“Ah, … maaf sudah berlaku merepotkan. Ini juga, ukkh … memalukan.”Mengusap wajah sembabnya dengan perasaan malu, Pelita yang sudah merasa lega sehabis menumpahkan segala isi dan curahan hatinya kepada Purbararang, … bermaksud hendak pulang dengan diantarkan oleh sang komandan ksatria kepercayaan Ratu sendiri, saking dirinya begitu dihormati ini.“Tidak apa-apa.”Menggenggam tangan Pelita tuk menguatkan, Purbararang juga menambahkan pelukan hangat sebagai penghiburan. “Endit, saat kamu memiliki masalah … datang dan ceritakanlah padaku juga. Okay?"“S-sungguh? Bolehkah Saya melakukan itu?”“Ya! Aku bahkan akan berusaha membantumu dengan sebisa mungkin!”Menghilangkan sosoknya yang seperti wanita matang menjadi sosok anak gadis yang terlihat cengeng dan hanya bisa melakukan hal selama itu menangis, … Pelita merasakan bahwa pipinya sudah dilanda oleh banyak rona merah.“Terima kasih,” ucapnya bersyukur, terlontar jauh berasal dari lubuk hati yang terdalam.Pamit dan segera menghampiri s
Hukum … mati?“Gulp.”Meneguk ludahnya tegang dan memandang Purbararang dengan mata bening yang mengosong dalam, Purbasari yang melepaskan genggamannya pada Lutung demi bisa menguatkan diri dengan mengepalkan kedua telapak tangannya sendiri, … lekas menjawab dengan lantang.“Aku terima!”Dia memberikan keputusan yang sudah membuat para saksi–terkecuali sang Duke of Jaya–terkejut, dan Purbararang semakin membludakinya dengan tatapan kebencian.“Jika itu syarat dari Teteh untuk mengizinkanku kembali pulang, ….”Demi permasalahan demikian, demi bisa kembali merasakan hangatnya kasih sayang juga eratnya dekapan dari sang kakak kandung yang tersayang, … yang bahkan tak Purbasari sadari bahwa orang bersangkutan tersebut sudah tak merasakan sedikitnya kepedulian semacam itu lagi, … sang putri yang cantik lagi baik hati ini, rela mempertaruhkan nyawa.“… Aku akan menerimanya!”°°°BU-BUNG!Gendang sudah di tabuh, tanda dari tantangan pertama … akan segera dimulai!“Tantangan pertama! … Lomba
GLUDAK~ GLUDAK~Suara roda kereta kuda yang terdengar nyaring di momen sunyinya kesenjangan interaksi di antara dua orang berjuluk terkenal, berupa “Anjing Ratu” juga “Nyai Endit”, … tampak membuat kecanggungan yang lebih mengarah ke rasa tidak nyaman, semakin menaik.Mengalihkan perhatian sendiri-sendiri dengan cara sendiri pula, baik itu si anjing ratu, Tumang, … yang menyandarkan kepalan tangannya di jendela kereta kuda tuk menopang wajah bosan.… Maupun si Nyai Endit, Pelita, … yang nekat merokok di ruangan bersirkulasi udara terbatas seperti itu, … sama-sama tidak memiliki ketertarikan untuk bersikap ramah satu sama lain.Semuanya perseteruan mereka dimulai dari awal pertama bertemu, … sewaktu Pelita datang-datang menghadiahkan seorang buronan sebagai hadiah pernikahan sang majikan.… Disambung dengan momen di mana statusnya diangkat menjadi seorang Countess, si orang–berjenis kelamin wanita–kepercayaan tambahan, … persaingan yang termaksud secara sembunyi-sembunyi untuk keduanya
Ini …! Belum selesai!“Apa itu cukup dengan satu perlombaan saja?! Tidak!”Kembali ke acara yang berlangsung dalam mengusung kompetisi di antara Purbasari dan Purbararang, kini … keadaan semakin memanas dengan sang ratu pengganti yang mulai tidak dapat menyembunyikan amarah kekesalannya lagi.“Ayo sambung dengan lomba kedua!”Menggertak marah juga melepas secara kencang sanggul rambutnya, sampai ke titik di mana itu sudah menyebabkan helaian demi helaian menjuntainya bulu kepala yang keindahannya seperti benang berbahan campuran bubuk permata onyx, … Purbararang kembali melemparkan tantangan baru.“Siapa yang rambutnya paling panjang, paling halus, juga paling terawat ….”Dia yang percaya akan menang dengan mudah di babak kedua kali ini supaya dapat mengimbangi poin yang sudah adiknya dapati, karena berpikir Purbasari sudah menjalani hari yang buruk di pengasingan sampai-sampai membuatnya tak terjamin perawatan khusus semacam dirinya, … mengerutkan alisnya keki.“… Dia pemenangnya!”
Kecantikan yang membunuh?-“Ingat … Lita! Bagi perempuan itu, kecantikan adalah senjatanya.”-“Jangan takut! Selama ini, dia hanya sok bersikap kejam dalam melakukan penutupan untuk pembantaian yang dilakukan Duke of Jaya!"-“Karena itu, di saat-saat mendesak, manfaatkan saja setiap kecantikan yang terdapat pada dirimu.”-“Ya! Dia hanya berpura-pura bisa segalanya!”-“Entah itu tubuhmu, sifatmu, atau bahkan pakaianmu.”-“J*lang rendahan yang sok ku—!”—SRATSH!“Ya ….”-“Manfaatkan itu, … untuk menyerang musuhmu.”-“… Ibu.”Tersenyum menyeringai lebar sehabis menyabet leher orang yang hendak memakinya dengan kata-kata umpatan mengenakan besi payung yang gundul, … wanita yang digunjingkan oleh orang-orang itu, sang Countess of Jaya, Pelita, yang dikenal dengan kepelitannya, … memicingkan mata merah menyala.“Menggonggonglah, anjing tidak tahu malu.”Dia yang tadi tersenyum jahat dengan pipi yang merona merah, mendadak mengubah ekspresinya secara drastis, dengan raut muka yang dingin lag
BLUUPPP~ BLUPP~ BLUP!Pernahkah kalian mendengarnya?Rumor yang menyatakan di waktu seseorang tengah mengalami sekarat, … mereka akan melihat sekelebat kilasan balik terkait semua momen hidup paling penting yang sudah dialaminya itu?-“…?”-Ya! Yang semacam itu!Karena sepertinya, saat ini ….-“Nyai Eneng!”-… Pelita Jaya mengalaminya sendiri.Hari itu sangat cerah.Sama seperti hari-hari sebelumnya, Pelita remaja yang tengah menjalani rutinitas belajar tata krama kebangsawanan, supaya ibunya yang merupakan bangsawan tanpa titel berarti selain dari “Adik perempuannya Duke Jaya” merasa bangga terhadapnya, … dihampiri oleh satu pelayan berwajah akrab.-“Ha … h-hari ini juga.”-Seingatnya, pelayan itu adalah pelayan dirinya yang bekerja di bagian tukang rias penampilan. -“Saya izin pulang sebentar.”-Wajah berekspresi membosankan dan cenderung kaku seperti boneka itu bertoleh.Memalingkan muka dari sang pelayan yang memohon kepadanya bersama tubuh yang rela ditekukkan supaya bersimpuh,
Orang-orang bilang, bercinta itu adalah suatu pembuktian cinta yang paling puncak, benar kan?Akan tetapi, apa faktanya benar-benar begitu?-“Tidak apa-apa. Cukup dengan melihatmu sehat saja, itu lebih baik.”-Menikah pada usia muda, yakni 17 dan 18 tahun, Pelita yang melihat tingkah gugup Jeha, suaminya, … yang lagi-lagi meminta maaf karena belum bisa memberinya satu malam pertama pasangan suami-istri baru akibat dari larangan sang dokter pribadi, … walau mereka sudah menjalani satu tahun kehidupan pernikahan sekali pun, … terkekeh kecil.Jelas saja dokter akan melarang suaminya memaksakan diri untuk melakukan aktivitas panas yang menggebu-gebu, demi kesehatan juga kebaikannya pula.Dan Pelita pun, menyetujui itu.Namun, sepertinya ….-“Tetapi, itu ….”-… Tidak dengan si orang yang bersangkutan sendiri, Jeha.Menggerutu pelan di balik aksi manis favoritnya dalam mengelus juga mencium ujung rambut panjang Pelita, yang sangat halus lagi memesona selayaknya benang-benang sutra berbahan
Sangat aneh.Mengapa … orang-orang yang diberi pinjam uang, ketika berusaha meminjam akan bersikap sangat menyedihkan juga memelas kepada si peminjam yang ragu-ragu dengan permohonan itu?… Lalu, ketika masanya untuk ditagih telah tiba, orang yang meminjam justru akan jadi lebih garang dibandingkan sang peminjam yang menginginkan uang miliknya yang telah dipinjam supaya dapat segera dikembalikan? BRASHH!-“…!”-Walau dalam beberapa masa tubuhnya mengeluarkan reaksi syok akibat sedang asyiknya bersimpuh memohon-mohon untuk uang pinjaman darinya diberikan balik, … tiba-tiba diguyur oleh air comberan yang dingin lagi berbau tak sedap dari pengutang lain selain yang menyuruhnya untuk mencium kakinya terlebih dahulu, … Pelita mengepalkan tangannya erat.-“Pergilah! Orang kaya yang ingin memeras orang miskin seperti kami!”--“Dasar licik! Menggunakan cara memelas begitu hanya untuk mendapatkan kembali sedikit uang yang kami pinjam.”-Memang kenapa kalau ia ingin uangnya dikembalikan?Toh,
Halo, ini dengan Aerina No 7! Terima kasih banyak telah mengikuti cerita ini sampai akhir. Wah, sulit dipercaya tapi kisah mereka hanya berakhir di sini, hehe. Saya tidak tahu harus mengatakan apa lagi, yang jelas, Saya sangat-sangat berterima kasih ^^ Ah, ngomong-ngomong, jika berkenan kalian bisa mengunjungi cerita karya Author yang temanya memang tidak jauh-jauh seputar dunia novel, romansa fantasi, dan ada unsur historikal fiksi. Akan tetapi, karena tidak sesuai dengan kriteria di sini, Author mempublikasikannya di tempat lain. Oh, dan …! Nama novelnya itu "Fall For Villains". Untuk lebih jelasnya lagi kalian bisa mengetahuinya di karya*arsa punya Author, dengan nama pena aerinano7. Sekali lagi, terima kasih atas perhatiannya ya! Author sayang kalian banyak-banyak 😘
“Lihatlah, Mama.”Memandang dengan haru sepasang bayi kembar laki-laki dan perempuan yang dibaringkan di samping Rarasati, Mahendra yang di beberapa masa lalu terus mengucapkan terima kasih selama berkali-kali, … tak bisa untuk berhenti menggoda istrinya ini.“Pangeran dan Tuan Putri kita benar-benar sekuat dan setangguh dirimu.”Rasa cemas berlebihan terkait dirinya, seorang Mahendra yang mengkhawatirkan keselamatan Rarasati dalam proses melahirkan tadi, … kini telah tergantikan oleh rasa lega dikala kembali mendapati senyuman yang senantiasa memperindah wajah lelah istrinya sebelum-sebelum itu, sama seperti yang dilakukan sekarang. “Mereka sangat aktif sekali dalam perutmu dulu. Akan tetapi, sekarang, mereka berdua justru jauh lebih kalem dari pada yang kukira ya?"Mungkin, karena merasa nyaman dengan dekapan hawa hangat dari sosok ibu, atau juga karena kelelahan sehabis menangis dengan kencang segera setelah terlahir ke dunia, … anak kembarnya Rarasati dan Mahendra malah asyik ter
Cemas. Khawatir. Gelisah.Semuanya bercampur aduk di dalam hati Mahendra Jaya selayaknya badai tornado, di tengah-tengah penantiannya menunggu masa istrinya, Rarasati Jaya, … melahirkan.Ini sudah sore, akan tetapi tanda-tanda dari berakhirnya kontraksi yang terjadi sedari pagi tadi masih belum menunjukkan hilal.Tungkai kaki yang tak bisa berhenti bergerak di tempat. Tangan berkeringatnya yang tak bisa lepas mengepal. Serta wajah seriusnya yang tak bisa sedikitnya dibawa bertenang, … segera dihempaskan semua tuk lepas secara paksa, begitu melihat kedua orang tua serta mertuanya datang memenuhi panggilan darurat yang ia buat tadi.“Bagaimana keadaan Raras?”Yah, itu benar.Bahkan untuk orang tersibuk di negara, Ayahnya Rarasati yang masih menjabat sebagai presiden negara mereka saja … sampai rela mengedepankan situasi putrinya ini dibandingkan dengan urusan lain.Well, paling tidak, Mahendra yang tahu bahwa meskipun Rarasati malu-malu mengakuinya, … lama-kelamaan, istrinya tersebut m
Gelisah, membolak-balikkan posisi tidur menyampingnya ini dari sisi satu ke sisi lain, calon ibu muda, istri dari seorang Mahendra Jaya, yakni Rarasati, … membuat tidur lelap suaminya yang kelelahan itu menjadi terkacaukan akibat terusik.“Urngh, … ada apa … cintaku?”Meski nyawanya terlihat belum sepenuhnya terkumpul, kendati demikian, … memaksakan tubuh lesunya itu untuk segera duduk dengan baik di samping sang istri yang masih tetap menunjukkan gelagat orang gelisah, … Mahendra menarik selimut untuk ia tarik menutupi tubuh Rarasati.“Apa kamu sakit?”Bukan hanya kali ini saja Rarasati bersikap seperti ini.Juga bukan sebab mengandung pulalah dia bertingkah laku semacam itu.Habisnya, dari sejak masih gadis pun, suasana hati milik wanitanya Mahendra Jaya ini gampang sekali berubah-ubah secara tidak karuan.“Kamu betulan sakit? Mana yang sakit? Biar kuperiksa.”Sekali lagi memutar arah tidurannya supaya kali ini dirinya dapat dengan jelas menghadapi duduknya Mahendra, memusatkan mata
“Jadi, jelaskan pada Bapak, Pepita.”Mempersembahkan senyuman yang paling-paling menawan di antara biasanya, wakil kepala sekolah yang duduk di balik meja berpapan nama Mahendra Jaya itu, berhasil membuat anggota OSIS yang hanya beranggotakan inti berupa satu ketua, satu sekretaris, serta satu bendahara sekaligus seksi keamanan, … menjadi merinding mendadak.“Kenapa anak Pak Jang, sekretarisnya 'Ayah Mertua' dari Bapak ini mendadak ingin menjadi anggota OSIS gara-gara kamu?”“Apa?”Bertanya balik sembari melihat murid yang di waktu jam istirahat pertama tadi ia tolong dari para tukang rundung itu, yang saat ini dengan malu-malu bersembunyi di balik bahu wakil kepala sekolah sambil mengintipnya sedikit-sedikit menembus lensa kacamata, … Pepita menautkan alisnya penasaran.“Anak itu …?” lanjutnya dengan nada heran, merasa tidak habis pikir dengan apa yang terjadi. “Dia yang anak sekretaris Presiden ingin menjadi anggota OSIS gara-gara aku? Kenapa? Bagaimana bisa?”Tidak bisa berhenti m
“Pepita Jaya.”Menyahuti panggilan bernada suara lembut lagi menenangkan seolah-olah badai amukan tidak akan pernah menerjang muka cerah berseri-seri milik wakil kepala sekolah, Pepita menengadahkan wajahnya secara percaya diri.“Mendekatlah, Bapak ingin membisikkan sesuatu.”Ahh~!Apakah kakaknya ini sedang benar-benar dalam mode seorang guru di sekolahan sekarang?“Ada apa, Pa—uakhh?!”Awal mula menyangka bahwa kakak laki-lakinya itu akan merasa bangga terhadapnya dan berakhir menghadiahkan tepukan pelan di pucuk kepala, … ujung-ujungnya, Pepita malah menjerit kaget dengan serangan tiba-tiba dari cuping telinga target dari jeweran.“Haha~ anak nakal ini. Kamu salah makan apa sih pas sarapan tadi? Kamu mau jadi wakil kepala OSIS? Murid yang sudah seharusnya menjadi teladan yang baik bagi murid-murid lain? Kamu? Yang suka berantem, merokok, bolos, bajunya berantakan, ngomong kasar, dan malas belajar itu?”Berbicara secara panjang lebar begitu tanpa sekali-kali pun menghapus senyuman p
“Arghh! Sialan!”Menendang batu kerikil di tanah dengan kesal akibat dirinya diadukan oleh Ketua OSIS SMA elite tempatnya bersekolah, sampai dimarahi oleh kakak laki-lakinya yang berprofesi sebagai wakil kepala sekolah, anak gadis bernama Pepita Jaya, … kedapatan mengamuk tidak karuan.“Dia benar-benar …!”Selain dari gara-gara dilaporkan dan menerima sangsi langsung yang kakaknya jatuhkan untuknya supaya dihukum membersihkan rumput bergoyang di halaman belakang gudang penyimpanan alat-alat olahraga, juga disuruh untuk berpakaian dengan benar, … hukuman tambahan yang ditimpakan kepadanya adalah berupa rokok kesayangan harus disita.“… Aku membencinya! Sangat membencinya dari sejak Kakak memberikan beasiswa untuknya!”Pertama kali Pepita melihat sang ketua OSIS, pengadunya, pemuda bernama Lukman yang berasal dari lingkungan kumuh semacam panti asuhan itu, adalah saat kakaknya dan kakak iparnya yang masih berstatus calon, … bersama-sama anak menyebalkan tersebut berkunjung ke rumah tempa
“Hufft!”Menarik nafas panjang-panjang akibat merasa tegang pada hari ini, hari di mana seluruh pekerja atau pula para pelajar diliburkan aktivitasnya agar mereka dapat menyaksikan baik secara langsung maupun lewat televisi, berita terkait detik-detik upacara pernikahannya dengan Mahendra yang melamarnya di 27 hari yang lalu, … Rarasati meneguk ludahnya gugup.“Eyy, jangan khawatir. Hari ini dan seterusnya, kamu itu adalah Tuan Putri paling cantik sedunia! Apalagi untuk Mahendra!”“Benar. Tegakkan wajahmu dengan tegas dan percaya dirilah. Aku tahu kamu orang yang seperti itu, Rarasati.”Melirik kedua sahabatnya yang tengah menemaninya lengkap dalam balutan dandanan dua orang pagar ayu, Indah dan Monika, yang menghiburnya dengan tulus begitu, … Rarasati tersenyum simpul.“Baiklah.”Seperti apa yang dikatakan oleh teman-temannya, Rarasati yang melihat bayangannya sendiri ini merasa kalau dirinya memang lebih cantik dari hari-hari biasa.Apakah mungkin ini semua disebabkan karena berdand
Kenapa ya … hubungan ini terasa hampa?“Sini, aku pakaikan helmnya.”Seraya mata memandang laki-laki berstatus tunangan untuk dua setengah tahun ke belakang di hadapannya dengan ceria melakukan hal-hal remeh jika itu menyangkut dirinya, Rarasati membatin sendiri.“Awas, hati-hati naiknya.”Padahal, dengar-dengar dari orang-orang yang berkencan dan berpacaran dengan pasangannya itu … katanya sudah sering kali melakukan hubungan intim, apalagi ciuman panas yang sudah pasti tidak akan bisa dihitung lagi.“Pastikan rokmu tidak turun dan menggapai rantai motornya ya~ itu bahaya.”Akan tetapi, kenapa hubungannya dengan Mahendra yang sudah bisa dikatakan terjamin dengan ikatan cincin pertunangan ini, bahkan sudah satu atap dalam rumah yang dihadiahkan oleh kakaknya atas pertunangan ini, … tidak pernah melakukan hal aneh-aneh selain dari pegangan tangan, kecupan dahi dan pucuk kepala, atau cipika-cipiki saja?“Kita berangkat~!”Apa Mahendra tidak tertarik dengannya?“Ehh?! Seriusan itu!?”“Ka