Beberapa hari kemudian … ."Angga, melamun aja!"Seseorang menyapa, membuat Angga mengerjap. Wajah yang kemudian memenuhi area pandangnya, membuat bibirnya melengkungkan senyuman."Lagi galau dia, Pak!" salah seorang temannya yang menyahuti, Indra namanya."Asem! Jangan dengerin dia, Pak," sangkal Angga, meski pada kenyataannya dia memang sedang terbengong tadi, saat seniornya-Pak Mugi-datang bertamu secara tiba-tiba.Pak Mugi hanya geleng-geleng kepala melihat mantan 'anak buahnya' saling ledek, seru seperti saat dirinya masih berkantor di sini.Mereka lalu berbincang dan bertukar kabar. Sampai kemudian, Pak Mugi mengajukan tanya pada Angga."Kemarin, aku lewat jalan depan rumahmu. Kok ada orang kayak lagi bangun rumah? tanya Pak Mugi penasaran."Oh, iya, Pak.""Rumah kamu?"Angga mengangguk. Pak Mugi meninju lengan Angga."Aduh. Sakit lho, Pak," Angga meringis, pura-pura kesakitan."Gitu kok, nggak ngomong sama saya?!" protes Pak Mugi."Kenapa gitu, Pak? Mau disumbang semen satu truk
Read more