sampai Pak Grady tidak segera mengambil tindakan,” kata Bagas.Gracy membasahi bibir sambil mengarahkan pandangan ke
Read more

Bab 78. Menuju Surabaya

Setelah mengantongi akta cerai, Evita tidak menunggu lama lagi. Wanita itu sudah merencanakan ini sejak jauh hari. Dia pun segera membeli tiket kereta menuju Surabaya. Namun, sebelum berangkat, Evita menyempatkan diri untuk berpamitan pada orang-orang yang telah banyak membantunya.Evita pergi ke tempat kos Ranti dan Dewi. Suasana haru dan sedih seketika meliputi. Tangis dan doa, adalah dua hal yang tak pernah tertinggal dalam momen seperti ini.“Jangan lupain kita, ya, Ev. Baik-baik kamu di sana,” pesan Dewi sambil menyeka air mata.“Mana mungkin aku melupakan kalian yang sudah kayak saudara ini,” balas Evita.“Semoga nanti di sana kamu ketemu jodoh yang baik. Laki-laki yang bisa bikin kamu bahagia,” timpal Ranti.Evita tersenyum kecut.“Aku nggak mau mikirin soal itu dulu, Ran,” tuturnya.Masih tersisa trauma di dalam benak Evita untuk menjalin hubungan dengan lelaki lain. Untuk saat ini, Evita hanya ingin hidup damai sambil memulihkan hati. Kegagalan pernikahannya dengan Grady tela
Read more

Bab 79. Selamat Datang, Surabaya!

Perjalanan yang tidak sebentar untuk sampai di Surabaya itu sebagian besar Evita habsikan dengan melamun. Evita sudah berusaha untuk mengenyahkan Grady dari pikiran, namun ternyata ucapan Arman membuatnya semakin kepikiran. Dia ingin abai dan tidak peduli, tetapi hati tetap tidak dapat dibohongi. Evita masih memiliki empati terhadap si lelaki.Sudah lama sekali sejak terakhir kali Evita menginjakkan kaki di Surabaya. Jika tidak salah mengingat, terakhir Evita ke sana saat sang ibu masih hidup. Waktu itu, Evita masih duduk di bangku kelas 5 SD. Dan dalam kurun waktu selama itu, Surabaya telah bertransformasi banyak sekali. Membuat Evita hampir tidak mengenali kota ini.“Semoga saja mereka bisa menerimaku,” gumam Evita saat sedang berada di dalam taksi menuju kampung tempat dirinya dilahirkan.Komunikasi di antara Evita dan kerabatnya di Surabaya memang seolah sudah terputus, beberapa tahun sejak ibunya meninggal. Sang ayah yang sibuk bekerja dan dia yang seolah dipaksa dewasa sebelum w
Read more

Bab 80. Si Dora

Suasana di rumah Yuliati memang tidak pernah sepi. UMKM yang dikelola Yuliati memang terbilang ramai. Di sana, Evita membantu pekerjaan apa saja yang dia bisa. Salah satunya adalah mengepak makanan ringan yang diproduksi sendiri oleh Yuliati.“Taruh di sana saja, Ev. Tolong sekalian dirapikan, ya,” kata Yuliati sambil menunjuk sudut ruangan, di mana kemasan makanan ringan yang telah di-packing tertata dengan rapi.Saat Evita sedang menata tumpukan snack, sebuah sepeda motor tampak memasuki halaman. Cahaya lampu dari sepeda motor itu menyambar netra Evita, hingga membuat wanita itu seketika memalingkan muka. Laju sepeda motor tersebut tidak berhenti di teras, tetapi langsung masuk ke bagian dalam rumah, dan berhenti di bagian belakang ruangan luas tersebut.“Yonik!” tegur Yuliati dengan suara gemas. “Sembrono! Kalau sampai dagangan Ibu hancur, tak bikin kripik kupingmu nanti!”“Yonik?” cicit Evita.Wanita itu menyelesaikan pekerjaannya menata dagangan sambil memperhatikan lelaki dengan
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status