Semua Bab Mantan Simpanan Ayah Mertua: Bab 81 - Bab 90

98 Bab

Bab 81. Pecel Lele

Siapa yang tidak tahu Gang Dolly? Nama itu bahkan sudah terkenal seantero negeri. Lalu, ketika Yonik menyebut nama tempat tersebut, Evita langsung membeku. Berbagai pikiran buruk pun langsung menyergap kepala, hingga wanita itu kehilangan kata-kata.‘Apa Yonik tahu tentang masa laluku?’ batin wanita itu.Sungguh, Evita begitu cemas akan hal ini. Dia sampai tidak bisa membalas ucapan Yonik. Khawatir jika lelaki itu tahu tentang pekerjaannya dahulu.“Bwahahaha!” Tetiba saja Yonik tertawa terbahak-bahak.Evita bingung, tetapi masih tidak berani untuk melakukan sesuatu.“Tegang banget mukanya,” seloroh Yonik seraya menghidupkan mesin mobil lalu melajukan kendaraan roda empat itu dengan perlahan.Tidak salah ucapan Yonik. Evita memang merasa begitu tegang. Apa jadinya jika keluarga sampai tahu tentang pekerjaannya di Jakarta? Yuliati bisa mengusirnya ke jalanan dan dia akan berakhir mengenaskan. Kendati demikian, Evita tetap berusaha bersikap biasa saja.“Kamu biasa ke sana, ya?” tanya Evi
Baca selengkapnya

Bab 82. Move on

Genap sebulan Evita tinggal di Surabaya, wanita itu akhirnya mendapatkan pekerjaan. Dengan bantuan Yonik, dia berhasil bekerja di salah satu stasiun televisi daerah sebagai make up artist. Dia memang sangat baru dalam bidang tersebut. Namun, Evita sudah banyak belajar tentang trik-trik make up dari buku-buku yang dia baca selama tinggal di apartemen Arman. Ternyata, apa yang dia baca sangat berguna dalam pekerjaannya. Dan sekarang, sudah hampir dua tahun wanita itu bekerja di sana. Bisa dikatakan bahwa Evita berhasil melanjutkan hidupnya dengan baik, meski tak memungkiri bahwa bayang masa lalu terkadang masih datang menghampiri.“Sudah mau berangkat, Ev?” tanya Yuliati ketika Evita baru saja keluar dari kamar dengan dandanan rapi.“Iya, Bulik,” jawab Evita seraya berjalan mendekat pada Yuliati untuk sekalian berpamitan.Yuliati menengok ke halaman rumah. Lalu dia kembali melihat pada Evita sambil bertanya, “Ojek langganan kamu belum datang kayaknya.”“Oh, memang nggak datang kok. Tadi
Baca selengkapnya

Bab 83. Jadikan Masa Lalu sebagai Teman

“Evita!” panggil sebuah suara yang familiar dari kejauhan.Wanita itu menengok ke arah sumber suara dan melihat Yonik setengah berlari menghampirinya.“Yonik? Kamu masih di sini?” tanya Evita dengan alis berkerut samar.“Titah Baginda Ratu,” jawab lelaki itu merujuk pada ibunya, saat sudah tiba di samping Evita.“Nggak apa-apa, lho, padahal kalau kamu mau pulang. Dari sini mah enak mau cari taksi juga gampang,” kata Evita.“Nggak masalah, kok. Lagian tadi aku nggak sengaja ketemu teman di angkringan depan situ. Keasyikan ngobrol sampai lupa waktu. Untung pas kamu keluar, aku lihat,” ujar Yonik.“Ya udah, kita pulang sekarang kalau gitu,” ajak Evita karena sudah larut malam.“Tunggu di sini. Aku ambil motor dulu,” pinta Yonik.Tak menunggu balasan Evita, lelaki itu lantas memutar badan dan berlalu menuju tempat dirinya memarkir kendaraan. Sebentar kemudian, dia sudah kembali dengan kendaraan roda duanya. Sebelah tangan lelaki itu menenteng helm yang langsung dia serahkan pada Evita. Ta
Baca selengkapnya

Bab 84. Canggung

Evita tercengang mendengar pengakuan Yonik. Suara jangkrik fiktif, menjadi penengah di antara mereka selama beberapa detik usai Yonik menyelesaikan kalimatnya. Jujur saja, Evita syok mendengar apa yang lelaki itu ucapkan.“Ha ha.” Evita tertawa hambar. “Jangan ngaco deh, Nik,” sergahnya sambil menarik tangan dari Yonik lalu mengibaskannya di depan wajah.“Aku serius, Ev,” kata Yonik dengan ekspresi wajah yang masih terlihat sama seperti sebelumnya.Akhirnya, Evita memaksakan diri untuk tertawa. Entah terdengar natural atau justru asal, Evita hanya ingin menghindari kecanggungan akibat ucapan Yonik.“Kenapa kamu tertawa?” tanya Yonik dengan wajah serius.Tawa kosong Evita pun perlahan berhenti, bersamaan dengan atensinya yang terpusat pada Yonik. Entahlah, Evita merasa bersalah ketika melihat Yonik yang tampak sangat serius di hadapannya. Namun, saat ingat dengan apa yang membuat keadaan di antara mereka jadi secanggung ini, Evita berusaha terlihat biasa saja.“Habisnya kamu itu lucu,”
Baca selengkapnya

Bab 85. Kena Mental

Jika bukan karena suara Mila yang menggelegar di pintu masuk, Evita pasti mengira bahwa sekarang dia tengah berada dalam salah satu mimpi buruk yang selama ini sering menghantui.Evita membeku, seolah jiwa raganya telah terpisah. Grady berdiri di depan mata. Tidak ada yang berubah dari lelaki itu. Wajahnya masih terlihat sama saja seperti dulu. Sialnya, masih setampan dulu. Evita merutuki otaknya sendiri yang justru menilai ketampanan Grady. Buru-buru, Evita memalingkan muka sambil mengatur napas yang berantakan. Jantung wanita itu terasa seperti diremas-remas, hingga membuat dadanya terasa memanas.“Kapan sampai?” tanya Mila setelah memeluk lelaki itu.“Baru saja,” jawab Grady sambil mencuri pandang pada Evita.“Akhirnya sampai Surabaya juga. Ngomong-ngomong, konsep Paradise keren banget, lho. Aku punya kartu membernya. Gila diskonnya gede banget. Masih ada cashback lagi. Keren banget pokoknya. Emang paling pinter bikin orang khilaf kamu, ya.” Mila tertawa ringan membicarakan pusat p
Baca selengkapnya

Bab 86. To-do-list

Yuliati mengerutkan kening waktu melihat keponakannya turun dari motor Mamat. Wanita paruh baya itu keluar dari rumah dan menyambut Evita dengan raut bertanya-tanya."Lho, kamu kok sudah pulang? Katanya hari ini sampai sore," tanya Yuliati saat Evita baru menginjakkan kaki di teras rumah."Lagi nggak enak badan, Bulik. Makanya izin pulang lebih awal," jawab Evita."Kamu sakit? Sudah minum obat?" tanya Yuliati khawatir.Wanita paruh baya itu lantas menempelkan punggung tangannya di dahi Evita. Tidak panas, tetapi wajah Evita memang terlihat pucat. Satu hal yang menjadi perhatian Yuliati, yaitu kedua mata Evita yang sembab. Wanita paruh baya itu curiga jika Evita habis menangis. Namun, Yuliati tidak banyak bertanya. Khawatir Evita akan merasa terganggu."Ndak panas. Apa yang dirasain?" tanya Yuliati."Kepalaku pusing, Bulik," jawab Evita."Ya sudah. Kamu masuk gih. Dipakai istirahat sana. Nanti Bulik bawain obat sehabis ngitung setoran," titah Yuliati."Makasih, Bulik." Evita mengangguk
Baca selengkapnya

Bab 87. Lelah Jiwa

"Uhuk, uhuk, uhuk!" Sontak saja Evita tersedak oleh makanan yang sedang dia kunyah. Hingga mengundang perhatian Yonik dan Yuliati."Evita!" seru Yuliati yang langsung bangkit dan menghampiri sang keponakan. "Ini, ini, minum dulu," ujarnya seraya memberikan gelas berisi air putih untuk Evita.Evita menerima gelas tersebut lantas meneguk airnya. Rasa panas di pangkal hidung memang tidak serta merta hilang, namun setidaknya air tersebut membuatnya merasa lebih baik. "Makasih, Bulik," ucap Evita setelah Yuliati menerima gelas dan meletakkamnya di atas meja.Sesekali, Evita masih terbatuk. Netranya pun beberapa kali tampak mencuri pandang pada layar televisi yang sedang menayangkan iklan. Sudah tidak ada lagi wajah Grady di sana."Lanjutin lagi makannya, gih! Sayang, tinggal sedikit lagi," kata Yuliati sambil mengusap-usap punggung Evita.Wanita itu melirik makanan di piringnya. Raut wajahnya seketika berubah. Sudah tidak ada lagi selera untuk melanjutkan makan. Evita mengerutkan wajah s
Baca selengkapnya

Bab 88. Tidak Ada Kesempatan Ketiga

Apa yang tejadi di lobi, ternyata cukup banyak mencuri perhatian dari seluruh pegawai di stasiun televisi tersebut. Desas-desus yang beredar pun telah sampai di telinga Evita. Karena hal itu pula, Evita merasa sedikit tidak nyaman saat bekerja. Evita sadar betul, tidak semua orang yang bekerja di sana menyukai dirinya. Sehingga suara-suara sumbang tentang dirinya pun sudah bukan hal asing yang dia dengar. Semua ini bermula dari Grady yang secara tidak langsung telah mengungkap masa lalu di antara mereka.“Ev,” panggil Mila saat Evita sedang meriasnya untuk syuting malam itu.“Iya, Mbak,” sahut Evita. Tahu bahwa Mila adalah teman Grady, membuat Evita sedikit membatasi obrolan dengan wanita tersebut.“Aku minta maaf, ya, kalau sudah bikin kamu nggak nyaman,” ucap Mila.Gerakan tangan Evita yang sedang merapikan alis pun terhenti.Kesempatan itu dimanfaatkan Mila untuk menurunkan tangan Evita yang menggantung di depan wajahnya. Mila memandang Evita dengan netra yang memancarkan rasa bers
Baca selengkapnya

Bab 89. Mantan Suami

Laju kendaraan di atas rata-rata itu membuat udara yang terbelah, menerjang raga dengan cukup keras. Gemuruh angin bercampur deru mesin kendaraan, terdengar berisik di telinga. Beberapa kali, Evita memejamkan mata saat rasa takut menghampiri benak. Tangan wanita itu mencengkeram kuat pinggiran jaket Yonik. Di saat ketakutan semakin memuncak, Evita melingkarkan kedua tangan ke perut lelaki itu.“Pelan-pelan, Nik! Jangan ngebut!” teriak Evita di tengah deru angin dan mesin.Namun, upaya itu sama sekali tidak membuahkan hasil. Yonik sama sekali tidak mengurangi kecepatan sepeda motornya. Lelaki itu terus memacu kendaraan roda duanya dengan kecepatan tinggi. Sudah tidak terhitung lagi berapa kendaraan yang dia salip. Meliuk ke kanan dan kiri kendaraan lain, mencari celah untuk mendahului.“Nik, aku takut!” teriak Evita sambil mengencangkan pelukan dan menempelkan kepala berlapis helm-nya pada punggung si pengendara.Pada saat itu, barulah Yonik mengurangi laju kendaraan. Setengah menoleh
Baca selengkapnya

Bab 90. Resign

Apakah Evita masih cinta pada Grady?Pertanyaan itu terdengar mudah, namun sangat sulit untuk Evita jawab. Yonik baru saja melempar pertanyaan yang sangat sensitif, hingga wanita itu lebih memilih diam tak mengatakan apa-apa.Evita bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya dia rasakan. Lisannya bisa saja berkata tidak, tetapi mengapa jika mengingat lelaki itu batinnya masih saja terasan sesak? Kalaupun dia jawab masih cinta, keinginan untuk bersama lagi rasanya sudah sirna dari dalam dada.Tak berbeda dengan Evita yang merasakan dilema, Yonik pun mencicipi hal serupa. Pembicaraannya dengan Evita mengenai masalah tersebut berakhir ketika wanita itu enggan untuk menjawab pertanyaannya. Di samping itu, Yuliati pun keburu pulang dari belanja dan ikut nimbrung mengobrol dengan mereka.Berkali-kali Evita memberi isyarat pada Yonik, memperingatkan lelaki itu untuk tidak menceritakan apa yang baru saja dia katakan tentang Grady kepada Yuliati. Melihat Yuliati yang begitu baik terhadap dirinya, Ev
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status