Semua Bab Purba Mahkota: Bab 41 - Bab 50

96 Bab

Chapter 40 - Kumenangis~

“Tada~ hadiah spesial untuk Anda!”Menghadiri pesta minum teh kecil-kecilan yang hanya diadakan berdua antara sang ratu kerajaan saat ini bersama dengan dirinya, Countess of Jaya, … Pelita memberikan buah tangan berupa set lengkap pakaian bayi berbahan kualitas atas.“Ohoho, Saya tidak sabar untuk menanti tuan atau nona muda ini lahir.”Dia yang merasa dispesialkan karena menjadi salah satu orang selain dari komandan ksatria kepercayaan Ratu, Tumang, yang tahu kehamilan ini … sering kali menyalahi julukannya yang disebut nyonya pelit, untuk membakar uang dalam memberikan banyak sekali hadiah pemberian berhubungan barang-barang bayi.“Ya ampun.”Tersenyum ringan terhadap pemberian dari sepupu suaminya ini, sang ratu tersebut, Purbararang, … mengucapkan terima kasih banyak.“Padahal, Anda tidak usah repot-repot memberikan hadiah mahal ini.”“Tidak apa-apa, jangan khawatir.”Pelita yang akhir-akhir ini mengurangi kebiasaan untuk merokoknya jika sedang berada di dekat jangkauan Purbararan
Baca selengkapnya

Chapter 41 - Tantangan Mematikan!

“Ah, … maaf sudah berlaku merepotkan. Ini juga, ukkh … memalukan.”Mengusap wajah sembabnya dengan perasaan malu, Pelita yang sudah merasa lega sehabis menumpahkan segala isi dan curahan hatinya kepada Purbararang, … bermaksud hendak pulang dengan diantarkan oleh sang komandan ksatria kepercayaan Ratu sendiri, saking dirinya begitu dihormati ini.“Tidak apa-apa.”Menggenggam tangan Pelita tuk menguatkan, Purbararang juga menambahkan pelukan hangat sebagai penghiburan. “Endit, saat kamu memiliki masalah … datang dan ceritakanlah padaku juga. Okay?"“S-sungguh? Bolehkah Saya melakukan itu?”“Ya! Aku bahkan akan berusaha membantumu dengan sebisa mungkin!”Menghilangkan sosoknya yang seperti wanita matang menjadi sosok anak gadis yang terlihat cengeng dan hanya bisa melakukan hal selama itu menangis, … Pelita merasakan bahwa pipinya sudah dilanda oleh banyak rona merah.“Terima kasih,” ucapnya bersyukur, terlontar jauh berasal dari lubuk hati yang terdalam.Pamit dan segera menghampiri s
Baca selengkapnya

Chapter 42 - Kompetisi Memasak

Hukum … mati?“Gulp.”Meneguk ludahnya tegang dan memandang Purbararang dengan mata bening yang mengosong dalam, Purbasari yang melepaskan genggamannya pada Lutung demi bisa menguatkan diri dengan mengepalkan kedua telapak tangannya sendiri, … lekas menjawab dengan lantang.“Aku terima!”Dia memberikan keputusan yang sudah membuat para saksi–terkecuali sang Duke of Jaya–terkejut, dan Purbararang semakin membludakinya dengan tatapan kebencian.“Jika itu syarat dari Teteh untuk mengizinkanku kembali pulang, ….”Demi permasalahan demikian, demi bisa kembali merasakan hangatnya kasih sayang juga eratnya dekapan dari sang kakak kandung yang tersayang, … yang bahkan tak Purbasari sadari bahwa orang bersangkutan tersebut sudah tak merasakan sedikitnya kepedulian semacam itu lagi, … sang putri yang cantik lagi baik hati ini, rela mempertaruhkan nyawa.“… Aku akan menerimanya!”°°°BU-BUNG!Gendang sudah di tabuh, tanda dari tantangan pertama … akan segera dimulai!“Tantangan pertama! … Lomba
Baca selengkapnya

Chapter 43 - Di Antara Saingan

GLUDAK~ GLUDAK~Suara roda kereta kuda yang terdengar nyaring di momen sunyinya kesenjangan interaksi di antara dua orang berjuluk terkenal, berupa “Anjing Ratu” juga “Nyai Endit”, … tampak membuat kecanggungan yang lebih mengarah ke rasa tidak nyaman, semakin menaik.Mengalihkan perhatian sendiri-sendiri dengan cara sendiri pula, baik itu si anjing ratu, Tumang, … yang menyandarkan kepalan tangannya di jendela kereta kuda tuk menopang wajah bosan.… Maupun si Nyai Endit, Pelita, … yang nekat merokok di ruangan bersirkulasi udara terbatas seperti itu, … sama-sama tidak memiliki ketertarikan untuk bersikap ramah satu sama lain.Semuanya perseteruan mereka dimulai dari awal pertama bertemu, … sewaktu Pelita datang-datang menghadiahkan seorang buronan sebagai hadiah pernikahan sang majikan.… Disambung dengan momen di mana statusnya diangkat menjadi seorang Countess, si orang–berjenis kelamin wanita–kepercayaan tambahan, … persaingan yang termaksud secara sembunyi-sembunyi untuk keduanya
Baca selengkapnya

Chapter 44 - Saling Melindungi

Ini …! Belum selesai!“Apa itu cukup dengan satu perlombaan saja?! Tidak!”Kembali ke acara yang berlangsung dalam mengusung kompetisi di antara Purbasari dan Purbararang, kini … keadaan semakin memanas dengan sang ratu pengganti yang mulai tidak dapat menyembunyikan amarah kekesalannya lagi.“Ayo sambung dengan lomba kedua!”Menggertak marah juga melepas secara kencang sanggul rambutnya, sampai ke titik di mana itu sudah menyebabkan helaian demi helaian menjuntainya bulu kepala yang keindahannya seperti benang berbahan campuran bubuk permata onyx, … Purbararang kembali melemparkan tantangan baru.“Siapa yang rambutnya paling panjang, paling halus, juga paling terawat ….”Dia yang percaya akan menang dengan mudah di babak kedua kali ini supaya dapat mengimbangi poin yang sudah adiknya dapati, karena berpikir Purbasari sudah menjalani hari yang buruk di pengasingan sampai-sampai membuatnya tak terjamin perawatan khusus semacam dirinya, … mengerutkan alisnya keki.“… Dia pemenangnya!”
Baca selengkapnya

Chapter 45 - Terlampau Cantik

Kecantikan yang membunuh?-“Ingat … Lita! Bagi perempuan itu, kecantikan adalah senjatanya.”-“Jangan takut! Selama ini, dia hanya sok bersikap kejam dalam melakukan penutupan untuk pembantaian yang dilakukan Duke of Jaya!"-“Karena itu, di saat-saat mendesak, manfaatkan saja setiap kecantikan yang terdapat pada dirimu.”-“Ya! Dia hanya berpura-pura bisa segalanya!”-“Entah itu tubuhmu, sifatmu, atau bahkan pakaianmu.”-“J*lang rendahan yang sok ku—!”—SRATSH!“Ya ….”-“Manfaatkan itu, … untuk menyerang musuhmu.”-“… Ibu.”Tersenyum menyeringai lebar sehabis menyabet leher orang yang hendak memakinya dengan kata-kata umpatan mengenakan besi payung yang gundul, … wanita yang digunjingkan oleh orang-orang itu, sang Countess of Jaya, Pelita, yang dikenal dengan kepelitannya, … memicingkan mata merah menyala.“Menggonggonglah, anjing tidak tahu malu.”Dia yang tadi tersenyum jahat dengan pipi yang merona merah, mendadak mengubah ekspresinya secara drastis, dengan raut muka yang dingin lag
Baca selengkapnya

Chapter 46 - Redupnya Cahaya

BLUUPPP~ BLUPP~ BLUP!Pernahkah kalian mendengarnya?Rumor yang menyatakan di waktu seseorang tengah mengalami sekarat, … mereka akan melihat sekelebat kilasan balik terkait semua momen hidup paling penting yang sudah dialaminya itu?-“…?”-Ya! Yang semacam itu!Karena sepertinya, saat ini ….-“Nyai Eneng!”-… Pelita Jaya mengalaminya sendiri.Hari itu sangat cerah.Sama seperti hari-hari sebelumnya, Pelita remaja yang tengah menjalani rutinitas belajar tata krama kebangsawanan, supaya ibunya yang merupakan bangsawan tanpa titel berarti selain dari “Adik perempuannya Duke Jaya” merasa bangga terhadapnya, … dihampiri oleh satu pelayan berwajah akrab.-“Ha … h-hari ini juga.”-Seingatnya, pelayan itu adalah pelayan dirinya yang bekerja di bagian tukang rias penampilan. -“Saya izin pulang sebentar.”-Wajah berekspresi membosankan dan cenderung kaku seperti boneka itu bertoleh.Memalingkan muka dari sang pelayan yang memohon kepadanya bersama tubuh yang rela ditekukkan supaya bersimpuh,
Baca selengkapnya

Chapter 47 - Redupnya Cahaya (2)

Orang-orang bilang, bercinta itu adalah suatu pembuktian cinta yang paling puncak, benar kan?Akan tetapi, apa faktanya benar-benar begitu?-“Tidak apa-apa. Cukup dengan melihatmu sehat saja, itu lebih baik.”-Menikah pada usia muda, yakni 17 dan 18 tahun, Pelita yang melihat tingkah gugup Jeha, suaminya, … yang lagi-lagi meminta maaf karena belum bisa memberinya satu malam pertama pasangan suami-istri baru akibat dari larangan sang dokter pribadi, … walau mereka sudah menjalani satu tahun kehidupan pernikahan sekali pun, … terkekeh kecil.Jelas saja dokter akan melarang suaminya memaksakan diri untuk melakukan aktivitas panas yang menggebu-gebu, demi kesehatan juga kebaikannya pula.Dan Pelita pun, menyetujui itu.Namun, sepertinya ….-“Tetapi, itu ….”-… Tidak dengan si orang yang bersangkutan sendiri, Jeha.Menggerutu pelan di balik aksi manis favoritnya dalam mengelus juga mencium ujung rambut panjang Pelita, yang sangat halus lagi memesona selayaknya benang-benang sutra berbahan
Baca selengkapnya

Chapter 48 - Redupnya Cahaya (3)

Sangat aneh.Mengapa … orang-orang yang diberi pinjam uang, ketika berusaha meminjam akan bersikap sangat menyedihkan juga memelas kepada si peminjam yang ragu-ragu dengan permohonan itu?… Lalu, ketika masanya untuk ditagih telah tiba, orang yang meminjam justru akan jadi lebih garang dibandingkan sang peminjam yang menginginkan uang miliknya yang telah dipinjam supaya dapat segera dikembalikan? BRASHH!-“…!”-Walau dalam beberapa masa tubuhnya mengeluarkan reaksi syok akibat sedang asyiknya bersimpuh memohon-mohon untuk uang pinjaman darinya diberikan balik, … tiba-tiba diguyur oleh air comberan yang dingin lagi berbau tak sedap dari pengutang lain selain yang menyuruhnya untuk mencium kakinya terlebih dahulu, … Pelita mengepalkan tangannya erat.-“Pergilah! Orang kaya yang ingin memeras orang miskin seperti kami!”--“Dasar licik! Menggunakan cara memelas begitu hanya untuk mendapatkan kembali sedikit uang yang kami pinjam.”-Memang kenapa kalau ia ingin uangnya dikembalikan?Toh,
Baca selengkapnya

Chapter 49 - Redupnya Cahaya (4)

-“Nyai! Nyai!”-Memusingkan.-“Saya dengar … Nyai kembali mendapatkan rezeki lebih.”-Dasar orang-orang yang tidak tahu diri.-“Boleh Anda bagi sedikit saja berkahnya untuk kami?”-Bisa-bisanya mereka yang dulu sudah mengabaikan permintaan tolong darinya, datang untuk meminta tolong kembali kepadanya lagi?-“Sedikit~ saja.”--“Fuhh.”-Asap rokok terkepul.Dari bibir Pelita Jaya, si janda muda yang segera mengubah penampilan manisnya berupa berambut panjang, bermata berbinar-binar, ber-bibir merah muda alami, juga berpakaian tertutup dengan gaun mengembang yang lengkap dihiasi oleh banyak renda dan pita, … menjadi penampilan yang terkesan sulit tuk dijangkau.-“Pergi sana, pengutang sialan.”-Melalui penampilan dari rambutnya dipotong pendek, matanya digaris matai gelap, bibirnya dihiasi lipstik kelam berwarna ungu, raut mukanya diekspresikan judes, juga gaya berpakaiannya yang tidak terlihat manis lagi selain terasa sangat panas, … Pelita formasikan, dengan tujuan beralaskan dirinya …
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status